"Kalau kau tidak kuat lebih baik kita pulang saja, wajahmu pucat seperti vampir""Aku tidak apa-apa"
"Ya ampun kau ini sungguh keras kepala. Kalau kau sakit lagi siapa yang akan merawatmu?"
"Aku bisa merepotkanmu lagi"
Aku mendengus kesal, andai aku tega sudah kudorong kepala Andrew ke dalam keranjang sampah tempat dimana ia muntah. Ya, Andrew sakit lagi, tapi kali ini ia hanya bermasalah dengan perut. Sudah kuceramahi manusia setan itu agar ia tetap tinggal di kamarku dan lupakan pekerjaan untuk sementara, tapi ia mengacuhkanku. Jadi aku memaksa diri untuk ikut ke kantor demi menjaga keselamatan bayi besar itu.
Lagi pula Josh Willburg tiba-tiba menelpon, meminta Andrew datang ke kantor tanpa memberi penjelasan.
Andrew berdiri agak lemas, wajahnya pucat sekali. Tentu saja, ia muntah dan mengeluh sakit perut sejak tadi malam tepatnya setelah kejadian itu, kejadian Andrew dan aku berciuman.
"Ayo masuk, ayah sudah menungguku" Nafas Andrew terengah-engah, tatapannya pun tak setajam biasanya. Aku mendekatinya lalu mengusap bibirnya dengan selembar tisu bekas aku mengupil. Hei, hanya ini yang tersisa di kantongku.
"Sebentar" Melihat Andrew tak berdaya begini aku ragu ia bisa berjalan masuk ke kantor, maka dari itu aku memijat pelan lengannya dan mengolesi minyak angin di lehernya.
"Kalau tahu pada akhirnya akan sakit seperti ini seharusnya kau..."
Aku agak ragu mengucapkannya.
"Kau tidak... Menciumku tadi malam"
"Jangan pernah membahas soal itu lagi" Sahut Andrew sambil memegangi perutnya.
"Bagaimana aku tidak membahasnya? Kau selalu sakit setelah menciumku, aku jelas penasaran"
"Aku tidak tahu" Jawabnya
"Memangnya mulutku beracun?" Tanyaku
"Daripada kau berpikir yang aneh-aneh lebih baik cepat bawa aku ke kantor dan pikirkan reaksi apa yang harus kau tunjukkan saat bertemu Niall"
Ya ampun, mendengar namanya saja jantungku berdegup kacau, bagaimana nanti aku bertemu dengannya? Aku takut.
Pada akhirnya aku harus menyamakan langkahku dengan Andrew karena aku mendekapnya dari samping. Kami berjalan masuk kantor setelah Ricky Stephen, seorang petugas keamanan, membuka pintu utama untuk kami.
Untuk menuju lift khusus pejabat kantor kami harus melewati lobi utama dimana pada saat ini memang sedang banyak orang dan kami menjadi pusat perhatian. Tentu saja, seorang sekretaris yang nekad memeluk bosnya akan menjadi bahan perbincangan bagi mereka melalui bisik-bisik. Tapi aku tidak peduli, manusia ini harus kuantar secepat mungkin kepada ayahnya.
Lantai sepuluh adalah tujuan kami, selagi menunggu lift turun aku menyandarkan Andrew pada dinding. Dalam penantian ini sesungguhnya aku tak memikirkan apapun kecuali tujuanku, bahkan aku tak memikirkan kesiapan hatiku bertemu dengan Niall.
Tapi tanpa aku menduga, aku bertemu dengannya sekarang.
Ia tak baik-baik saja, aku tahu itu. Ada lebam di dekat bibirnya dan kelopak matanya sedikit gelap, ia tampak kusam.
"Kau baik-baik saja?" Tanyaku
Aku tahu ini pertanyaan bodoh, tapi hanya ini yang terucap spontan saat hatiku berkecamuk hebat memikirkan kata yang tepat.
Niall tidak bicara dan menatapku. Ia justru memandang Andrew dengan raut sulit kubaca.
"Selamat" Tiba-tiba Niall mengulurkan tangannya pada Andrew "Untuk pernikahan anda dengan Anna Claire"
Tuhan, hatiku sakit.
Aku menaruh luka pada Niall Horan.
"Terimakasih" Jawab Andrew, ia menjabat tangan Niall.
Tepat setelah jawaban itu lift di sebelah kami berdenting, pintunya terbuka menampakkan ruang kosong siap dimasuki.
"Niall, kau baik-baik saja?" Tanyaku ulang
"Ya, ini tidak sesakit hatiku yang kau bohongi"
Niall masuk ke lift itu meninggalkan aku dan rasa bersalahku padanya.
"Persis seperti drama romansa yang menyedihkan" kata Andrew
"Diamlah" jawabku ketus
****** ******
"Anna, tinggalkan kami. Aku butuh privasi dengan Andrew"
Kuturuti perintah Josh Willburg untuk meninggalkan Andrew bersamanya. Aku memilih pergi menemui Jessy di ruang kerjanya yang tak jauh dari ruangan Andrew.
"Anna mengapa kau menyembunyikan ini dari kami?" Tanya Jack tepat ketika kakiku baru selangkah masuk ke ruangan. Niall yang duduk di sofa langsung pergi begitu melihat kehadiranku.
"Anna, jelaskan pada kami" kata Jessy.
"Baiklah tapi sebelum itu biarkan aku membawa Niall kembali, aku ingin ia mendengar penjelasanku" kataku
"Tidak perlu, ia terlanjur marah padamu" kata Jack padaku "Jangan pikiran Niall, aku yakin ia akan menerima kenyataan ini"
"Sekarang lebih baik kau jelaskan pada kami soal pernikahanmu dengan tuan Taggart"
Aku duduk di sofa di samping Jack, di depan Jessy "Aku terpaksa menikahi pria itu atas balas budi yang dilakukan kakekku pada kakeknya"
"Apa maksudmu balas budi?" Tanya Jessy
"Entahlah, yang jelas aku menderita menikah dengan setan itu"
"Lalu kenapa kau merahasiakan ini dari kami? Ini bukan hal sepele Anna" kata Jack
"Itu karena aku malu" Jawabku sedikit keras, rasa ingin menangis "Memiliki suami Andrew Taggart itu seperti aib bagiku"
Tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan, bukan Niall, ia tak mungkin kembali dan bertemu denganku. Seseorang itu adalah Khloe dari divisi pengembangan karyawan.
"Semua staff perusahaan harus hadir di aula sekarang juga" kata Khloe
"Rapat besar baru akan dilaksanakan besok" kata Jack
"Kita akan menyambut direktur baru perusahaan ini, Jordan Willburg"
Direktur baru?
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Marriage (ON GOING + REVISION)
FanficAnna Isabella Claire tahu, hidup dalam pernikahan tidak semudah yang dibayangkan. Tetapi mimpi pernikahan indah yang ia bangun terus menjulang. Anna ingin menikah, menghabiskan sisa hidupnya bersama belahan jiwa dan mungkin keturunan yang lucu dan c...