Dua Nyonya

49 4 0
                                    


Drew's POV

"Kunyatakan kalian sebagai suami dan istri"

Sepersekian detik setelah kalimat itu terucap duniaku mulai berubah. Aku bukan lagi seseorang yang sendiri, bukan lagi seseorang yang bersikeras menganggap hubungan adalah permainan, serta bukan lagi seseorang yang menjalani hidupnya untuk diri sendiri.

Wanita yang berdiri di atas altar bersamaku ini akan masuk dalam duniaku dan menelusuri setiap detail kehidupanku, melangkahi hari, bulan, tahun, dan mungkin abad hanya bersamaku.

Aku dan wanita ini akan menjadi penghuni kapal yang sering disebut rumah tangga sekaligus nahkoda baginya agar tetap berjalan selama apapun. Tidak ada nahkoda dan anak buah kapal, aku dan wanita ini sama-sama menjadi penggerak dalam kapal kami.

Seperti itu kan makna pernikahan? Tapi bagiku itu sangat menyiksaku. Bagaimana kami dapat menciptakan rasa bahagia dalam kapal kami tanpa ada rasa cinta?

"Tuan Taggart, Anda boleh mencium istri Anda"

Tepukan tangan dari satu tamu merambat menjadi seluruh tamu mewarnai suasana ini. Aku dan Anna menjadi salah tingkah, terlebih saat ayahku dan ayah Anna heboh menyuruhku mencium Anna. Ya Tuhan, aku malu sekali.

"Tuan cepat lakukan" Bisiknya. Mengenal Anna satu bulan membuatku semakin tahu sifat dan gerak-geriknya, termasuk menggigit bibir saat gugup.

"Saya sudah tidak tahan"

"Apa kau belum pernah dicium pria sampai kau terlihat se-agresif ini?"

"Bukan itu maksud saya" Anna memicingkan mata padaku "Saya mau pipis, saya sudah tidak tahan"

Astaga.

"Aku tidak mau menciummu" Jawabku

"Saya pun tidak mau dicium tuan, tapi lihat ayahmu dan ayahku" Aku mengikuti mata Anna kepada dua pria tua itu, mereka tampak gila dengan senyum itu.

"Ayo tuan, jadilah profesional"

"Ini bukan pekerjaan kantor, Anna"

Anna memutar dua bola matanya sebal "Kalau begitu tatap mata saya, ganti saja wajah saya dengan wajah Michelle"

"Maksudmu aku harus mengoperasi wajahmu?" Tanyaku

Anna tampak ingin memukulku dengan podium di sebelah kami.

"Tuan Taggart yang terhormat, pelajari ucapan saya baik-baik. Maksud saya, tuan harus mencium saya sebagai formalitas di depan–" Anna melihat ke depan kami, bibirnya tampak berkomat-kamit sembari mencermati orang-orang "di depan 30 orang yang hadir"

Ia terus berbicara.

"Bayangkan saja saya adalah Michelle atau Chantel... jadi tuan merasa tuan mencium salah satu dari mereka"

"Dari mana kau tahu---"

"Ehm"

Aku tahu pria yang mengesahkan pernikahan ini berdehem agar apa yang ditunggu-tunggu segera terjadi. Tunggu, memangnya harus ada ciuman setelah disahkan menjadi suami istri?

"Sampai kapan kami harus menunggu untuk adegan romantis kalian?" Ucapannya membuat semua yang hadir tertawa, terutama kedua ayah kami.

"Baiklah kalau..."

Sepertinya selain bumi, Anna juga memiliki gravitasi yang kuat untuk menarikku padanya. Menarikku sehingga tak ada celah di antara kita, menarikku hingga bibir kami bertemu.

Benar, ia menciumku.

Tubuh dan rasaku mati rasa. Bahkan angin berhembus pun tak bisa menembus ragaku yang membatu tiba-tiba. Sedangkan Anna, ia canggung menatapku. Ia kembali menggigit bibir, kurasa bukan karena gugup tapi ia menyesal. Menyesal menciumku.

"Aku mau ke toilet" Ucapnya datar.

Aku tetap diam, bahkan ketika tubuhnya menghilang di balik tirai. Lalu Alex datang memberiku ucapan selamat diikuti yang lain.

Ah, aku lupa sesuatu. Pernikahan ini kami adakan secara tertutup, aku dan Anna hanya mengundang orang-orang terdekat saja. Orang-orang kantor pun tidak tahu bahwa aku menikah. Aku dan Anna tidak mau mereka tahu bahwa kami adalah suami istri. Entah sampai kapan pernikahan konyol ini kami sembunyikan.

Satu lagi, mengingat peristiwa yang kami alami tadi malam, aku dan Anna memutuskan untuk memindah tempat kami menikah dari hotel ke perpustakaan kota New York. Meskipun aku berharap pernikahan ini batal, aku tidak mau insiden buruk terjadi saat kami menikah.

Aku harus memastikan tak ada lagi yang menjadi korban dari urusanku.

Aku turun dari altar dan sempat menyapa beberapa kerabat. Sedikit berbasa-basi membicarakan hal yang memuakkan. Tiba-tiba Alex menepuk pundakku dari belakang, membisiki sesuatu di telingaku.

"Lindungi istrimu sekarang" Ucapnya

Mataku seketika minta copot dari tempatnya. Melindungi? Apa maksudnya? Apa Anna dalam bahaya? Tapi dia ada di toilet, apa yang membahayakan dari toilet? Tissue toilet? Sabun?

"Apa maksudmu?"

"Pergilah keluar, kau akan tahu jawabannya"

Tanpa pikir panjang aku berlari menerobos kerumunan undangan. Aku tidak peduli sudut pandang mereka saat melihatku lari terburu-buru, aku bahkan tidak peduli betapa kotornya jasku karena menabrak pramusaji yang membawa kue dan minuman, aku bahkan tidak peduli rasa gengsi dalam hati karena mengkhawatirkan Anna. Saat ini yang harus kulakukan adalah menyelamatkan Anna.

Aku sampai di lobby, kulihat pintu utama terbuka lebar tanpa penjaga. Kemana orang-orang yang kusewa itu?! Tidak, tidak mungkin penjaga dari perusahaan jasa terbaik di Amerika kalah dihajar oleh anak buah Willem. Tapi bagaimana jika itu benar dan Anna berada di tangan Willem sekarang?

Aku mempercepat langkahku menuju pintu utama namun langkah itu mendadak berhenti dan menginstruksiku untuk bersembunyi di balik tirai sebab aku melihat Niall tengah berbicara dengan Anna. Dengan sadar sepenuhnya, aku melebarkan senyum melihat Anna masih utuh seperti sebelumnya. Maksudku, Anna dalam keadaan baik-baik saja. Samar-samar dari balik tirai aku mendengar pembicaraan mereka.

"Apa yang kau lakukan disini? Mengapa kau memakai gaun pengantin?"

"Ah, aku menjadi model dalam sebuah proyek photoshoot Hugo yang bertema pernikahan"

Jawabannya begitu santai dan lancar sekali diucapkan. Mungkin ia sudah menyiapkan jawaban itu bila hal-hal tak diinginkan seperti ini tiba-tiba terjadi.

"Oh begitu ya? Ngomong-ngomong, bagaimana jika setelah kau selesai dengan pekerjaanmu kita pergi menonton film? Aku punya rekomendasi film yang bagus untuk ditonton" Ucap Niall

"Kedengarannya bagus" Sahut Anna. "Tapi sayangnya Hugo dan aku memiliki janji dengan bosnya untuk membicarakan proyek selanjutnya, maafkan aku Niall"

"Tidak apa-apa, mungkin lain kali saja" Niall tersenyum kecut pada Anna, tampaknya ia sedikit kecewa.

Aku melihat Niall pergi dengan kekecewaan, sedangkan Anna, aku tak tahu sebab posisinya membelakangiku. Begitu Niall menghilang dari pandangan Anna kembali masuk dengan menenteng gaun panjangnya.

"Kau hampir menghancurkan dunia" Ucapku di belakangnya.

Anna berbalik menghadapku "Tanpa kuhancurkan dunia ini memang sudah hancur, terlebih banyak penghuni seperti tuan menjadi racun di dalamnya"

"Perhatikan ucapanmu, nyonya Taggart dan nyonya Willburg"

"Apa?"

"Taggart dan Willburg, hanya itu yang kau dapatkan setelah menikah denganku. Kau menjadi dua nyonya di keluarga ini. Itu kan yang kau mau?"

Beautiful Marriage (ON GOING + REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang