Wastika

17 3 0
                                    


Sore ini aku olahraga sendiri di taman kota. Aku berlari mengelilingi taman, berlari begini sangat membantuku kalau lagi banyak pikiran. Di antara keramaian orang berolahraga di sore ini aku berlari mencoba melepaskan mumet di kepala. Setelah lelah aku berhenti berlari dan duduk di bangku taman. Aku menghapus peluh yang mengalir di dahi dan leherku. Aku menarik nafasku pelan, mengatur nafasku yang tersengal-sengal. Lalu membuka botol air minumku dan membasahi kerongkonganku yang terasa kering. Wah...segarnya... Aku bersandar di sandaran bangku dan menatap langit sore yang masih cerah.

"Pijar..." seseorang menegurku, aku menurunkan pandanganku dari langit.

"Bang Genta." ucapku sedikit kaget, Bang Genta berdiri di depanku. Sepertinya Bang Genta juga lagi olahraga di taman ini.

"Wah, nggak nyangka ketemu Pijar di sini." ucap Bang Genta, aku senyum. Bang Genta lalu duduk di sisiku.

"Sama siapa kamu ke sini?" tanya Bang Genta.

"Sendiri." jawabku.

"Sama kalau begitu." ucapnya.

"Sering ke taman ini, Pijar?" tanya Bang Genta.

"Nggak, sesekali aja Bang." jawabku.

"Pantes baru ketemu. Aku sering kemari, kadang bareng Daru. Tadi Daru diajak nggak mau, dia lebih memilih tidur." ucap Bang Genta sambil tertawa.

"Tidur jam segini, Bang?" tanyaku sambil melihat Bang Genta.

"Iya, semalam kami lama pulang dari rumah Bima. Aku nyampe rumah subuh. Nggak tau Daru sampai rumah jam berapa, karena dia harus mengantar Kak Wastika dulu." ucapnya. Mengantar Kak Wastika?

"Tapi ini kan sudah sore, Bang. Bang Daru masih tidur?" ucapku heran.

"Iya, tadi pagi ada tamu di rumahnya katanya. Baru siang dia bisa tidur." jawab Bang Genta. O.., aku melihat Bang Genta yang duduk di sebelahku. Dengan sedikit ragu aku bertanya padanya...

"Bang Daru dan Kak Wastika akrab banget ya, Bang. Sepertinya lebih akrab dari yang lain." ucapku pelan berusaha untuk tidak terlalu menunjukkan rasa penasaranku..

"Iya, mereka berteman sejak masa remaja. Bahkan sebelum aku mengenal Daru. Kak Wastika juga pernah jadi pacar sepupu Daru, Bang Dirga." ucap Bang Genta.

"Pernah? Berarti sekarang mereka sudah putus?" tanyaku, yang baru tahu kalau Kak Wastika adalah pacar sepupu Bang Daru.

"Mmm..., dikatakan putus nggak juga. Bang Dirga sudah meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan." ucap Bang Genta. Sudah meninggal?

"Sejak itu Daru selalu menjaga Kak Wastika. Sebenarnya dari dulu Daru juga selalu menjaga Kak Wastika, tapi sekarang lebih lagi karena Bang Dirga sudah nggak ada lagi." ucap Bang Genta. O..., begitu rupanya. Karena itu Bang Daru selalu mengutamakan Kak Wastika.

"Pantesan sikap Bang Daru ke Kak Wastika berbeda." ucapku, sambil menatap Bang Genta. Ada sedikit perubahan di riak mata Bang Genta tapi hanya sebentar. Bang Genta senyum. Kenapa? Apa ada yang di sembunyikan Bang Genta?

"Mmm, aku boleh nanya lagi, Bang?" tanyaku.

"Nanya apa?" ucapnya.

"Kenapa Bang Daru cuti selama 2 tahun? Itu rasanya terlalu lama, Bang." ucapku.

"O.., iya. Daru memang lama cuti. Itu karena Bang Dirga... Dia bersama Bang Dirga ketika kecelakaan itu. Bang Dirga meninggal setelah beberapa hari di rawat sedang Daru terluka parah. Waktu setahun sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk dia sembuh. Namun luka yang dialami Daru bukan hanya fisik tapi juga hatinya. Kehilangan Bang Dirga dengan cara itu begitu menyakitkan baginya, apalagi mereka bersama dikecelakaan itu. Sebenarnya dia sudah nggak mau kuliah lagi, tapi aku dan teman-teman lain selalu menyemangatinya termasuk Kak Wastika. Daru sangat dekat dengan Bang Dirga, mereka tumbuh bersama. Walau Bang Dirga lebih tua setahun namun mereka seperti teman sebaya. Mereka punya banyak kesamaan dan saling mendukung. Bang Dirga juga sangat baik padanya." ucap Bang Genta. Mungkinkah karena itu juga Bang Daru sangat baik pada Kak Wastika?

"Kamu nggak berani nanya ke dia ya?" ucap Bang Genta sambil tersenyum jenaka. Aku hanya senyum.

"Aku dan Bang Daru jarang ngobrol. Bang Daru lebih suka baca dari pada ngobrol." ucapku sambil menunduk.

"Yah.., begitulah Daru. Tapi kamu suka kan..." ucap Bang Genta jenaka, aku menaikkan wajahku dan melihat Bang Genta. Aku tersenyum.

"Iya sih, hanya aku sering sungkan bertanya ke Bang Daru." ucapku

"Sama pacar sendiri kok sungkan." ucap Bang Genta, aku senyum. Yah.., begitulah Bang, hubungan kami masih di tahap itu belum bisa terbuka. Aku mendesah pelan.

"Jangan-jangan dulu kamu suka lihat ke kelas kami karena Daru ya..." ucap Bang Genta, deg... Jantungku berdetak keras... Aku senyum.

"Iya..." jawabku jujur.

"Jadi sejak SMA kamu suka Daru?" tanya Bang Genta tak percaya. Aku mengangguk, wajahku terasa panas.

"Kamu lucu banget, wajahmu memerah gitu..." ucap Bang Genta, aku memegang pipiku dengan kedua tanganku. Bang Genta tertawa, aku menunduk.

"Wah, udah berapa tahun tu... Lama juga kamu memendam perasaan sama Daru ya." ucap Bang Genta, aku hanya tersenyum. Akhirnya aku tahu kisahmu dengan Kak Wastika, Bang Daru...

                                                                                    *****

Bersambung...

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang