SF 8

4.5K 141 5
                                    

..
..
..
..
..
..

Perth, si pemilik kursi berdiam diri duduk di sana
berhadapan pria manis yang sangat dipujanya pada pertama kali bertemu. la tidak bisa menganggap ini cinta.

Cinta tidak datang secepat itu bukan?

Yang pasti ia tidak bisa melihat pria ini menikah
dengan pria atapun wanita selain dirinya.

la juga tak menyukai prianya disentuh pria lain. Ini cinta atau sekedar obsesi saja? Butuh waktu baginya memahami hatinya sendiri.

Saat ini, cukup untuk membuat pria ini tak hilang
dari jangkauan matanya saja.

Saint menatap sayu Perth. Tubuhnya bergejolak
menginginkan hal yang tak seharusnya, bukan hanya sekedar ditatap saja.

"Berjanjilah, untuk tidak dekat dengan laki-laki atau perempuan lain selain aku."

Tidak pikir panjang, Saint mengiyakan permintaan
Perth karena hawa panas telah menguasainya.

"Iya, aku janji." Perth tersenyum puas.

"Good boy." Tidak menunggu lama. Perth memagut bibir Saint dan perlahan memasuk penisnya kedalam hole Saint. Saint mendesis kecil saat dirinya merasa penuh di bagian bawah.

"Lingkarkan kakimu di pinggangku." ucap Perth
setelah masukkan penisnya sepenuhnya, ia kemudian membawa Saint dalam gendongannya menuju sofa panjang di ruang kerjanya.

Perth mulai menggerakkan tubuhnya dalam tempo
pelan. Menikmati ekspresi Saint yang begitu kentara akan gairah membuatnya juga merasakan hal yang sama bahkan lebih.

"Bi-sa......le-bih...ce-pat."

"Jangan terburu-buru, kita bisa menikmati waktu kita lebih lama lagi tanpa rasa takut," ucap Perth.

"Ah..ahh.." desah Saint menikmati hujaman Perth.

Suara dering ponsel disertai getaran menggema seolah mengiringi tempo gerakan Perth. Saint yang merasa kenal dengan dering ponsel yang dia buat untuk orang spesial itu seketika membelalakkan matanya. Jantungnya pun ikut berdegub kencang.

"Hentikan, itu telpon dari mommy. Aku harus
mengangkatnya," ucap Saint dalam sekali tarikan nafas.

"Mommymu?" Saint mengangguk.

"Aku tidak akan menghentikan ini." Seketika Perth mempercepat gerakannya menjadi cepat dan mengangkat tubuh Saint dari sofa, menggendong di depan tanpa menghentikan gerakannya.

Perth mengambil ponsel Saint yang tergeletak di
lantai, lalu menatap Saint .

"Kau bisa mengangkatnya, Saint." Perth menghentikan gerakannya, lalu memberikan ponsel itu kepada Saint kemudian menghimpit tubuh Saint pada dinding terdekat.

"Ha-lo."

"Saint."

Kali ini Perth mempunyai ide gila. Jangan salahkan dirinya. Salahkan saja, wanita yang menelpon disaat yang tidak tepat.

"Bukankah akan menyenangkan, jika kita berhubungan bersamaan dengan kau mengobrol bersama mommymu, hmm," bisik Perth di telinga Saint.

Saint terkejut, lalu menggelengkan kepalanya dan
menatap memohon pada Perth agar tidak melakukan ide gilanya tersebut. la takut, sangat takut kelepasan dan ketahuan nantinya. la juga tak ingin dibenci oleh mommy nya.

Tidak, tidak boleh.

Perth tetaplah Perth yang tidak akan mendengar permohonan siapapun apalagi jika permohonan itu tidak disukainya. Huh, jangan harap terwujud.

Step Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang