SF 4

7.9K 228 11
                                    




Saint keluar dari kamar mandi dalam kamarnya.
Memakai jubah mandi dan handuk yang melilit di kepala. Tubuh remuknya tampak rileks, ia tidur dari siang sampai menjelang malam. Tau sendiri, malam kemarin dia tak punya banyak waktu istirahat karena ulah sang Daddy.

Mata Saint membesar ketika dilihatnya seseorang yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang seraya bersendekap dada. Saint merasa udara disekitar terasa menipis, ia sesak.

"Jangan lagi," batinnya.

"Kemari lah." Perintah Perth. Jangan harap Saint menurutinya, tidak akan. Perlahan langkah kaki Saint berjalan mundur.

"Jangan membuatku marah atau kau tahu akibatnya
nanti," desis Perth tajam.

Dengan tubuh sedikit gemetar Saint mendekati
Perth, bukan karena dia gampangan. Ancaman Perth, bisa membuat ia kehilangan seluruh keluarganya. Tapi ia juga tidak bisa selamanya terus begini. la hanya bisa berharap, akan ada seseorang yang mau membantunya lepas dari kekangan Perth.

(Semoga saja, kalian doakan ya)

"Cepat!" bentakan Perth mengejutkan Saint.
Sampai di samping ranjang, Perth menarik tangan
Saint, hingga pria itu duduk menyamping di atas
pangkuannya.

Secepat kilat Perth menyambar bibir Saint, melampiaskan semua sensasi dalam tubuhnya. Sedari tadi memang ia tahan. Tubuh Saint yang hanya dibalut dengan jubah mandi.

Lidah Perth menjelajahi seluruh rongga mulut Saint, suhu tubuh mereka sama-sama panas. Jangan salahkan Saint, dia memang tidak menginginkan ini.

Tetapi tubuhnya tidaklah munafik ketika dipancing sedikit meski ditahan sekalipun akan runtuh juga.

Sebelah tangan Perth menekan leher Saint,
sebelahnya lagi mengatur posisi Saint agar menghadap dirinya. Jubah mandi Saint tetap terikat. Namun, bagian bawahnya tersampir hingga memperlihatkan paha yang putih mulus dan kencang.

"Nggh," Saint melenguh saat merasa sesuatu yang keras menekan pantatnya, Saint yakin jika itu milik Perth.

Perth memegang erat pinggang Saint. Memaju
mundurkan tubuh Saint di atas miliknya. Mereka saling menggesek.

Perth merasakan yang Saint rasakan. Rasa nikmat yang tak tertandingi. Meninggalkan kesan basah di celana Perth. Membuat milk Perth mengeras luar biasa. Mereka terbakar dalam dosa, hanya untuk meraih nikmatnya dunia.

Gesekan itu semakin keras dan cepat. Sampai dimana dalam ciuman panas mereka melenguh karena puas. Perth melepas ciumannya, menyatukan keningnya pada kening Saint.

"Luar biasa," gumam Perth, ia mengelus pipi Saint
yang merona.

"Kau menikmatinya bukan?" Saint hanya diam.

"Tak usah mengelak, kabut gairah di matamu menunjukkannya padaku."

"Aku membencimu."

Saint ingin sekali menarik diri dari Perth jika tidak ada tekanan di kepala dan pinggangnya. la benci melihat wajah Perth seolah merendahkan dirinya.

"Benar, orang yang kau benci ini yang telah
membawamu pada surga dunia, " seringai Perth melebar, Saint memukuli kedua pundak Perth karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk melampiaskan kemarahannya. Namun, hal itu sama sekali tidak berdampak bagi Perth.

"'Aku sangat membencimu! manusia tidak punya hati!"

Satu ujung bibir Perth terangkat.

"Ingin sekali aku memasuki mu sekarang, memakan mu sampai habis..." Perth mengecup bibir Saint, dia belum melepaskan dahinya, membiarkan menempel pada dahi Saint.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang