Berulang-ulang

1 1 0
                                    


Setiap denting dari jarum detik pada jam dinding itu,
Yang menghitung waktu secara berkala, dengan durasi yang selalu sama
Yang begitu teliti tak melewatkan satu titik pun dari yang lewati,
Yang menggema jelas ditelinga, sampai pada hati yang sejak kapan ikut menghitung langkahnya.

Setiap rintik dari sisa hujan sore tadi,
yang masih saja menjatuhkan diri ketanah,
yang menyisakan dingin pada malam hari,
Yang jelas-jelas menambah sendu pada hati yang sedang merindu.

Tak ada musik yang menenangkan setenang dentingan dari jarum detik itu,

Tak ada nuansa yang sebegitu sendu untuk hati yang sepi selain nuansa yang tercipta selepas hujan reda,

Sekalipun waktu tak mungkin diputar, tetap saja detik akan kembali menghitung pada titik awal.

Sekalipun jatuh dan terus jatuh, tetap saja hujan akan kembali setiap kali waktunya tiba.

Setiap hati yang rapuh,
Setiap dari rasa lelah pada tubuh,
Atau setiap dari pikiran sukar pada kepala,

Sudah tak tau lagi harus seperti apa mengungkapkannya,
Tak ada air mata untuk itu semua, sudah terlalu lelah rasanya.
Namun tetap saja harus bertahan dan kembali mengulang dan terus mengulang.

Seperti setiap kali menghadapi bayangmu,
Sudah tak tau lagi harus seperti apa aku bersikap,
Namun tetap saja aku bertahan dan kembali menarikmu dalam ingatan.

BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang