SF 13

2.7K 140 1
                                    



Saint turun ke bawah untuk sarapan pagi sama seperti biasanya. Perbedaannya, tidak ada Perth yang memaksanya bercinta lagi setelah pembicaraan tadi malam, mungkin Daddy nya itu mulai sadar dan memiliki niatan untuk berubah, semoga saja.

Tanpa beban Saint menuju dapur. Menyiapkan sarapan sendiri. Tidak ada pelayan, mungkin belum datang.

Pelayan hanya datang untuk membersih dan mengemas apa yang patut dan dilakukan pagi dan sore hari.

Kalau sarapan pagi atau makan malam jika diminta menyiapkan, mereka akan menyiapkan. Jika tidak, mereka cukup bersih-bersih saja.

"Saint." Membalikkan tubuhnya, Saint terkejut melihat kedatangan Rose.

"Mommy." Rose berkacak pinggang di depan anaknya, wajahnya dibuat  layaknya orang marah.

"Kenapa kau terkejut melihat mommy mu sendiri, Saint? Apa karena dua minggu ini mommy jarang di rumah jadi kau melupakan mommy? Kau lupa kau masih mumpunyai seorang mommy ? Tentu saja lupa. Kau bahkan tidak menghubungi mommy sama sekali," ujar Rose tegas, terlihat sekali ia tak pantas menjadi peran antagonis. Marah kok sambil senyum.

Mata Siant berkaca.

"Mommy!" serunya lagi, kemudian berhambur kepelukan sang mommy.

"Aku sangat merindukanmu.?" lanjutnya lagi.

"Mommy  juga sayang.. sangat, dan sangat
merindukanmu," balas Rose, seraya membelai surai anaknya dalam pelukannya. Anak yang ia rindukan.
Dua minggu ini memang ia disibukkan dengan
pergelaran busananya. Sebuah undangan dadakan ia terima dari penyelenggara fashion week. Mau atau  tidak mau ia harus sibuk. Pulang ke rumah pun jarang, jika pulang sang anak tidak pernah ia temui karena sedang berkuliah.

Begitu juga suaminya. la tinggalkan, tapi ia sudah meminta izin sebelumnya. Sebuah resiko demi kesempatan yang belum tentu ada lagi.

"Maafkan Saint, mom. Aku juga sibuk soal tugas kuliah. Jadi, ya gitu," bohong Saint. Kebohongan untuk kesekian kali yang ia utarakan pada Rose. Menjadi pembohong bukanlah dirinya. Tapi pria itu, Perth- yang membuatnya begini.

"Tidak apa-apa. Mommy mengerti." Maklum Rose seraya tersenyum lebar.

"Oh ya, apa kau tahu Daddy mu ada di mana?"
Mendengar perkataan daddy dari mommy nya, sontak tubuh Saint menegang. la pun melepas pelukan sang mommy, dengan bola mata bergerak liar. Tak ingin bertatap mata.

"Saint."

Helaan nafas kasar keluar dari bibir mungil Saint, ia
berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Tadi malam aku melihatnya di rumah, kalau sekarang aku tidak tahu, Mom."

Itu benar 'kan? Saint tidak sepenuhnya bohong. Perth memang di rumah, menghujaminya tanpa ampun kemudian pergi bersama amarah akibat permintaannya.

Saint hanya bisa berharap Perth melepaskannya dan
memilih membangun keluarga bahagia bersama mommy nya. Hanya itu, iya hanya itu. Semoga.

"Emm, begitu ya."

Saint dapat melihat kekhawatiran di wajah Rose.  Rose sangat mencintai suaminya, Saint tahu itu. Keputusannya sudah tepat. Harapan besar ada pada Perth, yang entah ada dimana sekarang.

Semoga tidak ada rencana buruk dan Daddy nya  cepat sadar. la tak ingin melihat mommy nya bersedih selepas kematian papa nya. Meski jauh dalam lubuk hatinya, ia teramat gusar dan gelisah.

"Ya sudah, malam ini pergelaran busana pertama bagi mommy. Kau harus hadir. Jangan lupa dandan yang tampan dan sekalian cantik yaa," ujar Rose, sebuah undangan resmi ia serahkan pada Saint.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang