SF 14

2.9K 143 4
                                    



Saint pulang ke rumahnya, ah bukan rumahnya
sebenarnya. Melainkan rumah Daddy nya. la baru pulang kuliah, selama di kampus pikirannya tidak berada di sana. Berkelana entah ke mana.

Mommy nya pergi mencari suaminya yang dari
malam usai pertengkaran itu terjadi memilih pergi, hingga matahari menunjukkan sinarnya tidak pulang sama sekali.

Kekhawatiran jelas terlihat diraut sang mommy. Hal yang menurut Saint, Perth tidak pantas mendapatkannya.

Rumah terlihat sepi dan sunyi saat ia memasukinya,
rumah ini berpenghuni namun terlihat tak berpenghuni.

Jika ada orang bertamu mungkin mereka ingin cepat pulang. Bagaimana tidak, hawa rumah ini terasa dingin dan tidak bersahabat.

Bahkan Saint sendiri merinding masuk kedalam, ia
semakin was-was saat mendengar bunyi jatuh.

Suaranya berasal dari lantai atas. Saint pun bergegas menuju lantai atas rumah. Jantungnya berdebar kencang, semakin kencang bukan sesuatu hal aneh ataupun pencuri masuk kedalam rumah seperti dugaannya. Melainkan suara desahan. Sial.

Kaki Saint melangkah mendekati suara desahan
tersebut yang kini semakin terdengar jelas di telinganya. Kamar mommy dan Daddy nya. Suara itu berasal dari sana.

Saint mendengar deru nafas seorang pria, deru
nafas memburu karena gairah yang tak asing di telinganya.

Hati Saint berdebar, berdenyut rasa sakit ia rasakan. Dan entah kenapa matanya kini mulai berkaca,

Pintu kamar mempunyai sedikit celah, tidak
tertutup sepenuhnya. Dengan tangan bergetar Saint
mendorong sedikit pintu kamar itu agar terbuka agak lebar.

la menutup mulutnya karena syok. Lagi, untuk kedua kalinya. Dirinya melihat Perth bercinta dibawah selimut dengan wanita lain. Bukan dengan Rose, mommy nya ataupun wanita tadi malam. Kali ini berbeda. Denyutan sakit itu kian terasa hebat menderanya. Air matanya mengalir deras tanpa terkendali. Ingin sekali ia pergi dari sini, tapi kedua kakinya tidak bisa diajak kompromi. Lemas dan tak bisa digerakkan.

Saint pun meraih dinding di samping pintu.
Menumpukan dirinya di sana hingga jatuh terduduk
bersandar di dinding. la harus pergi jika tidak ingin
ketahuan Perth. la takut terjadi sesuatu yang tak terduga nantinya.

Tapi tidak bisa, susah sekali pergi dari sini. Suara desahan itu semakin hebat terdengar. Raungan
nikmat kedua insan saling bercumbu terus bersahutan. Membuat Saint semakin merasakan sesak tak terkira di dadanya. la menutup kedua telinganya, tidak ingin mendengar suara-suara menjijikan itu lagi.

"Kenapa bisa sesakit ini?" lirihnya dengan suara parau.

"Kenapa kamar ini tidak kedap suara seperti kamarnya."

Saint tidak melanjutkan ucapannya, tangisannya malah semakin deras keluar. Ketika mengingat percintaannya bersama Perth dalam kamarnya yang kedap suara hingga mereka bebas mendesah sekeras apapun.

"Kenapa harus ingat, bodoh?" Saint memukul kepalanya, berharap bayangan dirinya
bercinta dengan sang daddy nya itu hilang. Pergi dari otaknya.

"Saint." Saint menolehkan kepala saat kedua telinga
menangkap suara seseorang memanggilnya,

"Mommy." Kepanikan melanda diri Saint, mommy nya tidak boleh tahu soal ini, atau dia akan semakin sakit.

"Mommy berhenti!" teriaknya pada Rose berada ditengah tangga. Rose antara tidak menghiraukan ucapan Saint atau terlalu khawatir melihat anaknya menangis, Rose tetap melanjutkan langkahnya.

Saint sendiri berusaha bangkit, tapi sayangnya tidak
bisa, kakinya terasa lemas.

"Mommy, berhenti!" ulang Saint,

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang