43. terlambat

327 27 6
                                    

Sekali lagi gapapa ya, biar cepet beres wkwkwk

Kalo mau kasih bintang boleh kooo, ga dosa, ga bayar juga hehe 😁

---

Martin terlambat menjemput ponakannya. Jika Handy tidak menghubunginya ia tidak akan ingat. Buru-buru ia pergi dan meminta untuk mereka menunggu.

Akhirnya mobil yang ditunggu kedua putra Chandra pun tiba. Martin datang setelah mengendarai mobilnya terburu-buru.

"Om minta maaf," ujar Martin yang langsung keluar dari mobil menghampiri dua ponakannya.

"Kalo om lagi ada kerjaan bilang aja, Om. Aku bisa telepon sopir," Handy berujar. Ia tadi menghubungi sang paman hanya untuk bertanya apa pamannya itu masih sibuk, jika iya maka Handy akan menghubungi sopir untuk menjemputnya.

"Enggak, om udah janji kan tadi?"

"Tapi jangan paksain diri kalo emang enggak bisa, kita ngerti om."

"Enggak, Han. Udah selesai, ayo pulang?"

Handy mengangguk, ia dan Fandy segera memasuki mobil yang diikuti oleh Martin.

"Jiano sama Jeremy di mana?"

"Tadi Fandy ketemu Jeremy, dia bilang enggak langsung pulang."

"Jiano?"

"Ya pasti sama anak itu."

Mengangguk paham, Martin pun meninggalkan sekolah mereka dengan mengendarai mobilnya.

Ketika sampai di rumah Fandy turun dan berlari ke dalam rumah. Entah apa yang dia kejar, anak itu terlihat buru-buru. Berbeda dengan Handy yang nampak santai.

"Om."

Tidak ada sautan dari Martin.

"Om kenapa?" Handy menepuk Martin.

"Eh, apa Han?"

"Om ada masalah?"

"Enggak, udah ayo masuk."

Handy mengikuti sang paman yang memasuki rumah. Martin terlihat aneh, biasanya ada saja hal yang akan ia katakan pada Handy untuk mengajaknya berbicara, tapi sejak tadi pamannya sama sekali tidak berbicara.

Martin tidak langsung menuju kamarnya, melainkan berniat pergi ke kamar kakaknya. Handy mengikuti karena ia ingin tahu keadaan adiknya.

"Sandy udah baikan?" tanya Martin ketika melihat Sandy tengah tiduran dengan kepala di pangkuan Chandra. Anak itu terlihat memejamkan matanya.

"Udah," Chandra yang semula menonton pun menoleh pada adiknya yang bertanya.

"Kak, aku butuh istirahat, maaf enggak bisa masak makan malam," ujar Martin.

"Iya gapapa. Kamu sakit?"

"Enggak, cuma capek. Aku permisi ke kamar, Kak."

Chandra hanya mengangguk. Ia melihat Martin dengan tatapan aneh. Tidak biasanya Martin seperti itu. Namun Martin juga manusia, wajar ia merasa lelah, meski selama ini ia selalu terlihat yang paling kuat dan tegar.

"Om gapapa?" Handy bertanya ketika Martin akan pergi.

"Gapapa, om istirahat dulu ya," sebelum melanjutkan langkahnya ia mengusap rambut Handy.

Handy mengangguk mempersilakan pamannya itu pergi ke kamar. Setelahnya ia duduk di samping sang ayah. "Adek tidur, Yah?"

"Iya."

"Udah baikan?"

"Udah, Han."

"Syukurlah."

"Fandy dimana?"

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang