Kompromi Hati

18 2 0
                                    


Aku dan Izura baru keluar dari kantin. Tiba-tiba Bang Daru muncul di hadapan kami. Dia menghadang jalan kami membuat kami harus berhenti berjalan. Bang Daru menatapku tanpa bicara. wajahnya masih lesu seperti kemarin, dia juga terlihat kurusan. Izura di sampingku memegang tanganku.

"Aku duluan, ya." ucapnya hendak pergi tapi aku menahan tangan Izura.

"Maaf..." ucap Bang Daru pelan, aku hanya diam.

"Beri aku... Satu kesempatan lagi..." ucapnya, dadaku berdesir halus. Apa yang harus aku lakukan... Matanya menatapku lembut, ini seperti sungguhan bukan pura-pura...

"Pijar..." suara Matt, aku menoleh pada sumber suara. Matt dan Dewa berjalan mendekati kami.

"Di sini rupanya..." ucap Matt. Aku hanya diam, bingung dengan situasi ini. Matt dan Dewa sudah ada di sisiku. Aku melihat Bang Daru masih berdiri di tempatnya.

"Ayo." ucap Dewa sambil mengenggam tanganku, Bang Daru menatap tanganku yang digenggam Dewa. Aku bingung harus gimana...

"Ayo..." ucap Matt. Lalu Dewa menarikku pergi, Izura mengikuti kami dengan Matt. Aku melirik Bang Daru, dia masih menatapku. Aku... Aku nggak tau harus bagaimana menanggapi semua ini... Dewa tidak mengatakan apapun, dia langsung mengantarku pulang ke rumah. Setelah mengantarku dia pulang. Situasai apa ini.., perasaanku tidak enak.

                                                                                   *****

Sudah beberapa hari ini aku tidak melihat Bang Daru sejak kejadian di dekat kantin itu. Apakah dia baik-baik aja? Aku melangkah sendiri menuju gerbang kampus. Kak Wastika muncul di hadapanku. Aku berhenti melangkah.

"Pijar..." ucapnya lembut, aku mencoba tersenyum padanya.

"Maaf, karena aku... Kamu dan Daru jadi putus." ucapnya tanpa basa basi, aku hanya diam.

"Aku yang egois, aku nggak bisa dengan jelas membaca hati Daru. Aku tau hatinya setelah aku merasa sudah mendapatkannya kembali, mengambilnya darimu. Kisah tentang aku sudah lama berlalu dari hatinya. Dia... Tidak sama seperti dulu. Aku terlambat membaca sikapnya yang berubah sejak bersamamu, aku mengira aku yang mengubahnya tapi aku salah. Ketika Kamu pergi darinya, dia terpuruk kembali. Dia di sisiku tapi tidak dengan hatinya. Aku tau dia berusaha bersikap baik padaku. Meski aku mencoba untuk menutup mata tapi aku tak bisa menepis kalau aku melihat kekosongan di matanya." ucap Kak Wastika.

"Dia... Dia hanya milikmu... Aku telah kehilangannya." ucap Kak Wastika lagi, dadaku berdesir halus.

"Kamu yang dia butuhkan... Aku tidak akan menganggu hubungan kalian. Aku sudah berusaha untuk kembali mengalihkan hatinya padaku tapi aku sudah terlambat. Aku harap Kamu bisa memaafkannya, dia mungkin sulit untuk menunjukkan perasaannya. Tapi dia benar-benar menyukaimu... Dia sangat pandai menyimpan perasaannya meski harus terluka." ucap Kak Wastika. Maksudnya... Bang Daru menyukaiku? Aku menatap Kak Wastika tak percaya.

"Aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan. Semua keputusan ada di tanganmu." ucapnya lalu pergi meninggalkanku. Ada apa dengan semua ini? Kenapa mereka membuatku semakin bingung. Bang Daru menyukaiku? Benarkah? Terbayang saat terakhir kami bertemu dia menatapku lembut... Tapi... Ahhh... nggak tau ah... Aku kembali melangkah menuju gerbang kampus, ingin cepat sampai rumah lalu menidurkan kepalaku yang mulai pusing.

                                                                            *****

Satu hari absen kuliah, hari ini aku kembali masuk dengan kepala yang masih pusing. Aku masuk ke ruang kuliah, mataku langsung mengarah ke bangku sudut depan. Dia tidak ada di sana, ruang kuliah sudah ramai. Izura memanggilku dan melambai padaku, dia duduk di bangku barisan tengah. Izura menunjuk bangku kosong di sampingnya, aku menangguk. Aku berjalan menuju Izura lalu duduk di bangku yang kosong. Pak Dosen masuk, ruangan jadi sepi. Aku menoleh ke bangku sudut depan, dimana Bang Daru? Apa dia tidak kuliah? Tiba-tiba pintu di ketuk, aku melihat ke arah pintu. Bang Daru, dia meminta ijin masuk ke dosen. Pak Dosen mengangguk. Bang Daru berjalan pelan, wajahnya lesu. Dia duduk di bangku tempat biasanya duduk. Tumben Bang Daru terlambat. Dosen memulai perkuliahan. Setelah satu setengah jam kuliah pun selesai, hari ini cuma 1 mata kuliah. Aku bernafas lega setelah dosen keluar, aku sudah bisa pulang. Masih ingin istirahat di rumah.

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang