Worst plan

38 8 0
                                    

Drew's pov

"Kau menginjak kakiku"  Bersamaan dengan itu daguku mendapatkan sakit yang sama ketika kepala Anna mendongak.

"Kita sudah berada di posisi seperti ini cukup lama dan tuan baru mengatakannya, sepertinya tuan tidak punya ekspresi untuk menggambarkan rasa sakit"

"Tidak semua rasa sakit bisa digambarkan dengan ekspresi, Claire" jawabku

"Setidaknya tuan bilang dari awal" bisik Anna

"Seharusnya kau sadar dari awal"

"Dalam keadaan gawat seperti ini sangat mungkin tidak menyadari insiden kecil seperti menginjak kaki"

"Mungkin syaraf di kakimu sudah mati maka dari itu kau tidak bisa merasakan kakiku"

"Apa seorang direktur kini berubah jadi dokter amatiran?"

Aku memicingkan mata, melihat wanita sok pintar itu dengan kesal " Kurasa lebih baik kau diam"

"Tuan benar, tidak ada gunanya berdebat dengan tuan iblis"

Aku terbelalak mendengarnya, suara lirih itu menguarkan kata-kata yang tak sepantasnya diucapkan seorang bawahan kepada atasannya. Etika macam apa itu? Apa ia tidak pernah diajari sikap santun oleh orang tuanya yang kaya itu?

"Kupotong gajimu selama tujuh bulan jika kau terus memanggilku tuan iblis"

"Tabungan saya masih cukup untuk kehidupan selama tujuh bulan" ucap Anna santai " Itu bukan masalah"

"Baguslah. Selain arogansi, tabungan mampu membuatmu hidup selama tujuh bulan"

"Atas dasar apa tuan menyebut saya arogan?"

"Caramu berbicara jelas sekali menggambarkan karaktermu" Ucapku sambil meluruskan pandangan " Saya tidak seperti yang anda ucapkan"

"Tentu saja kau akan mengatakan itu"

"Tuan tidak tahu tentang saya"

"Tak ada yang lebih tidak berguna dari pada mengamati kehidupanmu"

"Kalau begitu saya mohon hentikan"

"Aku tidak pernah memulai apapun" Ucapku

"Tuan menyebalkan"

"Kau lebih dari menyebalkan"

"Saya bersikap menyebalkan, itu pantas untuk bos yang menyebalkan seperti anda"

"Haruskah kita berdebat hanya karena kau menginjak kakiku?" Tanyaku mulai geram. Anna menggeleng dengan tatapan kakunya padaku.

"Baiklah, sekarang angkat kakimu dari kakiku" Kemudian aku merasakan kakiku kembali lega setelah tekanan dari Anna menghilang.

"Selama kita berdebat tadi tuan bahkan tidak merasa kesakitan pada kaki tuan, sekarang kaki siapa yang sarafnya mati?"

"Jangan mulai lagi Anna"

"Tuan memanggil nama saya" kata Anna, Entah apa korelasi antara ucapanku dengan raut wajahnya yang berubah.  Anna seperti merasa aneh saat aku menyebut nama sapaannya.

Kubalas dengan pertanyaan "Apa itu sebuah masalah?"

Gadis itu menggeleng bingung, lalu kutekan tingkahnya dengan ucapan " Simulasi sebelum kita menikah, bukankah kita akan menjadi suami istri?"

Aku dapat melihat Anna mencebik, jelas sekali dari sudut pandangku bahwa Anna tak suka dengan apa yang akan terjadi nantinya. Pernikahan.

"Maaf kalau saya bersikap lancang, tapi saya mohon jangan bicarakan itu"

"Aku juga tak mau membicarakannya lagi"

Sial! Perdebatan bodoh ini membuatku lupa pada tujuan yang sebenarnya. Tujuan yang membuat Anna dan aku bersikap seperti penguntit yang bersembunyi dan menyadap pembicaraan dua pria tua dari belakang pintu.

"Sekiranya apa yang membuat kalian berdiri di belakang pintu?" Ucapan itu datang dari salah seorangnya, kemudian lawan bicaranya melayangkan pandangan kepadaku.

Aku dan Anna segera bersikap tenang lalu masuk ke dalam, Anna membuntutiku dari belakang. Kami pun sampai di hadapan kedua pria itu.

"Sekiranya aku tak perlu mendapat perkenalan darimu, Andrew Taggart" Pria itu terkekeh dan aku terpaksa sedikit menarik keluar senyumku di depannya.

"Jika kalian memang menguping pembicaraan kami tentulah kalian tahu apa yang kami bahas"

"Tentu ayah" Ucapku

"Kau dan nona Claire yang sangat cantik ini harus segera mengatur hari pernikahan bulan depan"

Tak ada jawaban yang bisa membuatku menyanggah, justru Anna yang melakukannya karena aku tahu rencana itu juga membuatnya jengkel.

"Ayah kurasa untuk saat ini aku dan...." Anna melirikku sekejap lalu melanjutkan ucapannya "Tuan Andrew Taggart belum sampai pada hal seperti itu, kami baru saling mengenal dua hari yang lalu sudah jelas kami tidak siap untuk menikah"

"Anna kita sudah membicarakan hal itu kemarin, kau tidak bisa mengubah keputusan keluarga. Rencana akan tetap berjalan sampai tujuan itu menjadi nyata"

"Kami tidak menikah atas dasar balas budi di masa lalu, Tuan Claire. Putrimu dan aku bukan bagian dari masa lalu keluarga Taggart dan Claire" Aku membantu Anna menyanggah

"Memang bukan, tapi dari pernikahan kalian sesuatu akan hidup dan membesarkan nama besar keluarga Taggart dan Claire" Ucap Ayahku

"Apapun yang terjadi kalian akan tetap menikah"

"Lebih baik kita bicarakan hal ini di luar kantor, Adam" ucap ayah

"Baiklah" akhirnya mereka pergi menyisakan aku dan Anna di ruangan itu.

"Saya tidak mau memiliki nama belakang tuan" kata Anna

"Aku bahkan tidak mau memberikan nama belakangku pada siapa pun"

Seseorang pernah berucap bahwa pernikahan adalah kesalahan paling fatal dalam hidup, mungkin ucapan itu juga akan berlaku dalam hidupku. Menghabiskan hidupku bersama seseorang atas ikatan janji pernikahan bukan sebuah mimpi yang indah, pikiranku bahkan tak pernah dilintasi oleh bayangan seperti itu.
Pernikahan harusnya menjadi ikatan paling suci atas nama cinta, begitu kata orang. Meskipun skeptis aku setuju dengan itu. Lalu bagaimana bila ikatan suci itu berjalan tanpa atas nama cinta? Terlebih ia berjalan atas dasar balas budi akibat masa lalu.

Air dan minyak tak bisa bersatu, air laut dan tawar di selat Gibraltar tak bisa bersatu, Aku dan Anna juga tak bisa bersatu. Tidak akan ada cinta di dalamnya meskipun kami terikat.

"Mau kemana kau?" Tanyaku mendengar langkah Anna membelakangiku. Anna seketika berhenti lalu menoleh " Kemanapun asal tidak bersama tuan"

Wanita itu semakin menjauh dariku.

"Apa kau ingin menembus jendela lalu terjun bebas dari ketinggian enam puluh meter?" Ucapanku membuat Anna berhenti lalu berbalik arah.

"Pintu keluar di depan sana"

"Saya salah jalan" Katanya dengan wajah malu yang ia coba tutupi.

Beautiful Marriage (ON GOING + REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang