Drew's POV
Genap enam hari sejak malam itu, kebekuan menjadi jurang pemisah antara aku dan Anna. Ya, kami berpisah. Anna pulang ke rumahnya dengan meninggalkan secarik kertas berisi kata pamitnya padaku. Gelang monitor pada kakinya juga berhasil ia lepas entah bagaimana caranya.
Tidak, Anna tidak pergi dari rumah dengan alasan membenciku dan ingin jauh dariku. Roz sakit, gadis kecil itu tidak mau makan dan minum obat tanpa Anna maka dari itu ia pulang ke rumahnya. Alasan itu kuat, terlebih Anna sempat memasak untukku sebelum ia pergi.
Tapi mengapa rasanya seperti Anna benar-benar meninggalkanku?
Ini gila, sungguh. Enam hari tanpa Anna sangat mengguncang hati dan pikiranku. Ketenangan tidak hinggap dalam hidupku saat rumah ini sepi tanpa kicauan dari si badut bodoh itu. Otakku menyebalkan sekali sebab ia terus memikirkan Anna setiap saat. Bayangan Anna pun hadir setiap kali aku tak sengaja melihat kartun The Looney Tunes, Anna suka sekali menonton ulang kartun lama itu. Tidurku pun rasanya tak tenang sejak ia pergi. Lebih gilanya lagi, perutku tak mau mencerna makanan apapun yang kubuat sendiri, ia lebih suka makanan yang Anna buat.
Wanita itu benar-benar menjajah hidupku.
"Makanlah" Alex menyodorkan sebuah keranjang kecil berwarna coklat berisi kotak tempat makanan.
"Kau sangat suka tuna Sandwich buatan ibuku, usahanya membuat makanan untukmu akan sia-sia bila kau tidak mau makan itu"
Kubuka kotak berwarna biru muda itu dan aroma khas ikan tuna semerbak sedap. Aku sangat suka. Tapi tidak dengan perutku, ia menolak lagi.
"Aku tidak lapar" kututup kembali makanan itu.
"Tampaknya Anna sangat berpengaruh dalam hidupmu" Alex tersenyum padaku "Kau tak bisa makan apapun bila bukan Anna yang membuatnya"
Sial, Alex benar sekali.
"Entahlah, aku benar-benar bingung dengan situasi ini. Hatiku serasa terganjal sesuatu saat istri bodoh itu tak bersamaku. Ia mengganggu keseimbangan tidurku, ia mengganggu ketenanganku. Ia memberiku kecemasan tanpa sebab" Ungkapku
"Begitulah rasanya jatuh cinta"
Jatuh cinta? Tidak! Jangan biarkan hatiku jatuh untuk wanita siluman itu. Aku yakin ada sebuah alasan lain mengapa aku mengalami keanehan-keanehan itu. Kuharap itu bukan cinta.
"Jangan bercanda Alex, aku tidak mungkin mencintai Anna"
"Kau cinta dia, Andrew. Kau bahkan dengan sadar mencegah ia dan Niall berciuman di taman"
"Bagaimana kau tahu soal itu?" Aku mengernyitkan dahi. Seingatku kejadian itu tak pernah kuceritakan pada Alex.
"Anna menceritakan kejadian itu padaku dengan raut wajah sangat kesal. Ia bilang kau sangat mengganggu dan merepotkan, apalagi saat kau pingsan saat kau memergoki Michelle bersama pria lain"
Michelle.
Aku lupa bahwa wanita itu hadir dalam hidupku. Otakku dipenuhi Anna membuat kesedihanku tentang Michelle terbengkalai. Ini sungguh aneh.
"Kau jatuh cinta pada istrimu, Andrew. Kau hanya gengsi mengakui itu"
"Aku tidak mau terikat apapun dengan Anna, terutama cinta" Mendengar itu Alex tertawa lirih, apa yang lucu dari pengakuanku?
"Rupanya aku salah" ucapnya membingungkan "Kau tak sepenuhnya berubah, sikapmu yang selalu menyangkal tidak tertinggal dalam masa lalumu"
"Sudah cukup, jika kedatanganmu kemari hanya untuk membahas badut bodoh itu lebih baik kau pulang"
"Tidak semua yang ada bersamamu adalah sepenuhnya milikmu, bahkan hidupmu sekalipun. Memang kau yang menjalani hidupmu tapi bukan kau yang berhak menciptakan takdir untuk hidupmu. Itu artinya jika Anna menjadi bagian takdirmu maka sejauh apapun kau lari Anna akan tetap terikat denganmu" kata Alex.
Hal yang aku benci dari Alex adalah sifat sok tahu dan sok pintarnya, ia berkata seolah ia paham seluk beluk hatiku sampai yang paling dalam. Ia memang tahu aku sering mengatakan benci pada Anna tapi ia tidak tahu bahwa kadang aku menyesal mengatakan itu untuk alasan tak jelas. Ia tidak tahu bahwa rasa benciku pada Anna selalu tercampur dengan perasaan aneh, perasaan senang saat Anna menatap atau duduk di dekatku dan perasaan jengkel saat Anna dan Jack atau Niall pergi bersama.
Di tengah hatiku tengah menggerutu ramai, seseorang membuka pintu ruanganku. Aku dan Alex serempak menoleh ke arah pintu.
Michelle.
"Aku ingin bicara padamu"
Tentu saja ucapan Michelle mengarah padaku. Aku yakin sekali ia meminta itu sebab aku mengatakan putus padanya lewat pesan tadi pagi.
"Aku yakin sekali kau sudah paham alasannya, Michelle. Kita tak perlu bicara lagi" ucapku
Michelle menghela nafas tampak berusaha tenang "Dengar, aku dan Nick tidak ada hubungan apapun selain hubungan rekan kerja. Aku tidak berselingkuh, Andrew. Tolong percaya padaku"
Paham situasi ini hanya antara Aku dan Michelle, Alex memilih bungkam.
"Hubungan rekan kerja macam apa yang mengharuskan berciuman?" Tanyaku
"Andrew... Aku tidak..."
"Taman Westford, pukul sembilan lebih tiga menit, kau mengikat rambutmu, kau memakai sweater merah muda, dan berdiri di dekat jembatan bersama pria bernama Nick" Jelasku
"Bagaimana... Kau tahu?"
Aku perlahan mendekati wanita yang berdiri kaku sambil menatap penuh takut itu. Sorot matanya jelas tengah mencari alasan agar aku percaya padanya.
"Tidak masalah, aku juga melakukan hal yang sama denganmu saat kita masih berpacaran. Aku dengan Chantel. Jadi kau punya alasan untuk membenciku sekarang"
"Kau..."
"Ya, anggap saja kita impas"
Entah sehebat dan sedahsyat apa ucapanku sehingga mampu membuat Michelle terpaku tak bergerak. Mungkin ia tengah mencerna baik-baik hal mengejutkan ini. Biarlah, aku tak peduli.
"Andrew... Aku tidak mau putus denganmu"
"Terserah" ucapku jengah, aku berbalik arah menuju meja kerjaku namun Michelle menahanku.
"Andrew kau bercanda kan? Ayolah, kau pasti tidak serius mengatakan itu"
Kuhempaskan tangan Michelle dari lenganku "Aku tak pernah main-main dengan ucapanku"
"Andrew kumohon..."
"Pergilah, aku tak punya waktu untuk mencari jalan agar kita bersama lagi"
"Kau mau kemana?"
"Makanan, bunga, dan mainan yang kau kirim sudah sampai di rumah Anna Claire" kata Alex tiba-tiba
Aku dan Michelle serempak menatap Alex.
"Uhm... Aku baru saja mengeceknya lewat aplikasi" ucap Alex kikuk.
"Kau... Ada hubungan apa antara kau dengan sekretaris itu?" Tanya Michelle tak percaya
"Kurasa kau tak perlu tahu"
"Aku tidak suka kau berhubungan dengan Anna!" Michelle tampak geram padaku.
"Aku tidak butuh opini seseorang tentang hubunganku dengan wanita yang kucintai"
"Apa?"
"Ya, wanita yang kucintai. Anna Claire"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Marriage (ON GOING + REVISION)
Fiksi PenggemarAnna Isabella Claire tahu, hidup dalam pernikahan tidak semudah yang dibayangkan. Tetapi mimpi pernikahan indah yang ia bangun terus menjulang. Anna ingin menikah, menghabiskan sisa hidupnya bersama belahan jiwa dan mungkin keturunan yang lucu dan c...