Lebih dari Keajaiban

35 4 0
                                    


Ah..., lelahnya. Aku mengerjapkan mataku yang lelah membaca terus dan memegang tengkukku yang pegal. Aku sedang ada di perpustakaan kampus mempersiapkan tugas kuliah. Aku menggerakkan leherku, memijat tengkukku pelan. Aku menatap sekelilingku, perpustakaan cukup ramai hari ini. Aku bangkit dari dudukku, aku mau cari buku yang lain. Sudah capek baca belum dapat juga yang dicari.

Aku menyusuri rak-rak buku yang tinggi mencari beberapa buku yang mungkin berhubungan dengan tugasku. Saat menyusuri rak-rak buku aku melihat dia, Bang Daru. Dia ada di ujung rak buku membaca buku. Jantungku berpacu cepat, aku memegang dadaku. Dia pasti sedang mencari buku untuk tugas juga. Dia menaikkan wajahnya, aku langsung mengalihkan mataku ke rak-rak buku. Aku melihat dari sudut mataku Bang Daru bergerak dan berjalan sambil membawa beberapa buku. Saat dia hendak melewatiku dia berhenti sejenak lalu menyodorkan ke wajahku sebuah buku. Aku kaget lalu membalikkan badanku menghadap Bang Daru. Dia menatapku sejenak.

"Pakai buku ini untuk mengerjakan tugas." ucapnya, dan baru kali ini aku mendengar suaranya begitu dekat. Aku menerima buku yang dia sodorkan.

"Terima kasih, Bang." ucapku. Dia diam saja dan berjalan melewatiku, aroma farfumnya begitu lembut. Jantungku semakin cepat berdetak. Aku meletakkan buku itu di dadaku, tolonglah jantung jangan begini. Aku menarik nafas dan melepaskannya dengan pelan. Mengatur nafas dan jantungku yang rasanya ritmenya sudah tak beraturan, membuatku sesak. Setelah berhasil menguasai diriku, aku berjalan kembali ke mejaku dan duduk di bangkuku.

Setelah aku duduk di bangkuku, aku hanya diam sejenak merenungkan apa yang aku alami barusan tadi. Inilah namanya keajaiban, ya..keajaiban. Bang Daru bicara padaku? yang selama ini menganggapku makhluk tak berwujud? Dan memberikan aku sebuah buku? Aku melihat buku di tanganku, kubuka perlahan. Buku ini berhubungan dengan tugas kami. Dia membantuku dengan memberikan buku ini. Wah, ini mungkin lebih dari sebuah keajaiban. Lebih dari keajaiban apa namanya ya? Eh, Bang Daru tadi di mana ya? Aku melihat sekelilingku, aku tak menemukan Bang Daru. Mungkin dia sudah keluar dari perpustakaan. Aku membaca buku yang diberikan Bang Daru. Aku akhirnya bisa juga menyelesaikan tugasku. Aku kembali mengerjakan tugasku.

                                                                                               ***

Aku berjalan di koridor kampus menuju kantin. Izura mengirim pesan kalau dia dan Navya menungguku di kantin. Suasana kampus sepi siang ini, belum ada yang masuk kuliah pada jam seperti ini. Aku mendengar suara kursi bergeser dari sebuah ruangan, ada orang rupanya di ruangan itu. Aku melewati ruangan itu sambil menoleh ke ruangan itu. Aku melihat ke dalam ruangan lewat jendela ruangan. Ada seorang cewek dan cowok, Bang Daru? Aku berhenti berjalan, seorang cewek cantik sedang berdiri di depan Bang Daru. Ngapain mereka, aku mendekat ke pintu ruangan. Maaf aku menguping, aku hanya penasaran.

"Aku suka sama kamu, Daru." aku mendengar suara cewek itu. Lalu hening tak ada suara lagi. Apa yang terjadi, apa Bang Daru hanya diam. Aku menunggu agak lama.

"Daru..." suara cewek itu.

"Kamu mau jadi pacar aku?" ucap cewek itu lagi. Jantungku berdetak kencang, apa yang akan menjadi jawaban Bang Daru...

"Aku tidak ada perasaan padamu." itu suara Bang Daru. Bang Daru menolaknya? Maaf kalau aku senang di atas kesedihanmu teman. Walaupun nanti mungkin aku akan mengalami seperti yang kamu alami juga. Namun saat ini biarlah hatiku sedikit senang karena Bang Daru tidak menerima perasaanmu, sekali lagi maaf. Lalu kudengar suara langkah kaki, aku berjalan mundur dari pintu ruangan. Aduh bakalan ketahuan ini. Aku menarik nafasku pelan lalu aku kembali berjalan, apa boleh buat. Saat aku hendak berjalan melewati pintu. Bang Daru keluar ruangan dan kami berpapasan. Dia berhenti sejenak dan melihat padaku lalu kembali melangkah tanpa bicara. Aku mendesah lega, ngapain juga tadi aku menguping. Huh... Untungnya Bang Daru tidak menegurku. Aku berjalan kembali menuju kantin menemui kedua sahabatku.

                                                                                                  ***

Bersambung...

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang