36. keluarga

272 21 9
                                    

Silakan dibaca~~

HAPPY SUNDAY 😅🤣🤣 IYA KAN YAAAA😁😁😁

EH HARI KEJEPIT, BESOK LIBUR LAGIIII WKWKWKW

---


Rania tertawa geli melihat Jiano yang masih suka terjatuh saat anak itu baru berjalan beberapa langkah. Jiano baru bisa berjalan meski beberapa langkah saja.

"Bu, kenapa adek selalu jatuh?" Bintang bertanya pada sang ibu saat melihat adiknya terus saja terjatuh. Tapi adiknya tidak menangis sama sekali, malah kembali berdiri dan mulai coba melangkah lagi.

"Karena adek baru bisa jalan. Kak Abin tau kan anak kecil itu enggak bisa langsung jalan. Semuanya butuh proses belajar. Kemaren adek enggak bisa berdiri, sekarang udah bisa jalan sedikit, itu karena adek belajar."

"Kakak juga gitu dulu, Bu?"

"Tentu. Semua manusia sama, Kak. Mereka butuh belajar untuk bisa. Sama kayak Kak Abin, kalo mau bisa sepeda harus belajar," Raina terkekeh mengusap rambut Bintang. Anaknya itu beberapa waktu lalu minta beli sepeda, tapi sampai sekarang masih tidak berani menggunakannya dengan alasan takut jatuh, padahal yang ayahnya belikan adalah sepeda yang memiliki dua roda bantu.

"Adek aja enggak takut jatuh tuh, masa Kak Abin takut? Jatuh pasti sakit, Kak, tapi ada hadiah bagus setelahnya."

"Apa hadiahnya?" Bintang penasaran akan kata hadiah yang ibunya katakan. Anak kecil biasanya akan tertarik pada hadiah.

"Hadiahnya itu Kak Abin jadi bisa. Bisa keliling pakai sepeda, sama temen-temen juga. Kalo kakak enggak coba, kakak enggak akan bisa sampai kapan pun. Yang rugi siapa? Jelas kakak kan?"

"Ayo, Bu, ajarin Kakak naik sepeda. Ibu yang pegangin ya?"

"Pasti," Rania mendekati si bungsu yang tengah berdiri memegangi meja dan mengacak-acak benda di sana. Ia pun menggendong si bungsu.

Hari sudah sore, sudah waktunya untuk anak-anak itu mandi. Rania biasa memandikan mereka bersamaan. Meski ada pengasuh anak-anaknya, tapi Rania akan melakukannya sendiri.

"Waktunya mandi, supaya pas ayah pulang, Kak Abin sama Adek Jian udah wangi," Rania berujar ketika membuka pakaian mereka secara bergantian.

Chandra selalu mengusahakan untuk pulang cepat. Karena ia selalu merasa rindu dengan keluarganya, tempat pulang ternyaman dan terbaik. Melihat istrinya dan bermain dengan putranya, membut semua lelahnya hilang.

Terdengar suara pintu kamar diketuk. Rania meninggalkan kedua putranya sebentar dan beralih ke pintu untuk membukanya. Jika itu suaminya yang datang, tidak akan mengetuk dulu, Chandra bisa langsung masuk ke dalam langsung.

"Kenapa, Dek?"

"Ada Risa, Kak. Dia bilang kangen sama Jiano."

"Oh, nanti Kakak bawa mereka turun, abis mandi merekanya."

"Oke, aku juga tunggu di bawah ya?"

Rania mengangguk, kembali menutup pintu setelah adik iparnya itu pergi. Masuk ke dalam dan segera memakaikan anak-anaknya piyama, karena sebentar lagi malam. Pun segera membawa kedua putranya keluar dari kamar untuk bertemu dengan tamu mereka.

"Halo, Ris."

"Halo, Kak."

"Udah selesai kuliahnya?"

"Udah, bareng sama Martin, jadi sekalian mampir ketemu sama Jiano."

Rania terkekeh pelan, Jiano memang mudah sekali menarik perhatian orang lain, apalagi tingkahnya yang menggemaskan dan rasa ingin tahunya yang lebih selalu ia perlihatkan. Rania pun menyerahkan putranya pada Risa. "Kakak mau bikin minum dulu. Kamu mau apa, Ris?"

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang