"Ini tengah malam dan kau masih bersedih? Aku sudah membereskan semuanya," ucap pria paruh baya dengan nada marah, siapa yang tidak marah.Baru pulang bekerja ia mendapati sang istri menangis dan mengatakan kabar buruk tentang satu satunya adiknya. Kabar yang cukup menyayat hatinya.
"Melihatmu dan Rose seperti ini, membuatku benar-
benar ingin membunuh pria itu. Rose ada disini serasa tidak bernyawa sedangkan kau terus saja menangis. Harusnya kau tidak usah kembali ke sini, telpon aku dan aku akan pulang. Aku akan hadapi pria itu, bukan seperti ini."Mendengar penuturan suaminya, tidak menghentikan air mata dari matanya agar berhenti. Terus saja mengalir.
"Aku bingung, a-ku tidak tahu harus apa. Satu-satunya cara yang ada di pikiranku membuat Rose sesegera mungkin bercerai dan membawanya ke sini. Salahmu juga, menawarkan Rose padanya. Kau terlalu obsesi, membuat perusahaan kita jadi besar sampai lupa kebahagiaan adik sendiri. Sekarang lihat akibatnya."
Pria itu Jira -Kakak kandung Rose menggenggam erat pinggiran kasur.
"Aku tidak memaksanya. Dari dulu, aku tahu Rose sangat mengagumi pria itu. Tidak ada salahnya membuat Rose bahagia, selagi ada kesempatan aku menjodohkan mereka."
"Bukan menjodohkan tetapi menawarkan. Kau menawarkan adik kita. Dan bodohnya aku ikut menyetujui hal itu. Niatmu ingin membuat dia bahagia, tapi di balik semua itu kau juga ingin mendapat keuntungan. Kita sama-sama salah, membawa dia masuk ke dalam lubang neraka."
Jira diam, ada benarnya yang dikatakan oleh istrinya, ia tidak menampik sama sekali. Sekarang ia menyesali perbuatannya.
"Besok seorang psikolog akan datang, kita dampingi Rose , kita dukung dia agar tidak lagi melakukan
percobaan bunuh diri."Nuk menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan
sang suami."Dan Sai--"
Belum sempat Nuk melanjutkan ucapannya, Jira
lebih dulu pergi dan membanting pintu kamar mandi. Bukan amarah yang ia lampiaskan, tetapi kekecewaan yang begitu besar dalam hatinya."Arggghh."
Nuk mendengarnya. Teriakan kecewa sang suami dari dalam kamar mandi. Suaminya itu sangat menyayangi keponakannya. Sama halnya dengan dirinya. Sayangnya, rasa kecewa itu lebih mendominasi. Mempermalukan keponakkannya di khalayak umum bukanlah keinginan mereka.
Sebelumnya ada kebimbangan, kebimbangan yang pada akhirnya menjadi berat sebelah setelah melihat adiknya begitu kacau dan tidak memiliki semangat hidup.Salahkah ia membela Rose jika nyatanya adiknya itu
terlihat begitu tersakiti? Sedangkan Saint, ia tidak tahu kondisi keponakkannya itu dan sepertinya tidak mau tahu juga. Dimatanya Saint tetaplah salah karena telah mengkhianati mommy nya. Orang terdekatnya.***
"Apa yang kalian bicarakan!" bentak Perth pada dua
suster yang menangani Saint. Saint terpaksa di berikan suntikkan obat penenang, pria itu tidak bisa tenang. Segala barang yang bisa diraihnya di lemparkan Saint pada dirinya sesaat setelah ia masuk setelah mendengar jeritan Saint.Dirasa mengganggu ketenangan pasien lain, dokter
datang bersama dua orang suster dan beliau meminta dua orang suster tersebut memberikan suntikan obat penenang pada Saint tentunya atas persetujuan Perth juga.Baru sesaat ia keluar untuk berbincang empat mata dengan dokter yang menangani Saint, hal tak terduga ia terima. Dua suster itu tengah membicarakan kesayangannya dalam pekerjaan mereka. Yang jelas tak luput dari pendengaran Perth, terbukti amarah pria itu terlihat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Father (END)
FanfictionSi bapa tiri yang tertarik dengan anak tirinya yg imut 🏆 #24 perth 🏆#38 stepfather 🏆#56 saint 🏆#14 pinson 🏆#42 Ibc 🏆#12 saintsuppapong 🏆#10 perthtanapon 🏆#476 perthsaint