Melihatmu Dalam Diam

16 3 0
                                    

Hari ini aku sudah lebih stabil, aku memasuki ruang kuliah. Hari ini jadwal kuliahku siang dan hanya satu mata kuliah. Kulihat Bang Daru sudah duduk di kursi tempat biasanya dia duduk. Aku melangkah ke belakang, mungkin aku sudah mulai bisa mengatasi perasaanku tapi aku masih kecewa. Izura yang juga baru datang menghampiri aku.

"Kamu kenapa menghilang semalam, Pij." ucap Izura, aku hanya senyum.

"Aku sakit kepala jadi langsung pulang." ucapku.

"Sekarang sudah sembuh?" tanyanya, aku mengangguk.

"Tumben di belakang, biasanya di samping Bang Daru." ucap Izura.

"Lagi pengen aja." ucapku, lalu dosen kami muncul dan memulai perkuliahan hari ini. Selesai kuliah siang ini Bang Daru mendekatiku, dia berjalan ke bangku belakang.

"Kamu sudah sembuh?" tanyanya, aku mengangguk. Bang Daru menyentuh keningku. Lalu...

"Masih ada kegiatan di kampus?" tanyanya lagi.

"Nggak." jawabku.

"Ayo, Aku antar pulang. Kamu istirahat di rumah aja." ucapnya, aku mengangguk. Aku akan diam, aku menunggu apa yang akan selanjutnya Bang Daru lakukan dengan hubungan kami ini. Apakah dia akan memutuskanku?

"Aku pulang ya, Izura." ucapku, Izura mengangguk. Bang Daru juga permisi duluan pulang pada Izura. Lalu Bang Daru mengantarku pulang, saat Bang Daru bicara dengan Mama aku permisi masuk. Biasanya Bang Daru akan segera pulang. Aku kembali tiduran di tempat tidur. Semua seperti biasa, hanya hatiku yang tak biasa. Aku lelah dan tertidur.

Aku terbangun, hari sudah sore. Aku bangkit dari tidurku lalu meraih handuk untuk mandi. Selesai mandi dengan handuk masih di kepala aku mencari Mama. Rumah terlihat sepi.

"Mama..." panggilku, tidak ada jawaban.

"Mama..." panggilku lagi sambil berjalan ke belakang. Aku keluar ke halaman belakang. Aku lihat mama sedang membersihkan potongan-potongan dahan jambu yang baru saja di pangkas.

"Mama..." ucapku, Mama menoleh.

"Sudah bangun?" tanya Mama, aku mengangguk dan menatap pohon jambu yang sudah bekurang kerimbunannya.

"Mama pangkas sendiri?" tanyaku heran.

"Ya, nggaklah sayang. Mana bisa Mama naik ke atas." ucap Mama.

"Tu ada yang bantuin." ucap Mama, aku menoleh ke arah mata mama memandang. Bang Daru? Bang Daru masih di sini?

"Sudah bangun?" ucapnya berjalan mendekat. Astaga, aku memegang handuk di kepalaku. Bang Daru sudah berganti pakaian. Dia memakai baju Bang Pram. Abangku yang sedang kuliah di perantauan. Aku melepaskan handuk dari kepalaku.

"Mama senang sekali, setelah empat tahun tanpa bantuan pria di rumah sekarang ada Daru." ucap Mama. Aku melirik Bang Daru yang sudah berdiri di dekatku. Bang Pram memang sudah 4 tahun merantau.

"Mama lebay deh, kan ada Papa." ucapku sambil menatap Mama.

"Papa cuma bisa bantu di hari sabtu atau minggu itu pun kalau lagi di rumah." ucap Mama. Iya sih, sabtu atau minggu kadang Papa pergi dengan Mama ke tempat saudara atau ke tempat teman Papa. Papa suka berkunjung ke rumah saudaranya, selagi sehat katanya.

"Mandi dulu Daru, biar Tante aja yang beresin sisanya." ucap Mama.

"Saya bantu aja dulu, Tan." ucap Bang Daru.

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang