Dalam sadar

5 2 0
                                    

Benih biji itu,
Benih yang kau berikan untukku
sekarang sudah tumbuh, menjadi tanaman yang menghias halaman rumahku
Yang aku rawat dengan sepenuh hatiku,
Sebab ada rasa indah di sana.
Bahkan hadir senyuman dari bibirku secara natural, ketika sekilas saja aku memandangnya.

Sekarang tanaman itu sedang kuncup,
Semakin bahagia ketika melihat satu kuncup itu di sela-sela dedaunannya
Aku penasaran dengan bentuk dan warna yang akan aku lihat nantinya.
Rasanya, seakan aku sedang menunggu undian hadiah keberuntungan,
Selain bahagia ada rasa ketakutan juga didalamnya.

Setiap kali aku mendekat, aku menyentuhnya, seolah ingatanku tertarik kembali pada masa itu.
Saat benih itu ku tanam,
kau menyaksikannya juga membantuku
Perilakumu saat itu, juga senyuman tenang dari rasa yang aku kira itu adalah bahagia
aku masih mengingatnya
bahkan harapan baikmu yang aku sahut dengan aamiinku.

Setiap kali aku memperhatikan dengan lekat,
Kembali pula aku pada kenangan itu
Saat dimana kau memilih untuk pergi meninggalkan tanaman yang sudah aku tanam itu,
Meninggalkan harapan baik yang pernah kau tanam dan aamiinku yang aku taburkan.
Kau tau bagaimana perasaanku ?
Marah juga sedih itu yang jelas tergambar bukan ?

Aku sudah menetapkan hatiku untuk merawat bunga itu,
Bunga yang tumbuh dengan harapan baikmu dan juga aku,
Tidak, tidak ada lagi harapan darimu sekarang.
Harapan itu hanya pupuk pertama untuk bunga itu,
Bahkan aamiinku pun hanya air siraman pertama untuk bunga itu.
Meskipun begitu, aku tetap berharap pada bunga itu.

Sekarang kuncup itu mekar,
Dengan perlahan kuncup itu melebarkan setiap kelopaknya
setiap itu pula senyum berkembang bersamanya.
Perubahan warna pangkal dengan pucuknya sangat indah menawan.
Kuncup itu sudah mekar menjadi bunga

Namun sayang,
Bunga itu tak sempurna,
beberapa dari kelopaknya tak sempurna
Ada cacat yang nampak jelas saat aku melihatnya, sekalipun hanya sekilas mata.
Sekilas mata ? Tidak, aku tak akan melihatnya hanya sekilas,
Aku tetap akan menatapnya lekat.

Mungkinkah,
Bunga itu terluka sebab harapan yang tak terkabulkan
Aamiin yang tak cukup untuk mengantarnya pada nyata
Dan, warna yang semakin memudar dari pangkal ke pucuk, seperti kita yang semakin memudar pula,
Tidak, bukan lagi memudar bahkan sudah lenyap sepertinya.

Kau menghilang sekarang bahkan sejak beberapa waktu dulu,
Kau meninggalkan kenangan yang hidup nyata,
Bunga itu, mekar sekarang
Bagaimanapun keadaannya saat ini,
Pernah ada harapan baik yang menyertainya, harapanmu waktu lalu,

Bunga itu masih ada, di depan mataku
tentu saja aku mengingatnya dan melihatnya,
Dan kau,
Bukankah sudah jauh dari pandangan mataku,
Lalu bagaimana bisa aku masih bisa melihatmu jelas dalam ingatanku,
Apakah kau sepenuhnya pergi ?
Atau aku yang tak sepenuhnya hidup dalam sadar saat ini ?

Dalam sadarku, aku mengingat itu,
Aku mengingatmu dan harapan baikmu itu,
Dalam sadarku.

BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang