Jangan lupa vote & comment
Adelia Pov
Pagi ini aku di sibukkan dengan tumpukan berkas yang ada di ruangan ku, sebenarnya tidak terlalu penting tapi, karena tidak punya kesibukan di Cafe. Aku lebih memilih mencari kesibukan agar tidak memikirkan insiden sialan itu, yang terus terngiang di pikiranku
Mengingat pernikahan itu, membuat kepalaku jadi pusing apa yang harus ku katakan kepada Sasa, terlebih lagi oma dan opaku, apa yang harus ku jelaskan kepada mereka berdua. Apalagi opaku yang memiliki sifat overprotective terhadapku, mengingat mereka berdua aku menjadi sangat rindu
Sejak kedua orang tuaku meninggal,mereka yang merawatku dan ikut dengan mereka di Kanada, besar di Kanada bukan berarti aku hidup dengan bebas. Selama di sana opa mendidikku menjadi gadis yang tangguh dan mandiri, aku tidak menyesal di didik oleh opa dengan cara yang keras. Karena dirinya, aku tumbuh menjadi seorang wanita karier yang mandiri
Tok tok tok
"masuk" Ucap ku tanpa melihat siapa yang masuk di ruanganku
"Maaf mengganggu Bu tapi, ada pak Mahesa dia mau bertemu dengan ibu" perkataan pegawaiku membuatku menghela nafas, terhitung sudah lima hari sejak insiden itu Mahesa terus saja ingin menemuiku, entah itu di kantor atau pun di rumah membuatku pusing
"Bukannya saya sudah bilang, kalo saya tidak ingin bertemu dengan siapapun termasuk dia" pegawaiku menunduk, gara-gara Mahesa dia menjadi sasaran moodku
"Tapi pak Mahesa nggak mau pergi bu, bahkan dia mengancam akan menutup Cafe kita kalo ibu tidak mau bertemu dengannya"
"Apa-apaan ini!!" karena tidak tahan aku melempar map yang ada di tanganku dan keluar dari ruangan
Ku lihat pria berwajah Arab itu tengah duduk dan menikmati minuman yang di sajikan pegawaiku, jika aku yang membuatnya akan ku tuangkan sianida di minumannya itu
"Apa yang ingin anda bicarakan" Ucap ku saat berada di depannya, ingin sekali ku cakar wajahnya saat dirinya tidak menatapku, malahan menatap ke arah luar
"Tuan Mahesa Budiono, ada yang bisa saya bantu" dia berbalik kemudian memandangiku dengan alis yang terangkat sebelah
"Gua cari pemilik Cafe ini, suruh dia keluar kalo enggak!! nih tempat bakalan gua tutup" ucapan Mahesa membuatku menatapnya dengan melotot, karena berucap dengan suara yang di keraskan
"Saya pemiliknya tuan jangan bicara disini, ayo ke ruangan saya" setenang mungkin aku harus menghadapi pria petakilan itu, dengan tak tahu malunya dia melenggang masuk ke ruanganku ingin sekali ku tebas kepalanya
"Apa anda tidak memiliki sopan santun, ini ruangan saya"
"Kalo ada tamu tuh ya di tawarin mau makan apa atau mau minum apa" ucapnya dengan menampilkan senyum menawan
Tampan eh kenapa aku malah memikirkan hal itu, tidak jangan terpukau dengan senyumannya Adelia jangan!!!
"Saya rasa tadi anda sudah makan banyak di luar, jadi tidak perlu saya tawari lagi" ucapanku membuat Mahesa menatapku dengan nyalang
"Dosa lo sama suami" ucapan Mahesa membuatku berdecak, haruskah kata 'suami' di sebutkan
"Ada perlu apa kamu datang ke sini ?"
"Pake nanya lagi, ya mau jemput istri gua lah udah lima hari sejak gua nikah, kita berdua belum serumah. Jangankan serumah malam pertama pun belum pernah" dengan nada sewotnya Mahesa mengatakan hal itu, membuatku ingin melemparkan map di wajahnya
"Saya sudah bilang sebelumnya sama kamu, bahwa saya tidak mau serumah dengan kamu!! lagi pula kita cuman nikah siri jadi nggak usah berharap" Mahesa terkekeh membuatku memicingkan mata
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHESA (End)
Teen FictionBerawal dari sebuah insiden salah masuk toilet, membuat seorang Mahesa Budiono harus menjalani pernikahan secara terpaksa dengan Adelia Barbara. Apa jadinya jika Mahesa, yang dikenal memiliki sifat cerewet dan selalu ngegas itu disatukan dengan Adel...