Sungguh,
Aku tak mengira akan sejauh ini
aku terus mengulang memori tentang dirimu
Aku tak mengira akan sedalam ini
aku larut dalam perasaan karenamu
Aku tak mengira akan selama ini
aku berupaya untuk tidak mengingatmuAku kira beberapa hari setelah kejadian itu aku bisa bernafas lega,
Setelah beberapa kalimat yang aku ucapkan itu mampu memperjelas keadaan,
Aku pikir semuanya akan baik-baik saja.
Semua akan berjalan seperti semula, kau temanku dan aku temanmu.Aku kira sekalipun kau yang pertama,
kau tak akan selalu menjadi bayang dalam setiap celah cahaya yang aku lihat.Tak dipungkiri memang,
Akan ada beberapa perubahan yang terasa
Bukankah itu hal yang biasa.Rupanya aku salah menyangka.
Aku masih saja harus mengatur nafasku yang sesekali sesak setiap mengingat itu,
Aku justru merasa keadaanku terasa buyar tak jelas terasa buram
Tidak, ternyata itu tidak baik-baik saja,
Tidak ada lagi kata dekat atau teman diantara kita,
hanya seperti orang yang saling tau namanya saja.Sungguh,
Mengapa sosokmu masih menjadi bayang untukku, untuk waktu selama ini,
Mengapa sosokmu masih menjadi bayang untukku, untuk keadaan yang sudah tak memungkinkan lagi,
Mengapa harus sosokmu yang menjadi bayang yang menutupi,Mengapa aku menjadi takut memiliki rasa kepada orang seperti kepada dirimu waktu lalu,
Kau seharusnya sudah tak nyata.
Padahal aku tau,
Tak sepantasnya aku menyimpan tentang dirimu,
tak sepantasnya setiap bayang itu aku asumsikan sebagai dirimu,
Bahkan, aku tau
Kau pun sudah melupakan semua,
Dan aku berharap begitu.Dan untukku,
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang
PuisiSemakin aku dalam kesunyian Semakin aku mengingatmu Semakin jelas pula wajahmu, tawamu, suaramu Apapun itu yang melekat padamu hadir tanpa permisi Bukankah kita tak pernah bersatu sebagai sepasang kekasih Sejak awal pertemuan Kau tak memiliki hak u...