Aku Bukan Penjahat (2)

45 4 0
                                    

Drew's POV

"Tuan saya masih muda"

"Memang"

"Saya belum menikah"

"Akan segera menikah denganku"

"Saya belum dinobatkan sebagai wanita paling cantik di dunia"

"Tidak akan kau dapatkan"

"Saya belum menjadi istri Justin Bieber dan Chris Hemsworth"

"Pria beristri cantik tidak akan mendekatimu"

"Saya belum... tunggu, tuan tahu mereka?"

"Dua selebriti itu pernah bekerja denganku"

"Tuan pokoknya saya tidak mau mati sekarang!"

Terpaksa aku meletakkan pistolku di atas papan perosotan, mendekati Anna yang kuikat pada tiang ayunan. Di atas kepalanya kuletakkan apel merah, buah itu yang menjadi target tembakanku. Anna? Tidak, dia tidak akan menjadi korbanku. Tetapi jika pelurunya meleset dan membuat lubang di tubuhnya itu hanya kesalahan teknis, ketidaksengajaan. Aku tidak akan membunuhnya meskipun aku menginginkan itu terjadi.

"Tuan kau hanya bercanda kan? Kau tidak akan membunuhku dengan senjatamu itu kan?" Tanya Anna

"Tidak, Anna. Tidak sekarang"

"Kalau begitu lepaskan saya, ini sudah menjelang malam saya harus pulang. Saya tidak mau tidur di teras karena pulang lambat"

"Itu bukan urusanku"

Membungkam mulutnya dengan kain agar tidak berisik dan membuat orang-orang curiga adalah satu-satunya cara untuk melancarkan aksiku. Oh, tentu Anna berteriak dan aku tidak peduli. Kembali kutodongkan senjataku searah dengan posisi apel. Bersiap menarik pelatuknya.

Sekali tembak, meleset.

Dua kali tembak, meleset.

"Anna diamlah!"

Wanita itu semakin berteriak agresif membuat rencanaku gagal. Apelnya jatuh ke bawah akibat goncangan kepala Anna yang minta dilepaskan.

Aku menyerah, wanita itu sangat sulit diajak kompromi dalam urusan seperti ini. Aku tahu ia takut mati tapi aku tidak akan membunuhnya. Aku tidak punya waktu untuk mengurusi mayat wanita yang tidak berguna.

Akhirnya kuputuskan untuk melepas Anna. Kusuruh ia berdiri di tempatku semula sementara aku tetap disini. Kuambil apel yang jatuh itu lalu kuletakkan di atas kepalaku.

"Tuan kau tidak waras!!"

"Lakukan saja bodoh"

"Saya tidak mau menembak tuan! Saya bukan penjahat!"

"Kau sekretarisku"

"Saya ingin tuan mati tapi bukan saya yang membunuh tuan. Jika tuan mau mati lebih baik makan rumput atau dedaunan"

"Kau kira aku sapi?"

"Mirip sekali"

"Astaga, Claire! Cepat lakukan!"

"Baiklah" Anna bersiap-siap menembak "Tapi kalau tuan mati itu bukan tanggung jawab saya, okay?"

"Terserah"

"Bagaimana cara menembak tuan?"

"Luruskan lengan kirimu dan tekuk siku kananmu, arahkan senapan sejajar dengan wajahmu dan tekan pelatuknya"

"Saya takut!"

"Hilangkan takutmu, fokuslah pada target"

" Ya Tuhan, mimpi buruk apa ini? Anna Claire sekretaris Willburg Company akan menembak bosnya sendiri"

"Cepat tembak aku!"

BUGH!

Kukira semuanya sesuai dengan yang ada di pikiran, kukira peluru pistol meleset tidak mengenai apel. Rupanya kenyataan berbanding terbalik, apel itu jatuh beserta peluru yang menancap padanya.

Anna berhasil.

"Tuan..."

"Ini yang aku mau"

"Saya berhasil, yeaayy!!"

Kini hampir satu bulan aku mengenal seorang Anna Claire, banyak hal yang tak terduga datang darinya, termasuk merasa senang terhadap hal-hal seperti ini. Ia berbangga diri dapat menembak tepat sasaran, lihat saja tingkah anehnya, bergoyang-goyang tidak jelas, melompat kesana kemari seperti kanguru.

"Ternyata menembak itu mudah" ucapnya arogan.

"Tidak semudah yang kau lakukan saat ini, Anna. Lagipula pistol itu tidak sungguhan"

"Apa maksud tuan?"

Aku merebut pistol dari Anna lalu kutunjukkan merknya.

"Pistol mainan, untuk anak-anak"

"Tapi pelurunya...?"

"Oh, itu peluru berisi obat bius yang kubalut dengan kapas tipis, bukan peluru sungguhan"

"Ya Tuhan" Anna menghela nafas pelan, seperti menyesali sesuatu "Kalau itu peluru bius seharusnya saya arahkan pada tuan, dengan begitu tuan pingsan dan saya tinggalkan disini"

Anna Claire, wanita paling tak beradab yang pernah kutemui.

Beautiful Marriage (ON GOING + REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang