46. ayah pt.2

397 21 11
                                    

Satu lagi buat malem mingguan hehe.

---

"Jeremy bisa ikut om dulu?"

Bukannya menjawab, Jeremy malah menoleh pada Jiano.

"Ke mana, Om?" Jiano yang akhirnya bertanya pada sang paman.

"Ada urusan sebentar sama Jeremy. Biar om sama dia sebentar, boleh kan?"

"Aku enggak boleh ikut?"

"Ada urusan yang harus om selesaiin sama Jeremy."

"Tapi Jeremy adikku, om ada urusan apa sama dia?"

"Ji, sebentar aja. Biarin Jeremy ikut om. Kamu tenang aja, om enggak bakal apa-apain dia, ntar om balikin lagi ke kamu."

"Yaudah, awas om enggak bawa Jeremy pulang!" Jiano memberi ancaman pamannya.

"Tenang aja."

"Yaudah, kamu ikut aja sama Om Martin. Kakak turun ya? Tenang Om Martin udah jinak, dia enggak akan gigit kamu," Jiano bermaksud menggoda pamannya.

Sayang sekali suasana Martin sedang serius dan tidak ingin bercanda. Jika suasana baik, ia pasti akan membalas ucapan ponakannya itu.

Jiano turun setelahnya. Membiarkan pamannya itu pergi bersama Jeremy meski ia merasa tidak rela melepas adiknya itu. Mereka tidak pernah jauh selain di sekolah, karena berbeda kelas dan saat ada kegiatan masing-masing. Sejak tinggal di rumahnya, Jeremy selalu bersamanya.

Jiano juga merasa heran, ada urusan apa pamannya itu dengan Jeremy. Kenal dengan Jeremy saja tidak, maksudnya tidak sedekat itu. Mungkinkah masalah kesehatan? Tapi tidak mungkin Martin menyembunyikan masalah kesehatan Jeremy darinya.

Jeremy sendiri merasa sangat canggung hanya berdua dengan Martin. Kemana Martin akan membawanya? Dan kenapa Jiano tidak boleh ikut dengan mereka? Apa yang akan dibicarakan Martin? Apa Martin akan meminta bayaran atas apa yang sudah dilakukannya? Tapi itu tidak mungkin karena Martin pasti tahu Jeremy tidak memiliki apapun.

Hari ini Martin yang menjemput mereka, atas keinginannya sendiri. Jiano tidak membawa motor ke sekolah hari ini.

Sepanjang jalan Martin tidak berbicara apapun pada Jeremy. Perjalanan yang entah ke mana itu terasa hening. Martin dan Jeremy duduk terpisah, Jeremy di baris tengah sementara Martin jelas di depan karena ia yang mengemudi.

Mobil berhenti di sebuah area parkir. Jeremy turun setelah Martin mengajaknya turun. Tanpa bertanya, Jeremy mengikuti saja ke mana Martin pergi, meski Martin tidak memintanya untuk mengikuti.

Jeremy masih tidak mengerti kenapa Martin membawanya kemari dan untuk apa mereka datang ke sini.

Selesai dengan urusannya, Martin mengajak Jeremy untuk duduk di sebuah taman. Meminta anak itu untuk menunggu sebentar karena ia ingin membeli minum.

"Makasih, Om," Jeremy menerima botol mineral yang Martin berikan padanya.

Martin duduk tepat di sebelah Jeremy. Sekilas menatapnya dan memandang lurus ke depan setelahnya. "Om boleh tanya?"

"Tanya apa, Om?"

"Kamu enggak inget sama sekali tentang keluargamu?"

Jeremy menggeleng meski ia tahu Martin tidak menatapnya. "Jemy udah di sana di hari yang sama Jemy lahir."

"Kamu pernah tanya sama pihak panti, siapa orang tua kamu?"

"Mereka enggak tau. Karena orang lain yang bawa Jemy ke panti, alasannya orang tua Jemy enggak ada."

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang