45. lelah

399 22 11
                                    

Chandra panik saat tahu di rumah tidak ada Sandy. Ia pikir Sandy sudah di rumah karena meminta sopir menjemput, tapi nyatanya anak itu tidak ada, sopirnya pun ada di rumah, mengatakan tidak ada panggilan dari Sandy.

Sandy tidak mengangkat teleponnya, sama dengan Fandy dan Handy. Mereka sama-sama tidak bisa dihubungi. Pagi tadi sebelum berangkat sekolah Fandy izin ada latihan, Handy juga ada kelas musik yang seharusnya dengan Sandy, tapi Sandy masih belum ikut kegiatan apapun. Fandy dan Handy pasti sedang ada latihan saat ini, karena itu tidak bisa dihubungi, lalu bagaimana dengan Sandy?

Ayolah, Sandy itu remaja enam belas tahun, tapi Chandra seolah kehilangan anak usia enam tahun. Itu karena Chandra tidak pernah membiarkan ketiga anaknya itu pergi sendirian tanpa ada yang menemani. Terlalu memanjakan bukan? Ya begitulah Chandra. Namun mereka akan dipersilakan mengendarai kendaraan sendiri jika sudah usia legal dan mendapat izin berkendara.

Chandra merasa pusing, baru saja ia mendapat masalah dari adiknya yang membuatnya marah. Sekarang ia malah kehilangan bungsunya. Ke mana anak itu pergi?

Merasa tidak tenang Chandra pun kembali meninggalkan rumah untuk mencari keberadaan Sandy. Tadi keamanan di kantornya mengatakan ada yang menjemput Sandy, tapi siapa? Apa anak itu memesan taksi online? Tapi ke mana dia pergi?

Chandra mana sempat berpikir pada Bintang. Karena Sandy sama sekali tidak dekat dengan Bintang. Sandy bukan Fandy yang dekat dengan putra sulung Chandra. Pada akhirnya Chandra berkeliling tanpa tujuan dengan kepala yang terasa pusing.

***

Fandy baru menyelesaikan latihannya, ia segera mengambil ponsel untuk minta jemputan. Biasanya ia langsung menghubungi jemputannya, sekalian menunggu datang ia akan mengganti pakaiannya, itu supaya tidak menunggu terlalu lama.

Tapi ada panggilan tidak terjawab dari ayahnya. Tumben ayahnya menghubungi, apa ia bermaksud menjemputnya? Saat akan menghubungi balik, sebuah panggilan lebih dulu masuk.

"Kenapa, Kak?"

"Udah selesai? Kakak masih di luar sama Sandy, mau sekalian aja."

"Oh udah, tinggal ganti baju."

"Yaudah kakak ke sana. Kamu latihan di mana?"

"Di tempat kemarin."

"Oke."

Fandy menyimpan ponselnya dan segera megganti pakaiannya dengan kaos bersih yang ia bawa. Setelah berlatih, wajib mengganti pakaian. Karena pakaian akan basah dengan keringat setelah berlatih, itu tidak baik untuk kesehatan paru-paru jika dibiarkan saja.

***

Handy baru menyelesaikan kelas musiknya. Saat ia melihat ponselnya, ada panggilan tidak terjawab dari ayahnya. Sepanjang kelas tadi Handy menyimpan ponselnya di dalam tas agar tidak mengganggu.

Bermaksud untuk menghubungi jemputan, tapi ia lebih dulu menghubungi ayahnya. Siapa tahu ayahnya bermaksud menjemput, ya meski panggilannya hampir dua jam yang lalu.

"Ayah?"

"Kamu sama Sandy?"

"Enggak, Sandy sama ayah bukan?" Handy terheran saat ayahnya malah bertanya tentang Sandy, padahal tadi pagi anak itu ikut dengan ayahnya.

"Iya, tapi dia duluan. Ayah pikir udah di rumah, pulang sama sopir, tapi di rumah enggak ada."

Handy menggeleng. Ayolah, masa iya Sandy menghilang, seperti anak kecil saja. Lantas kemana saudaranya itu pergi?

"Udah tanya Fandy? Tapi enggak mungkin juga sama Fandy, kan dia latihan," Handy bertanya, tapi menjawabnya juga.

"Udah. Fandy enggak angkat."

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang