Ini Nyata!

26 3 2
                                    


Bang Daru mengantarku sampai rumah, aku masih ingin memperjelas semua.

"Bang..." ucapku setelah turun dari boncengan motor Bang Daru. Bang Daru menatapku tanpa mematikan mesin motornya. Kami berdiri di depan pagar rumahku.

"Bisa kita..." Belum selesai aku bicara Bang Daru sudah memotong perkataanku.

"Besok kita bicara lagi di kampus. Aku pergi dulu." ucapnya, aku terdiam lalu Bang Daru melaju dengan motornya. Aku masih berdiri mematung di depan pagar rumah menatap kepergian Bang Daru. Sampai beberapa menit aku masih menatap jalanan meskipun Bang Daru sudah tidak terlihat lagi. Aku tersadar saat Abang tukang bakso langganan kami lewat. Suara dentingan mangkuk yang di pukul pelan membuatku tersadar. Si Abang tukang bakso menyapaku.

"Bakso, Pijar..." ucapnya, aku menggeleng.

"Hari ini nggak, Bang. " ucapku, Si Abang tukang Bakso hanya senyum dan mengangguk. Aku lalu masuk ke rumah.

Aku masuk ke kamarku lalu meletakkan tasku di meja dan merebahkan tubuhku di kasur. Mataku menerawang menatap langit-langit kamar. Peristiwa apa yang kualami beberapa jam ini? Keajaiban? Mukjijat? Aku menghembuskan nafasku pelan. Tunggu dulu... Aku menarik badanku untuk duduk. Kenapa aku jadi malah galau? Aku menarik nafasku pelan lalu menghembuskannya perlahan. Aku resmi pacaran dengan Bang Daru. Sekarang aku pacaran dengan Bang Daru... Aku... Rasanya otakku mulai mencerna semua dan... Senyumku mulai mengembang... Yeeiiii.... Bang Daru sudah jadi pacarku... Aku menaikkan kedua tanganku lalu berdiri di atas tempat tidur dan melompat-lompat kegirangan. Ini perasaan yang luar biasa... Sampai aku tidak mendengar suara pintu kamarku dibuka... Mama berdiri di depanku, aku berhenti melompat.

"Mama..." ucapku, Mama menatapku heran.

"Kenapa Kamu? Menang lotre..." ucap Mama. Aku tersenyum malu dan turun dari tempat tidur.

"Mmm... Ini lebih hebat dari menang lotre, Ma," ucapku, Mama menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ada-ada aja kamu ini. Ayo mandi sudah sore ini." ucap Mama, aku mengangguk lalu Mama keluar dari kamarku. Sepeninggalnya Mama aku kembali melompat girang tapi tidak di atas tempat tidur. Setelah puas meluapkan perasaanku. Aku teringat Navya, lalu aku mengambil handpone-ku lalu menghubungi Navya. Berita besar seperti ini Navya harus tau.

"Navya..." teriakku, saat teleponku diterima.

"Waduh Pij, biasa aja kali. Telingaku masih normal, kamu bicara pelan aku masih bisa dengar." ucapnya protes. Aku tertawa.

"Navya... Aku sudah pacaran dengan Bang Daru." ucapku tanpa basa basi.

"Hah..., Kamu nelpon aku sambil tidur nih." ucap Navya.

"Maksudnya?" tanyaku tak mengerti.

"Kamu lagi mimpi ni ya?" tanyanya lagi, o...aku mengerti dia masih belum percaya perkataanku.

"Nggak, aku baru pulang dari kampus dan diantar Bang Daru." ucapku bahagia.

"Kamu beneran nih?" tanya Navya lagi, aku tertawa.

"Mungkin aku yang sedang bermimpi." ucap Navya sambil menguap.

"Hei, Nav. Ini Nyata!" ucapku berteriak.

"Awww... Oke Pij, telingaku bakalan radang mendengar teriakanmu." ucap Navya.

"Kamu sih. Aku juga merasa belum menginjak bumi, Kamu malah membuatku nggak yakin bumi ada." ucapku gemes.

"Aku juga nggak yakin bumi ada, kita masih di bumi ini ya kan?" ucap Navya lagi.

"Menurut Kamu, Sekarang kita di mana?" tanyaku balik.

"Di... hatimuuu..." ucapnya sambil tertawa.

"Sableng kamu, udah mandi belum?" tanyaku.

"Belum." jawab Navya.

"Mandi sana biar sadar... Aku tutup telpon ya." ucapku mengakhiri pembicaraan kami.

"Oke, tapi beneran kamu jadi pacar Bang Daru." ucapnya sebelum telepon benar-benar kututup.

"Besok cerita berlanjut." ucapku sudah kehilangan mood untuk cerita.

"Baiklah..." ucap Navya lalu aku menutup teleponku. Wajar Navya tidak percaya, aku juga masih belum percaya. Bang Daru menerima perasaanku dan kami pacaran... Wawww... Ini Nyata! teriakku dalam hati sambil menghempaskan tubuhku ke tempat tidur.

                                                                                               *****

Bersambung...

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang