SF 26

1.9K 121 10
                                    

.
.
.
.




3 bulan kemudian

Definisi cinta itu banyak. Hanya selembar kertas tidak cukup untuk menjabarkannya. Cinta, satu kata banyak arti dan penuh makna.

Mencintai seseorang memang boleh. Tidak ada
larangan untuk hal tersebut.

Baiknya, tunjukkan dan dapatkan cinta itu dengan cara yang benar. Bukan paksaan atau menggunakan berbagai macam cara licik untuk menggenggam cinta yang ingin dimiliki.

Salah besar, jika melakukannya. Apalagi secara sengaja, tidak hanya diri sendiri. Orang lain pun akan merasa di rugikan. Jadi, cintai seseorang dengan ala kadarnya. Jangan berlebihan hingga membuat cinta itu hilang tapa bisa dimiliki.

"Hahh ..... hahh...... hahhh."

Seorang pria bangun dari tidurnya dengan nafas
terengah-engah. Bulir keringat muncul begitu banyak darixkeningnya.

"Kau sudah bangun?" tanya seorang pria lain yang
berada di ruangan yang sama juga. Terlihat jelas ketidaksukaan dari pria yang mencoba mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang.

"Perlu bantuan?"

"Aku tidak membutuhkan bantuan mu."

Pria itu mengangkat bahunya.

"Tapi kau akan selalu membutuhkan bantuan ku."

"Tharn," desis orang tersebut, ingin rasanya ia bangun dari tempat tidur kemudian menyerang pria yang bersandar di jendela balkon itu. Sayangnya, ia tidak bisa.

"Percuma saja aku meminta bantuan mu, kalau kau
sendiri tidak pernah mau menjawab pertanyaanku."

Tharn mengerutkan alisnya atas sebuah pernyataan yang di lontarkan teman baiknya.

"Pertanyaan apa ya? Kurasa kau tidak pernah bertanya apapun padaku Perth?"

"Cih." Sebuah decihan lolos dari mulut Perth atas
kepura-puraan lupa seorang Tharn.

Dan kalian benar, yang tengah bersandar di kepala ranjang itu Perth.

"Sekedar mengingatkanmu kalau kau benar-benar lupa. Hal ini sudah ku tanyakan berulang kali padamu setelah aku bermimpi akhir-akhir ini, mimpi yang sama berulang kali."

"Siapa pria dalam mimpiku? Dia bersamaku dalam
kecelakaan itu, terlihat samar tapi aku bisa dengan jelas mendengar teriakannya sebelum kecelakaan itu terjadi? Dan juga kenapa kau mengurungku di negara ini sementara di Thailand pekerjaanku pasti menumpuk banyak?"

Mendadak raut wajah Tharn berubah serius.

"Hanya itu yang kau ingat?"

"Tidak. Banyak hal dan pria itu selalu ada tapi
samar"

"Sarapan mu ada di atas nakas. Kau akan dibantu Mark untuk membersihkan diri. Aku akan pergi sebentar."

"Aku bisa sendiri," tolak Perth, yang dibalas tawa
kecil oleh Tharn.

"Hilangkan gengsi mu, Perth. Kau membutuhkan
kami meski kau bisa ke kamar mandi sendiri dengan
tongkat penyanggah ataupun kursi roda, tetap saja didalam sana kau masih membutuhkan bantuan."

Perth memalingkan muka, ia menggeram marah
dalam hati. Dosa apa yang telah dia lakukan hingga Tuhan memberinya kondisi seperti ini.

Keguncangan dirinya di awal seakan percuma, nyatanya ini bukan mimpi. Kini dirinya berusaha menerima takdir walau berat.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang