SF 17

2.9K 142 3
                                    





Mobil Rose berhenti tepat didepan butik miliknya. la
keluar dari mobil, berniat masuk kedalam butiknya. Belum sempat ia membuka pintu, tangannya terlebih dulu ditarik paksa oleh seseorang.

Seseorang yang sangat ia tahu siapa itu, orang yang masuk kedalam daftar pertama orang yang
harus ia hindari mulai detik ini.

"Lepaskan aku, Tharn.!"

"Kita harus bicara, Rose."

Tharn menarik Rose membawanya menuju tempat sepi jauh dari keramaian namun dekat dengan butik.

"Dengar..."

Tharn berusaha berbicara meski Rose terus mencari celah menyingkir dari hadapannya.

".....aku ingin minta maaf padamu. Harusnya aku tidak mengikuti insting lelakiku untuk tidak menyentuhmu waktu itu tapi kau terus memancingku hingga pertahanan ku goyah."

Rose terhenyak.

"Aku memancing mu? Aku tidak mungkin seperti itu. Kau jangan mengada-ngada."

"Itu benar, kau melakukannya tanpa sadar."

"Ckk." Rose mendecih, ia memang ingat dan ia sadar, tubuhnya terasa panas dan ingin disentuh setelah ..... seketika mata Rose membola.

"Kau pasti mencampurkan sesuatu kedalam minuman yang ku buatkan untukmu, kan? Jawab!"

Tharn tersentak, ternyata Rose tidak sebodoh yang ia kira.

"Obat? lya? Aku benar, kan? Jawab!"

Mendadak tubuh Tharn membeku, ia tidak menampik dan itu memang kenyataannya.

"Berengsek, kau Tharn.!" Rose memukuli dada Tharn, ia melampiaskan semua rasa kesal dan juga kecewanya.

Tharn yang ia kenal sebagai orang baik, ternyata tak
ubahnya manusia bertopeng.

"Berengsek..... breng--mmpph."

Tidak tahan Rose yang terus mengatainya serta
memukuli dadanya, Tharn menarik pinggang Rose mendekat ke arahnya, mengunci tangan Rose dibelakang tubuh wanita itu, kemudian menciumnya secara brutal.

"Kau terus saja menyebutku berengsek, akan ku
tunjukan betapa brengseknya aku, kau pasti akan terkejut."

Tharn menyeringai, ia sudah tidak perduli lagi. Tidak lagi ada yang ditutup-tutupi. la akan melakukannya secara terbuka. Tidak lagi menahan hasrat gairah yang menggebu, ia pasti akan langsung serang.

"Turunkan! Turunkan aku! Tolong!"

Menggendong layaknya kantung beras, Tharn membawa Rose pada celah sempit diantara butik milik Rose dan juga toko sepatu yang sudah tutup. Beruntung tempat itu sepi, walau Rose berteriak minta tolong pun tidak ada yang dengar kecuali jika Rose berlari kearah butiknya dan meminta tolong para pegawainya di sana. Mungkin mereka akan menolong, tapi seorang Tharn tidak akan membiarkan hal itu.

"Lepaskan aku, berengsek!"

Menutup telinga, Tharn memojokkan Rose ke dinding. Mempersempit jarak mereka hingga tidak ada celah sama sekali.

"Kau merasakannya, betapa kerasnya aku karenamu." Tharn menggesekkan kejantanannya di depan kemaluan Rose.

"Lepaskan aku, Tharn..!"

Mengunci tangan Rose keatas kepala dengan sebelah
tanpa mencegah pemberontakan yang berlebihan nanti.

"Ugh." lenguh Rose ketika Tharn menggesek kasar
dirinya di bawah sana, tanpa membuang banyak waktu, Tharn mengangkat Dress selutut Rose, menarik celana dalam yang tersembunyi di sana yang menutupi sesuatu yang indah yang sangat ia sukai.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang