6. malam

538 32 0
                                    

Bintang sebenarnya sudah selesai dengan kegiatannya hari ini. Tapi ia tidak langsung pulang karena kekasihnya menghubunginya dan mengatakan bahwa malam ini ada kegiatan lain di luar kegiatan kampus. Seperti biasa, Bintang mengiyakan permintaan gadisnya.

"Kenapa?" tanya Bintang begitu bertemu dengan Steffie, gadis cantik yang menjadi kekasihnya sejak masa sekolah.

"Katanya malam ini ada tamu lawan, boleh dong kamu coba, By. Kan kamu andalan di sini."

"Ada Gilang, Chiko, Willy, masih banyak yang lain, Sayang. Kenapa harus aku?"

"Katanya kamu yang bisa diandalin. Kalo yang lain nanti kalah, kita juga yang malu kan?"

"Kamu tahu kan aku lagi banyak tugas."

"Iya aku tahu kok. Kan aku juga sama."

Bintang menghela napas. Bagaimana lagi, ia tidak bisa menolak permintaan dar gadisnya itu, seperti biasa. "Motorku udah siap?"

"Tenang aja, aku udah siapin semuanya."

Bintang mengangguk dan segera keluar dari mobilnya. Steffie pun mengikuti sang kekasih.

Balap motor adalah hobi Bintang sejak usianya legal untuk mengendarai. Dan setiap malam itu sudah menjadi kegiatan rutinnya. Jangan bayangkan Bintang ikut balap liar, karena Bintang tidak serendah itu. Ia tergabung dalam sebuah klub di salah satu sirkuit balap. Tapi ia tidak menekuninya, ia sekedar menjalan hobi saja. Terkadang ia menerima tantangan dan bertaruh untuk kesenangan saja.

Dan kali ini kekasihnya meminta Bintang untuk turun, pasti ada sesuatu sebagai imbalannya. Bintang tidak peduli, yang penting kekasihnya merasa senang. Toh setiap ia turun dan berhasil menang, hadiahnya akan ia berikan pada kekasihnya. Bintang tidak butuh hadiah apapun karena ia bisa mendapatkan apa saja dengan mudah. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa ia hanya bersenang-senang.

Sebenarnya malam ini Bintang tidak dalam mood untuk melakukan balapan. Ia merasa lelah dengan segala pikirannya yang telah ia gunakan untuk megerjakan tugas-tugasnya, tapi ia harus bagaimana lagi jika yang meminta adalah Steffie. Bintang tidak pernah sanggup untuk menolak gadisnya itu.

Seperti yang dikatakan Steffie, semua sudah ia atur dan persiapkan. Bintang hanya harus menggunakan jaket dan helmnya saja. Motor miliknya yang selalu ia titipkan di arena, terlalu malas untuk membawa kendaraan roda duanya itu ke rumah. Bintang juga bukan pengguna motor untuk kegiatan hariannya, ia lebih memilih menggunakan mobil. Lagian Bintang juga tidak akan tega pergi bersama Steffie menggunakan motornya.

Pikiran Bintang sudah buyar sejak ia bertemu dengan lawannya, walau ia tidak melihatnya secara langsung. Karena sama seperti Bintang, lawannya juga menggunakan helm full face yang hanya memperlihatkan mata saja. Menjadikan pemuda itu tidak terlalu fokus pada kegiatannya mencapai garis finish.

Hasilnya jelas Bintang kalah. Setelah tiba di garis finish urutan kedua, ia segera memarkikan motornya asal dan menghampiri lawannya. Bintang tidak peduli lagi pada hal lainnya termasuk kekasihnya yang menghampirinya.

"Gila lo bisa ngalahin dia. Padahal gue kira bakalan kalah. Gue enggak percaya sama lo sumpah."

"Brengs*k! Buktinya apa, Bro? bisa lihat pakai mata kan kalo gue berhasil."

"Hahaha. Bener tapi, sekarang cuma bukti yang bisa bicara."

"Entahlah, tapi gue pikir kalo orang kayak tadi yang jadi king, itu enggak ada apa-apanya. Sumpah payah banget dia."

"Beda, dia anak racing, punya sirkuit. Apalah kita yang arena aja enggak punya. Jadiin jalanan sepi sebagai sirkuit dan harus kejar-kejaran sama polisi kalo ketauan."

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang