M 29

2.8K 188 11
                                    

Guys koment yukk biar author nambah semangat buat nulis kalian bisa kok ngasih author saran atau kritikan, jangan cuman koment 'next' mulu kesannya lo pada kayak nyuruh gua up terus, kagak ngasih koment yang membangun atau apa gitu. Vote-nya juga di kencengin enak di lu pada tuh, udah koment kagak ngasih vote adduhh cakiit hati author mah😸

Lah malah curhat gua 😂

Skip :)

Happy reading!!

Hari yang dinanti pun tiba dimana kedua pasangan ansurd itu akan segera melangsungkan pernikahan untuk yang kedua kalinya di hotel milik Bintang, dan sekarang Mahesa - pria yang akan mengucapkan ijab kabul itu terlihat merapikan penampilannya didepan cermin. Dia tidak sendiri, ditemani Dikta dan juga Juna yang menemaninya

"Ganteng banget lo bang" ucap Juna membuat Mahesa menoleh padanya

"Jelaslah Mahesa Budiono anaknya papi Lintang, yang tajir melintir" dengan pedenya Mahesa mengatakan hal itu membuat Dikta yang mendengarnya menjadi muak

"Sok ganteng lo" ucap Dikta

"Dih emang gua ganteng kenapa lo, ngiri lagian bukan cuman Juna yang bilangin gua ganteng. Janda yang di depan kompleks aja bilang gua ganteng" ucap Mahesa lantas Dikta melengos

"Dia bilangin lo ganteng karena dia udah tua matanya udah abu-abu"

"Bilang aja lo ngiri ke gua karena nggak ada yang bilangin lo ganteng, iyakan ngaku aja" ucap Mahesa meledek Dikta sementara itu Juna hanya menahan tawanya melihat adu mulut antar keduanya

Tok..... Tok...... Tok......

"Siapa" teriak Dikta membuat Mahesa dan Juna menutup telinganya

"Mahendra"

"Tinggal masuk aja susah banget" ucap Dikta ketika Mahendra membuka kamar Mahesa

"Gua kan mesti izin dulu kan yang punya anak perawan, takut gua dicakar entar" ucap Mahendra kemudian terkekeh melihat wajah melengos dari Mahesa

"Calon pengantin kok cemberut, semangat dong buat malam pertama" ucap Mahendra namun Mahesa hanya diam mengacuhkan kakaknya dan lebih memilih duduk menatap ke arah luar

"Esa lo usah hafalin ijab kabulnya kan ?" tanya Mahendra memastikan sekali lagi

"Coba lo latihan dulu jangan sampai pas jabat tangan sama Tuan Jonathan lo gemeteran nggak hafal ijab kabul" dan tidak ada respon Mahesa tetap diam membuat ketiganya saling tatap

"Heh kenapa lo" ucap Dikta mengguncang bahu Mahesa

"Esa" panggil Mahendra namun tidak ada jawaban

"Kayaknya bang Mahesa kesambet deh bang" celetuk Juna membuat Dikta berdecak

"Mana mungkin dia kesambet orang sifatnya aja mirip kayak setan" ucap Mahendra namun tetap khawatir jika ucapan Juna memang benar adanya

"Mahesa !" teriak Mahendra namun tidak ada respon hanya senyuman yang di tampilkan oleh Mahesa

"Ambil air Jun" titah Mahendra membuat laki-laki itu menurutinya

"Nih bang"

"Lo bisa nge-ruqyah Ndra ?" tanya Dikta

"Nggak tapi gua coba aja dulu"

"Bacain surah yasin bang" ucap Juna dengan panik

"Lo kira dia orang mati dibacain yasin" ucap Dikta membuat Juna menggaruk kepalanya

"Lo berdua cepetan pegangin dia" gertak Mahendra membuat keduanya menurut

Merasa dirinya seperti sedang di cekik Mahesa lantas tersadar dari lamunannya dirinya terkejut mendapati Dikta yang memegang lehernya, sementara Juna yang memeluk badannya dan mulut Mahendra yang komat kamit sambil memegang segelas air

MAHESA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang