SF 19

2.4K 138 9
                                    




Rose memandang meja makan dengan sendu, la
merasa telah menjadi sosok istri yang durhaka. Tidak menyiapkan makan malam untuk suaminya, malah. Akh sial.

la tidak ingin mengingatnya. Ini semua karena Tharn.

Andai pria itu tidak datang ke dapur dan langsung
menyerangnya dengan semua ancaman-ancaman gilanya, mungkin saat ini mereka tengah makan malam bersama.

Tapi apa?

Ketika suaminya turun untuk makan malam, tidak ada satu pun makanan tersedia di meja makan dan parahnya lagi. Perth datang ketika ia dan Tharn baru selesai dan akan melaku ... ugh. Ini gila. la bisa gila mendadak.

Tanpa ucapan, tanpa kata. Suaminya langsung pergi.
Meninggalkan ia bersama Tharn yang seolah bahagia melihat Perth tidak menghiraukan nya.

Rose merasa terkilan perbuatan Perth yang sama sekali tidak mengendahkan dirinya. Hanya satu kali Perth menyentuhnya saat malam itu, setelah itu Perth tidak pernah menyentuhnya lagi. Rose letih, masa bodoh dengan tubuhnya.

Perth tak mengindahkannya karena mulut dan tangan jahil pria itu di bawah diantara kedua kakinya, ia jadi tidak bisa berbicara dengan benar untuk menjelaskan kenapa ia belum membuat makan malam.

Padahal ia sudah membujuk, untuk menyiapkan makan malam dengan cepat. Tapi percuma, suaminya lebih memilih pergi daripada mendengarkannya. Hati Rose seolah diremas kuat oleh tangan tak kasat mata.

Sakit.

Berkali-kali ia berusaha untuk menarik Perth agar
tertarik padanya namun selalu gagal. Segala usaha yang ia lakukan tidak pernah berhasil. Bukannya mendekat, Perth malah terlihat semakin jauh. Tak terjangkau walau ada di depan mata.

Rose menghapus air matanya. la beranjak dari tempat duduknya, menuju kamarnya. Ya, kamar. Tempat yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman untuk sepasang suami istri memadu kasih dan bertukar cerita.

Sayangnya, tempat ini terasa dingin untuknya. Tidak
ada kehangatan, selalu dingin dan sepi.

Selama ini, setelah hampir dua bulan menikah. la tahu, Perth tidak pernah tidur satu ranjang bersamanya, mungkin hanya malam itu. Malam di mana ia berasa jadi jalang untuk suaminya. Malam itu ranjangnya tidak sedingin biasanya tapi ada kehangatan di sana. Itu berarti suaminya telah tidur bersamanya. Terbukti cairan putih merata di ranjang yang ia ketahui sebagai sperma dan Perth keluar dari kamar mandi.

Hari itu senyumnya mengembang lebar tanpa bisa dicegah. la bahkan berdoa pada Tuhan, agar tetap seperti ini.

Tapi, doanya tak terkabul. Hanya malam itu. Hanya
malam itu Perth tidur bersama. Setelahnya tidak pernah. Perth lebih memilih tidur di rang kerjanya daripada bersama dirinya. Miris.

Rose menjatuhkan dirinya tengkurap di ranjang. la
ingin tidur, ia merasa lelah akan nasib pernikahannya. Masa bodoh dengan tubuh lengketnya akibat percintaan paksa yang Tharn lakukan. la lelah dan ingin tidur.

Biarlah Rose terbuai dalam mimpi, sejenak biarkan ia lupa akan kenyataan hidupnya. Meninggalkan sosok yang diam-diam mengintip dari celah pint yang sedikit terbuka dan tengah berbisik kecil.

"Good Night, Naughty Girl. Mimpi indah."

***

Saint membuka matanya. la tersenyum mendapati
matahari hangat menerpa wajahnya. Sedikit menggeliat sebelum beranjak dari ranjang.

"Hmm, kau sudah bangun," gumam Perth seraya
menarik Saint masuk dalam dekapannya.

Saint lupa jika Perth tidur bersamanya, jangan salah
paham loh ya, tidur normal. Ehem, untuk pertama kalinya loh ini, mungkin. Apa kalian percaya?

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang