Bergabung dengan Sahabatmu

22 3 0
                                    


Meskipun sekarang statusku adalah pacar Bang Daru tapi kami tetap seperti biasa. Di ruang kuliah Bang Daru tetap sama, duduk di depan dan tidak menyapaku. Dia selalu ada di antara teman-temannya. Kalau dia melihatku dia akan datang menyapaku lalu pergi. Aku masih canggung dengannya, aku masih suka gugup bila di dekatnya. Ketika aku melihatnya, sebenarnya aku ingin mendekatinya dan bicara padanya tapi kakiku enggan melangkah. Situasi ini tidak beda jauh dari sebelumnya, sebelum aku pacaran dengannya...

Aku sedang berjalan di koridor kampus, baru saja selesai kuliah. Izura sudah lebih dulu pergi karena ada janji dengan temannya.

"Pijar..." Suara Bang Daru memanggilku, aku berhenti berjalan dan menoleh. Bang Daru berjalan di belakangku, dia mendekatiku.

"Masih ada urusan di kampus?" tanyanya saat sudah ada di dekatku.

"Nggak, Bang." jawabku.

"Ayo ke GOR kampus." Ajaknya.

"GOR?" ulangku.

"Iya, Genta lagi main basket di sana." ucapnya, o... Aku mengangguk lalu kami berjalan ke arah GOR kampus. Suasana GOR terlihat ramai. Bang Genta pemain basket di klub basket fakultas kami, dia salah satu andalan klub fakultas kami. Hari ini mereka tanding antar klub basket kampus sepertinya, aku melihat seragam klub basket fakultas lain. Kami masuk ke GOR, di dalam ramai sekali. Bang Daru melihat ke kiri dan kanan, mungkin mencari teman-temannya.

"Ayo, kesana." ucapnya menunjuk sisi kiri kami, Bang Daru mengenggam tanganku dan berjalan lebih dulu. Kami melewati beberapa orang dan akhirnya dapat tempat duduk kosong yang sudah disiapkan temannya.

"Lama datangnya, Dar." ucap Bang Boy, teman-temannya yang lain melambai pada Bang Daru.

"Tapi belum telat kan." ucapnya. Bang Boy melihat ke arahku lalu melambaikan tangannya, aku balas melambai padanya. Bang Genta dan teman-temannya mulai bermain, suara sorak sorai penonton memenuhi GOR. Pria-pria bertubuh atletis berlarian di lapangan pemandangan yang menyenangkan hehe. Kalau ada Izura dan Navya pasti lebih seru, aku melirik Bang Daru yang duduk di sisiku. Meskipun pria-pria di lapangan itu menarik, tapi pria yang di sampingku ini lebih menarik hati. Tiba-tiba Bang Daru menoleh padaku, aku langsung menatap ke depan. Jantungku berdetak cepat, aku menarik nafas pelan menetralisir jantungku. Bang Daru berdiri, aku menatapnya.

"Sebentar ya." ucapnya padaku, aku menganggu. Bang Daru keluar dari bangku penonton. Mau kemana dia? Aku lalu kembali melihat ke depan, sesekali melirik ke arah menghilangnya Bang Daru. Bang Daru muncul dengan menenteng kantong plastik, dia kembali duduk di dekatku lalu mengambil minuman dan makanan di kantong plastik itu dan menyerahkannya padaku. Lalu dia kembali memberikan minuman pada Bang Boy dan beberapa temannya. Ternyata dia membeli minuman. Pertandingan hari ini dimenangkan klub fakultas kami, teman-teman Bang Daru bersorak girang. Kami keluar dari GOR dan berkumpul di cafe depan kampus merayakan kemenangan klub basket fakultas kami. Kak Wastika muncul dan duduk di dekat kami.

"Sorry, Gen. Aku nggak nonton tadi, ada yang harus kuurus." ucap Kak Wastika.

"Nggak apa-apa, Kak." ucap Bang Genta. Sebagian isi orang-orang di cafe ini adalah teman-teman Bang Daru, suara obrolan mereka memenuhi cafe ini.

"Hai, Pijar." Kak Wastika menyapaku, aku tersenyum.

"Hai, Kak." ucapku, lalu Kak Wastika kembali menatap Bang Genta.

"Aku yakin kalian pasti menang, ada Genta sih." ucap Kak Wastika, Bang Genta tertawa.

"Terima kasih untuk kepercayaannya, Senior." ucapnya, Kak Wastika tersenyum.

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang