CTB

14 2 0
                                    


Seminggu di rumah sakit Kak Wastika diperbolehkan pulang. Kondisinya sudah membaik dan Bang Daru selalu ada di sisinya. Selama Kak Wastika dirawat Bang Daru selalu ke rumah sakit setelah pulang kuliah. Aku hanya bisa menatap kepergiannya yang selalu terburu-buru, tidak seperti biasanya.

Aku lagi duduk di kursi teras belakang rumah Navya. Aku menatap pohon rindang yang ada di tengah halaman. Daun-daunnya berhembus lembut dipermainkan angin. Suasana sejuk di rumah Navya sangat menenangkan.

"Berhenti melamun, nih minum jus melon buatan aku." ucap Navya yang muncul dengan sebuah nampan berisi minuman dan toples makanan ringan. Navya meletakkan nampan di meja lalu duduk di sisiku. Aku meraih jus melon di meja lalu meminumnya, terasa segar. Aku meletakkan gelas jus kembali di meja. Navya menatapku, aku meliriknya sekilas lalu menyandarkan punggungku di sandaran kursi.

"Jangan menatapku seperti itu. Terasa sangat menyedihkan, cukup aku aja yang mengasihani diriku sendiri." ucapku lalu menutup mataku dan merasakan angin yang membelai wajah dan rambutku. Ah..., menyenangkan sekali. Ku luruskan kakiku ke depanku. Navya tidak meresponi perkataanku. Aku membuka sebelah mataku penasaran dengan apa yang dilakukan Navya, kenapa dia diam aja. Ternyata Navya sudah duduk dengan posisi yang sama dengan aku. Aku tersenyum kecil lalu menutup kembali mataku. Kamu memang paling tahu bagaimana membuatku nyaman, sobat. Kami menikmati angin sore di teras belakang rumah Navya. Ah..., ini cukup membuatku refresh. Dan...

"Hai.., ladies..." suara yang cukup keras untuk membuatku jantungan. Aku membuka mataku kesal, aku sudah pasti tau ini ulah siapa. Di hadapanku berdiri seorang cowok tinggi putih dan ganteng. Dia tersenyum padaku, untung aja ganteng kalau nggak...

"Bagaaasss..." teriak Navya, terdengar kesal sekali. Aku melirik ke arah Navya yang duduk di lantai. Loh, kok Navya duduk dilantai. Wajahnya terlihat sangat kesal sambil mengusap lengan kirinya. Kursi yang dia duduki tadi berada di sisinya dengan posisi miring. Bagas tertawa sambil mendekati Navya. Walah, Navya jatuh rupanya. Aku tersenyum lalu memperbaiki dudukku. Bagas membantu Navya berdiri.

"Kalian juga, ngapain tidur di sini." ucapnya dengan masih tertawa.

"Kamu ngapain teriak.' ucap Navya masih kesal.

"Kalian kayak lagi berjemur di pantai ya." ucap Bagas, Navya sudah duduk kembali di kursinya. Bagas berdiri di depan Navya lalu menoleh padaku.

"Sudah lama nggak main ke mari, Piji." ucap Bagas, aku senyum. Navya menendang pelan kaki Bagas.

"Piji... Piji... Panggil kakak kamu." ucap Navya.

"Piji aja nggak protes." ucap Bagas tidak peduli protes kakaknya. Bagas adalah adik Navya, dia 2 tahun di bawah kami. Tetapi Bagas suka memanggilku Piji, aku nggak pernah permasalahkan panggilan Bagas padaku.

"Piji... Piji.. emang gunung Piji..." ucap Navya lagi.

"Fuji, Kak. Gunung Fuji..." ralat Bagas sambil melihat Navya.

"Yah, beda dikit aja." ucap Navya cuek, aku tertawa. Bagas mengeleng-gelengkan kepalanya lalu duduk bersila di lantai di depanku

"Ke mana aja, Kak?" tanya Bagas.

"Nggak kemana-mana." Jawabku.

"Sibuk pacaran dia." ucap Navya.

"Kakak sudah punya pacar?" tanyanya pelan dengan raut wajah nggak percaya.

"Iya." jawabku sambil senyum. Bagas menatapku tanpa suara, kenapa?

"Kamu dari mana?" ucap Navya, bagas menoleh ke Navya.

"Dari kampus. Ada kuliah siang tadi, Kak." jawab Bagas. Lalu kembali melihatku.

"Pacar Kakak satu kampus, Kakak?" tanya Bagas, aku mengangguk.

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang