SF 7

4.7K 173 5
                                    

..
..
..
..
..

"Kenapa kau terus bergerak gelisah, CutiePiee?" tanya seseorang yang duduk di belakang Saint.

Bulu kudu Saint meremang, nafas hangat pria
dibelakangnya semakin membuatnya tidak nyaman.

"Tidak apa-apa, Al."

Memang sedari tadi, Saint merasa tidak nyaman. Bukan karena saat ini ia berada dimata kuliah yang tidak ia suka. Melainkan hawa panas yang keluar dari tubuhnya. la merasa berbeda dengan tubuh yang mendadak sensitif.

"Aku tidak yakin."

Saint menegakkan tubuhnya, saat dirasa pria dibelakangnya mencondongkan tubuh berbisik padanya hingga tanpa sengaja nafas hangat pria itu menerpa belakang telinganya lagi.

Sedikit menoleh kebelakang, Saint berbisik lirih agar
tak ketahuan dosen yang sedang menulis dipapan tulis dan agar tidak ada yang tahu kondisinya saat ini.

"Percayalah, aku baik-baik saja."

Melihat tatapan meyakinkan dari Saint, mau tidak mau pria yang dipanggil Al oleh Saint mengangguk, mengiyakan. Padahal dalam hati ia merasa ragu.

Kenapa? pikir Saint.

la merasa sangat tidak nyaman. Saat tangannya menyentuh pena, getaran dalam diri ia rasakan hingga sampai ke kejantanannya. Rasanya basah dan sesuatu seperti keluar dari penisnya yang berkedut. la pun memutuskan untuk tidak menyentuh apapun. Sampai kapan ia bisa bertahan di kondisi seperti ini? Serasa ingin menangis.

Saint menutup kedua matanya,mencoba
menguatkan diri. Bayangan erotis Daddy nya tiba-tiba hinggap dibenak Saint. Tangan berotot yang memeluk pinggangnya, meremas dadanya. Bibir tipis merah alami yang mengeksploitasi bibirnya liar dan benda panjang berotot juga besar.

Tidak.

Saint  menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan pikiran kotor dalam otaknya. Tapi sayangnya tidak mudah, semua ini begitu menyiksanya.

Drrtt ..... drrrtt..... drrtt..

"Shhh." Saint mendesis, getaran ponselnya berhasil
membakar dirinya, dia menutup mulut cepat sebelum mengambil benda persegi di kantong celananya. Keadaan yang semakin menyiksanya.

'Datanglah ke kantorku, jika kau membutuhkanku.'

Mata Saint membulat, sekarang ia ingat. Pesan ini sama dengan apa yang diucapkan Daddy nya tadi pagi sesaat setelah ia keluar dari mobil. Sepertinya ia dijebak.

Drrtt.... drrtt.

"Akhhh!"

"Kau kenapa Tuan Muda Saint Suppapong."

Wajah Saint memerah, ia kelepasan. Kini seluruh mata dalam kelas tertuju menatap kearahnya.

"Sa-saya ti-dak apa-apa, Pak," jawab Saint terbata. la
terus saja menunduk malu seraya menahan gejolak dalam dirinya yang terus membuncah.

Sang dosen menatap Saint curiga.

"Sungguh,? Kau tampak pucat?" Dosen laki-laki itu menghampiri Saint, Saint menegang ketika pundaknya ditepuk. Secepat kilat ia beranjak dan menepis tangan dosennya dari bahunya.

"Bo-boleh saya izin hari ini, Pak?" tanya Siant dengan bibir bergetar. Kedua alis dosen yang sekiranya mash berusia tiga puluhan itu menyatu.

"Baiklah, kau di izinkan." Siant mengangguk.

" Terima kasih, permisi." Saint melangkah lebar, menghindari tatapan penuh tanya dari teman-temannya. Termasuk dari seorang pria di
belakangnya. Alfa Nerendra.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang