Pijar dan Daru

30 3 0
                                    


Pijar...

Akhirnya aku kembali pacaran dengan Bang Daru. Bang Daru sekarang lebih perhatian dan semakin sering mengunjungi rumahku. Tapi... Dia lebih banyak ngobrol dengan Mama. Sebenarnya dia ke rumah mau menemui aku atau Mama sih... Mama juga semakin sayang sama Bang Daru. Apa Bang Pram benar-benar mau digantikan dengan Bang Daru ya? Eh...

Hari sabtu kuliah kosong jadi aku sering bermalasan aja di rumah. Kesempatan untuk tidur siang yang panjang. Seperti saat ini, aku baru bangun dari tidur siangku. Aku keluar dari kamar menuju dapur, haus. Aku menuangkan air minum ke gelas dan meminumnya, lega rasanya. Sebentar lagi Bang Daru mungkin akan datang, aku baiknya mandi.

"Baru bangun?" suara Bang Daru mengagetkanku, gelas yang kupegang terlepas. Praaanggg.., yah... pecah... aku melihat ke lantai. Aku berjongkok mau membersihkan pecahan gelas di lantai.

"Jangan dipegang." ucap Bang Daru, aku mengurungkan tanganku menyentuh pecahan gelas dan melihat ke Bang Daru. Bang Daru mendekatiku sambil membawa sapu dan pengki.

"Ntar tanganmu luka." ucapnya, sambil menyapu pecahan gelas dan memasukkannya ke dalam pengki. Aku berdiri, Bang Daru membuang pecahan gelas ke tong sampah lalu berbalik mendekatiku.

"Nyenyak banget tidurnya." ucapnya sambil tersenyum. Hah...

"Tadi aku ketuk pintu nggak bangun bangun." ucapnya sambil menyentuh kepalaku.

"Dari jam berapa Abang di sini?" tanyaku malu.

"Jam berapa ya, mungkin jam 2." ucapnya, hah dari jam 2 siang. Ini sudah jam 5 sore. Kok Mama suruh Bang Daru bangunin aku sih, kenapa nggak Mama aja yang bangunin. Aku jadi malu, mana belum mandi lagi... Eh...

"Aku mandi dulu ya..." ucapku sambil berjalan cepat meninggalkan Bang Daru. Muka masih lecek karena bangun tidur, baju juga kusut. Malu maluin aja Kamu Pijar... Setelah selesai mandi dan sedikit berdandan aku kembali keluar dan mencari Bang Daru mungkin dia ngobrol dengan Mama. Mama lagi di dapur sendirian, ke mana Bang Daru.

"Bang Daru ke mana, Ma?" tanyaku.

"Tu, di depan sama Papa." ucap Mama. Nah saingan aku satu lagi, Papa... Aku berjalan ke depan, ku dengar suara Papa di teras. Aku keluar dan melihat Papa ngobrol dengan Bang Daru.

"Papa..." ucapku, Papa melihatku dan tersenyum. Bang Daru juga ikut melihatku.

"Nah, Pijar udah datang. Om ke dalam dulu ya Daru. Ntar Om diomeli Pijar, katanya sabotase Kamu terus." kata Papa, Papa... Bang Daru tersenyum dan melihat padaku, aku tersenyum kikuk. Papa berjalan masuk ke dalam sambil senyum, Papa...

"Ayo duduk sini..." ucap Bang Daru, aku senyum dan duduk di dekat Bang Daru.

"Bicarain apa sama Papa?" tanyaku.

"Bang Pram katanya mau kembali ke mari." ucap Bang Daru.

"Iya." ucapku senang.

"O ya, Aksa titip salam." ucap Bang Daru.

"Baru nemui Aksa?" tanyaku, Bang Daru mengangguk.

"Kemarin aku berkunjung ke rumah senandung." ucap Bang Daru.

"Gimana kabarnya?' tanyaku.

"Kata Bu Dania, Aksa semakin baik. Aku pun melihatnya begitu. Kemarin dia mengajakku untuk ziarah ke Makam Mama. Dia tidak bicara, hanya diam melihat makam Mama. Kasihan dia, belum sempat bicara baik-baik dengan Mama. Sekarang dia sepertinya menyesal." ucap Bang Daru.

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang