50. sedikit perubahan

438 29 11
                                    

Martin merasa aneh pada tubuhnya. Sejak tadi ia merasa lemas melakukan apapun. Ia menghabiskan sehari ini untuk tidur. Martin tidak pergi bekerja karena merasa tidak sanggup melakukannya.

Martin pikir ia sakit saat ini. Apa karena dia terlalu sibuk akhir-akhir ini? Hampir setiap malam ia pergi dengan Jeremy usai pulang kerja. Tapi tidak mungkin Martin sakit hanya karena terlalu capek, itu tidak pernah terjadi padanya sebelumnya. Apa karena cuaca? Ah entahlah, Martin hanya manusia biasa yang bisa sakit saat kondisi tubuhnya tidak baik.

Suara pintu diketuk terdengar sampai dalam kamar Martin. Setelah beberapa saat barulah ia terbangun. Memaksakan diri untuk membuka pintu.

"Om kenapa?"

"Gak enak badan kayaknya. Kenapa, Bin?"

"Enggak jadi, om istirahat aja. Aku pergi dulu, Om."

Bintang baru tiba di rumah saat ia mendapat kabar dari Fandy tentang Sandy yang dilarikan ke rumah sakit siang tadi. Entah kenapa anak itu baru menghubunginya saat sore hari. Jadi Bintang bermaksud untuk memberi tahu pamannya. Tapi melihat pamannya dengan wajah pucat, Bintang memilih untuk tidak memberi tahu.

"Ji, lihat om sana, kayaknya sakit. Gue mau ke rumah sakit, Sandy masuk rumah sakit siang tadi," untunglah Bintang bertemu dengan Jiano yang baru pulang. Setidaknya ia bisa meminta Jiano untuk melihat keadaan pamannya itu.

"Kenapa?"

"Enggak tau, baru dapet kabar. Yaudah gue pergi," Bintang tergesa meninggalkan rumah. Padahal baru beberapa menit yang lalu Bintang sampai di rumahnya.

"Kak Jian mau ke kamar om?"

"Nanti aja, mau mandi dulu."

"Sekarang aja."

"Kenapa emang?"

Jeremy tidak menjawab, hanya menggeleng. "Kakak duluan aja ke kamar."

"Mau ke mana?"

"Minum."

Jiano mengangguk dan lebih dulu pergi ke kamarnya di lantai dua. Sementara Jeremy benar-benar pergi ke dapur untuk mengambil minum. Setelahnya anak itu pergi ke kamar yang ia ketahui adalah kamar Martin. Biasanya setelah mereka pergi, ke kamar itulah Martin masuk.

Menunggu beberapa saat sampai pintu dibuka oleh Martin.

"Jeremy?" Martin tersenyum melihat putranya lebih dulu menghampirinya.

"Ayah sakit?"

"Sedikit, cuma butuh istirahat aja. Baru pulang?"

Mengangguk sebagai jawaban. "Ayah udah makan?"

Ingin menjawab, tapi Martin tidak ingin berbohong pada putranya. Sejak pagi tadi belum ada sesuatu yang masuk ke dalam perutnya, ia tidak mempermasalahkan itu karena sedang tidak memiliki napsu untuk makan.

"Belum ya? Jeremy enggak bisa masak, tapi ayah harus makan."

Martin tersenyum, senang sekali rasanya diperhatikan putranya sendiri. "Minta masakin sama mbak aja."

"Boleh?"

"Boleh, Je. Kalo kamu butuh apa-apa bilang aja ke dia. Kalo kamu mau makan juga bisa minta tolong buatin makanan sama dia."

"Yaudah Jemy minta mbak masakin buat ayah. Ayah mau apa?"

"Apa aja."

"Tunggu ya, Yah," Jeremy segera berbalik meninggalkan ayahnya.

"Je."

"Iya?"

"Kalo mau masuk langsung aja ya?"

AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang