5. makan malam

492 33 0
                                    

Baru sampai di rumah, Handy mendapati satu saudaranya tengah bermain dengan Gigi, salah satu kucing peliharaan paman mereka.

Melihat kucingnya tengah dimainkan oleh satu keponakannya, Martin segera mendekat dengan langkah besarnya. "Fandy! Kenapa kamu bawa Gigi ke sini?" interupsinya pada sang ponakan.

"Ck, apasih om! Harusnya om makasih sama aku udah bawa Gigi main ke luar. Gigi itu bosen om, dia suntuk di sana terus. Dia bilang pengen keluar juga cari suasana baru. Emang om kalo jadi Gigi mau dikurung di tempat yang sama terus. Dia juga butuh tahu dunia luar om. Malah marah-marah enggak jelas!" kan Fandy justru yang marah-marah tidak jelas pada pamannya.

"Iya tapi jangan di sini juga. Kamu bunuh Gigi namanya!"

"Bunuh gimana? Coba tanya sama Gigi, dia pasti seneng. Om lihat aja, dia seneng kan aku ajak main di sini?"

"Ck, ini bukan masalah Gigi, tapi masalahnya ada sama ayah kamu!"

"Tenang aja deh om. Ini kan di luar rumah, bukan di dalem. Ayah enggak bakal marah."

"Siniin Giginya!" Martin mengulurkan tangannya untuk mengambil anak kesayangannya itu

"Enggak!" bukannya memberikan, Fandy malah menjauhkan kucing bulat menggemaskan berwarna kuning itu.

"Kembaliin, Fandy!"

"Nanti om! Aku lagi main sama Gigi."

Martin menghela napas mencoba sabar. "Yaudah balikin ke tempatnya sekarang!"

"Iya iya, bawel banget. Om ini om aku apa tante sih, heran," Fandy yang masih menggendong Gigi berlalu dari sana.

"Lewat samping, Fandy!" geram Martin seraya menarik kerah leher Fandy yang akan memasuki rumah memalui pintu utama.

"Ribet om!"

"Mending om yang marah dari pada kamu dimarahin ayahmu!"

"Mending dimarahin ayah lah! Om bawel, sakit kupingku," Fandy berlari setelah mengatakannya, jangan lupakan Gigi yang masih ia gendong.

Handy yang sejak tadi jadi penonton saja tertawa kala mendengar perkataan Fandy yang bisa-bisanya mengatai omnya sendiri, tidak sopan sama sekali bukan? Dan lucu melihat ekspresi pamannya yang kesal, geram, gemas pengen mencekik ponakan tadi.

Martin mendengus. Ia memang sangat protektif pada kucing peliharaannya itu. Kucing yang dengan susah payah ia bawa pulang ke rumah karena harus berdebat dengan kakaknya, sampai telinganya panas terkena ceramah panjang kakaknya hanya karena membawa seekor kucing yang ia adopsi. Martin tahu dan mengerti maksud kakaknya bertindak seperti itu. Bukannya tidak menghargai sang kakak, tapi Martin sudah terlanjur cinta sama Gigi yang ia putuskan untuk adopsi. Martin sudah memikirkan banyak hal tentang Gigi dan ia akan menempatkan Gigi di luar rumah utama, karena sang kakak tidak akan mengizinkannya memasukkan Gigi ke dalam rumah. Martin sudah memastikan Gigi berada jauh dari jangkauan keluarganya, kecuali beberapa ponakannnya yang suka sekali bermain dengan hewan berbulu lebat itu, Fandy dan Handy yang sangat menyukai Gigi dan kerap mengajak kucing itu bermain.

Sandy dan ayahnya menyusul pulang ke rumah. Sandy langsung naik ke lantai dua, di mana kamarnya berada.  Sama halnya denga sang ayah yang langsung ke kamar.

Begitu di kamar, Chandra tidak sengaja melihat siluet Fandy yang berjalan di depan kamarnya, terlihat dari jendela kamarnya. Chandra segera keluar dari kamarnya dan berlalu ke pintu belakang rumah. Jika kalian keluar dari pintu belakang, kalian akan mendapati halaman cukup luas beralaskan rumput hijau segar yang biasa digunakan untuk bermain oleh anak-anak Chandra. Di seberang halaman luas itu, yang menjadi pemisah antara rumah utama dengan rumah orang yang bekerja di keluarga Chandra, sekaligus tempat diletakkannya Gigi, kucing milik Martin.

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang