SF 28

2.2K 108 9
                                    


***

"Kau melihatnya, " ucap sesosok pria terhadap wanita yang jauh beberapa langkah didepannya. Wanita yang sedari tadi telah menyaksikan kerapuhan hati dua orang yang sesama jenis.

"Tidak hanya kau yang terluka, mereka pun sama. Tapi kau masih tembok bagi mereka. Mereka tetap menghargai mu sebagai orang yang dulunya
mereka sakiti."

Tampak wanita tersebut membelai sisi wajahnya,
seperti orang yang tengah menghapus airmata yang
mengalir di pipi.

"Lalu aku harus apa?"

***

Tok...... tok ..... tok.

Pintu diketuk dengan cukup keras berulang kali, hingga sang pemilik rumah tergopoh-gopoh beranjak dari dapur menuju pintu utama.

"Jamkkan gidalyeoyo. Na..." Pintu terbuka, pemilik rumah terpaku melihat sosok yang berkunjung kerumahnya.

"Kau kemana saja? Lama sekali."

Si pemilik rumah, tertunduk.

"Ma-maaf." cicitnya, antara takut, rasa bersalah dan rindu. la lampiaskan semuanya pada tangannya yang saling bertaut dan bergerak-gerak gelisah.

"Maaf... Maaf... Maafmu tidak akan--"

Sosok tamu yang tadinya matanya menyorot tajam,
kini berubah lembut. Melihat kegugupan pria didepannya. Setitik air mata jatuh dari sudut matanya.

"Maaf."

Ditariknya si pemilik rumah dalam satu kali tarikan,
masuk kedalam pelukannya. Bukan untuk dijatuhkan.

"Tidak akan, aku tidak akan pernah tidak memaafkanmu."

"Huh," gumam si pemilik rumah, ia tidak tahu harus berkata apa.

"Serius?" sambungnya lagi seraya membalas
pelukan pada tamu tak terduganya. Kalau ini hanya mimpi, biarkan. la sangat merindukan sosok ini. sosok berharga untuknya.

"Ya, tidak pernah seserius ini."

Si tamu melepaskan pelukannya.

"Sudah ah, nanti bisa kita lanjutkan. Sekarang ikut dengannya," ujar tamu tersebut sembari menunjuk sosok pria yang tengah melambaikan tangannya kearah mereka.

"Ikut dengannya dan kejar yang harusnya kau kejar. Jangan lepaskan."

"Ini nyata." tanpa banyak bicara, si tamu mencubit kedua pipi lawan bicaranya.

"Sakit?"

Menganggukkan kepala seraya matanya berkaca, si
pemilik rumah menjawab,

"Sakit."

"Duh, kau membuang waktu cukup lama. Cepat kau
ikut dengannya dan kejar dia. Cepat!" pintanya sambil menarik masuk si pemilik rumah ke dalam mobil.

"Dia siapa? Aku mau di sini saja."

"Pangeranmu, kau harus mengejarnya sebelum
terlambat." tanpa menunggu jawaban sosok itu melambai pada pria yang akan memasuki mobilnya.

"Sopir ganteng, bawa tuan cantik pada pangerannya yaa." jempol terangkat tinggi sebagai jawaban dari kata iya.

"Dia tidak pernah meninggalkanmu meski kau telah
memintanya pergi berulang kali. Rasa mommy padanya, tentu berbeda dengan rasamu padanya begitu pun rasanya padamu. Kalian saling terhubung, sedangkan mommy dan dia tidak. Rasa penasaran, kekaguman membuat mommy ingin memilikinya dan ketika mommy memilikinya mommy pikir mommy tidak bisa melepaskannya begitu saja. Mommy terlalu terobsesi padanya menganggap dengan memilikinya mommy merasa tinggi di atas wanita manapun di dunia ini, yang memujanya, rasa bangga bisa memiliki orang yang teman-teman mommy dulu kagumi membuat mommy menjadi buta. Sekarang mommy tahu, tidak adanya dirimu pun pernikahan itu tidak akan bertahan lama. Perth menikah dengan mommy karena satu tujuan dan mommy menikahinya karena satu tujuan juga. Kalau tujuan itu habis, pernikahan itu pun akan hancur juga."

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang