SF 10

4.2K 159 9
                                    



Rose dan Saint makan dalam diam. Saint tidak ingin
bertanya mengenai Daddy nya yang tidak ikut makan malam bersama.

Karena ia tahu, melihat mommy diam pasti berhubungan dengan pria itu. Pria aneh yang suka semena-mena.

Ting nong.

"Lanjutkan makan mu, Saint. Biar mommy yang buka."

Rose beranjak dari kursi untuk membuka pintu saat bel berbunyi, menghalangi niat Saint yang ingin membuka pintu.

Saat pintu dibuka, di sana berdiri pria gagah dan tinggi yang cukup tampan tersenyum tipis kearah Rose. Dia adalah asisten kepercayaan sekaligus sahabat Perth.

"Tharn."

"Aku ingin menitipkan ini. Berkas yang harus Perth
tanda tangani dan pelajari untuk rapat besok pagi." Tharn menyerahkan berkas yang dibawanya pada Rose.

"Perth di dalam, tidak ingin bicara sendiri?" Tharn menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu. Aku hanya ingin mengantar ini saja," tolak Tharn halus.

"Mommy, kenapa lama sekali?" Saint muncul dibalik
punggung Rose, sedari tadi ia bosan karena menunggu sang mommy yang tak kunjung kembali.

Mata bulat Saint memandang Tharn, dahinya berkerut. Otak cantiknya sedang bekerja. la merasa pernah bertemu pria ini.

Melihat itu, Rose tersenyum.

"Dia Tharn. Panggil saja Om Tharn. Dia sahabat sekaligus asisten Daddy Perth." Ucapan Rose membuat hati Saint gelisah. Memang benar. Harusnya ia memanggil Perth dengan sebutan Daddy.

'"Hai, Saint. Senang bertemu denganmu lagi."

"Bertemu denganku lagi?" tanya Saint, ia merasa janggal dengan kata lagi yang Tharn ucapkan. Pria itu terkekeh melihat kepolosan Saint.

"Oh, aku terluka. Padahal aku ada di rumahmu waktu itu. Menemani Perth melamar mommymu. Kau lupa?"

"Maafkan aku, Om Tharn. Aku lupa. Habisnya penampilan Om berbeda. Seperti anak muda sekarang. Acak-acak kan penampilannya. Tidak ada jas dan juga celana kain yang membosankan." celoteh Saint, setelah mengingat sosok di depannya ini.

Tharn mengacak surai Saint gemas.

"Kau pikir, aku terlihat tua dengan setelan baju kerja? Ck, padahal itu keren." Saint hanya terkekeh pelan sebagai jawaban.

"Kalau begitu, aku pamit ya. Sampaikan salam ku untuk Perth." pamit Tharn, kemudian berbalik pergi setelah mendapatkan anggukan Rose dan Saint.

Senyum merekah tak lepas dari wajah Tharn. Akhirnya, pertemuan itu terjadi kembali. Kini ia berharap bisa tidur nyenyak seperti biasanya. Waktu telah memberinya kesempatan. Akankah waktu memberinya kesempatan lagi, nanti?

***

Saint merasa lelah. la merebahkan tubuhnya di atas
ranjang ingin tidur. Tapi beberapa menit kemudian
matanya tak kunjung terpejam. Masih terbuka
tanpa rasa kantuk.

Suara gemerisik terdengar entah dari mana. Gemerisik yang sepertinya berasal dari kain kasar yang bergesekan disertai langkah kaki. Mendadak rasa takut menyelimuti hati Saint. Pada dasarnya ia memang seorang penakut walau waktu masih menunjukkan pukul setengah delapan malam tetap saja ia takut.

Saint menyibak selimut. Lalu berjalan menuju pintu
kamarnya. Mencoba memeriksa dari sana. la menempelkan telinganya di pintu. Saint bahkan lupa jika kamarnya ini kedap suara. Jadi mana mungkin suara dari luar dapat terdengar.

Saint membuka pintu kamarnya. Mengeluarkan
kepalanya saja seraya menoleh ke kanan dan ke kiri
mencari suara yang kian jelas terdengar. Tidak ada hal apapun dan hilangnya mendadak suara itu membuat tubuh Saint semakin merinding. Secepat kilat ia menutup pintu dan berbalik.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang