48. usaha awal

321 24 10
                                    

SEKALI LAGIIIII

---

Handy meminta Martin untuk menjemputnya, dan permintaan itu disetujui. Kali ini ia pulang sendirian karena Fandy dan Sandy sama-sama ada kegiatan latihan.

"Om, jangan langsung pulang."

"Mau kemana?"

"Main dulu, Om."

"Om capek hari ini, Han. Langsung pulang aja ya?"

"Oke."

Padahal Handy merasa bosan dan ingin sekali pergi ke luar. Tapi ia tidak bisa memaksa pamannya jika memang sedang tidak bisa. Di rumah tidak ada orang, karena dua saudaranya tidak ada di rumah, itu pasti membosankan.

Rumah terasa sepi. Handy kadang suka dengan keadaan hening dan tidak berisik, tapi terkadang ia juga merasa bosan. Apalagi selama hidupnya selalu berada di keributan saudaranya yang diakibatkan dirinya juga.

Usai mengganti pakaiannya Handy langsung ke ruang tengah di bawah. Tiduran di atas sofa dan menonton film animasi Jepang. Kali ini tema yang Handy ambil adalah detektif, ia sangat tertarik dengan tema seperti itu.

Terasa sangat hening, hanya ada suara dari layar besar di hadapan Handy. Melihat seekor kucing di dalam film itu, Handy jadi teringat dengan kucing milik pamannya yang sudah lama tidak ia termui. Ia meninggalkan ruangan bahkan tanpa mematikan televisinya lebih dulu.

Entahlah, Handy merasa ingin bermain dengan kucing kesayangan pamannya. Kucing itu diletakkan di rumah sebelah, karena ayahnya tidak mengizinkan siapapun memelihara hewan berbulu, termasuk kucing. Kalian tahu bukan alasannya? Ya, itu karena Sandy memiliki asma dan itu berbahaya untuknya.

Handy mengambil kucing itu dan menggendongnya. Ia merasa rindu karena lama tidak bermain dengan Gigi.

"Lo udah lama enggak diurus ayah lo ya? Kasian jadi lo. Padahal lo anak kesayangan, tapi diabaiin," Handy berujar pada kucing itu.

Saat menaruhnya di bawah, kucing itu malah berlari. Entah apa yang sudah menarik perhatian kucing itu sampai berlarian. Handy mengejarnya, takut kucing itu pergi kemana-mana dan ia akan sulit mencari nantinya.

"Jangan nakal, males gue ngejar lo!" Handy mengambil kembali kucing itu untuk ia gendong.

Handy membawa kucing itu berkeliling karena ia merasa sangat bosan.

"Han?"

Ia menoleh saat ada yang memanggilnya.

"Kucing siapa?"

"Punya om."

"Emang boleh perlihara kucing? Sandy kan asma."

"Ini udah lama kucingnya, taronya juga di rumah sebelah."

"Oh," Bintang mengangguk. Ia memang tidak tahu tentang kucing itu, ia bahkan baru melihatnya. "Yang lain mana? Tumben sendirian."

"Latihan."

"Mau ikut gak?"

"Ke mana?"

"Main sepeda."

Handy terdiam untuk menimbang ajakan kakak pertamanya itu.

"Ayo, dari pada mainan kucing."

"Balikin kucingnya dulu," Handy berbalik untuk mengembalikan Gigi ke tempatnya.

Benar yang dikatakan Bintang, dari pada main kucing lebih baik main sepeda. Untung saja ia bertemu Bintang saat kakaknya itu akan mengambil sepeda.

Belakangan ini Bintang memang lebih sering pulang cepat. Ia sudah tidak memiliki kekasih, ia juga tidak sering pergi bersama Steffie lagi, mereka hanya bersama ketika berada di kampus. Bintang juga tidak pernah datang ke arena balap lagi. Bintang ingin berubah dan menjadi lebih dekat dengan keluarga, ia serius dengan niatnya. Setidaknya ia menjadi anak yang lebih berguna untuk ayahnya, apalagi ia adalah anak pertama yang seharusnya bisa diandalkan.

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang