SF 9

3.7K 161 8
                                    






Menjelang pergantian malam, mobil Perth memasuki pekarangan rumah. Di sebelahnya ada Saint yang diam membisu selama perjalanan.

Tidak. Bukan selama perjalanan.

Tapi, sejak ia bangun dari pingsannya dalam pelukan Perth di sofa panjang ruangan kantor pria itu.

Saint ingat semuanya. Di mana dirinya berubah
menjadi seorang yang murahan yang haus akan
sentuhan. la menyesal, dan soal mommy.. Saint takut mommy nya itu mengetahuinya.

Saint dan Perth mencapai klimaks saat ponselnya masih terhubung dengan telpon dari Rose. Saint takut mommy nya curiga atau bisa jadi sang mommy  mendengar geraman suara suaminya. Tidak ada yang lebih menakutkan dari ini.

"Turunlah."

Sekilas Saint melirik Perth. Badan tegap, dada bidang, bibir tipis yang.... Ugh, kedua pipi Saint memerah. Mengingat bibir itu bisa membuatnya pusing.

"Hah, apa yang kau pikirkan Saint" ucap Saint dalam batinnya.

Saint akui Daddynya memiliki fisik yang sempurna. Siapapun akan terpana melihatnya dan pasti memujanya.

Namun, dibalik kesempurnaan itu, tidak ada yang tahu ada sifat hewan di sana.

"Sampai kapan kau akan berdiam di dalam mobil?"
pertanyaan Perth membuat Saint tersadar dari
lamunannya. la bahkan tidak menyadari jika Daddy sudah berada di luar mobil. Terlalu asyik dengan pikiran sendiri.

Keduanya masuk kedalam rumah seolah tidak terjadi apapun diantara mereka tadi.

"Kau sudah pulang?" sambutan dari sang istri Perth
terima usai membuka pintu.

"Hmm."

"Ayo masuk, mau aku siapkan air hangat?"

"Terserah," jawab Perth, sedikit menyingkir dari
hadapan Rose.

"Saint," Rose memanggil anaknya, ia heran melihat anaknya itu.

"Kenapa berdiri diluar? Ayo masuk!"

Memang sedari tadi, ketika Saint melihat interaksi
Rose dan Perth. dia memilih untuk tidak mengganggu. Hatinya cukup tidak enak pada mommy nya. la merasa tidak nyaman.

"Iya, Mom." Saint mengangguk, kemudian melangkahkan kakinya lebih masuk ke dalam rumah.

"Daddy mu menjemputmu?"

Tubuh Saint menegang, dia gugup untuk berbohong pada mommy sendiri, Perth tidak membantunya sama sekali. Pria itu melengos pergi begitu saja.

"I--iya, Mom."

"Syukurlah, mommy takut jika anakku yang cantik ini naik angkutan umum. Kan bahaya apalagi ini sudah hampir malam?"

Saint terdiam, memandang nanar punggung Rose yang berada beberapa langkah didepannya. Rasa bersalahnya semakin menumpuk atas semua perhatian sang mommy padanya.

"Oh ya, tadi kenapa? Kok sambungan telpon mommy tiba-tiba terputus. Terdengar bunyi benda jatuh dan teriakan. Kamu kenapa? Tidak apa-apakan?" Rose  berbalik, bertanya pertanyaan yang sampai saat ini mengganjal dihatinya.

Deg.

"Saat Mommy menelpon Saint berjalan tergesa di
koridor dan tanpa sengaja menabrak seorang. Ponselku pun jadi korbannya." Alasan yang bagus Saint. Berharap lah mommy mu tidak curiga.

"Lain kali hati-hati ya, sekarang bersihkan dirimu.
Mommy akan memanggilmu nanti untuk makan malam." Rose mengukir senyum di wajah, ditujukan untuk sang anak lalu pergi menaiki tanga ke lantai atas.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang