Drew's pov
Aku tak benar-benar menyukai tempat ini, sungguh. Aku lebih menyukai tempat pelacuran daripada perusahaan ini, bagiku perusahaan ini tak ada bedanya dengan tempat pembuangan sampah.
Jika saja aku menyukai jadi seorang CEO tentu aku akan menarik kata-kataku tadi. Menjadi CEO bukanlah yang aku inginkan, ini yang ayahku mau.
Dan aku tak punya pilihan.
Tok tok tok!
Ah, pasti sekertaris itu.
" Masuk "
Pintu pun terbuka, dan terlihatlah gadis berambut coklat kehitaman dengan tubuh yang sangat proporsional, dilihat dari wajahnya ia seperti bukan asli keturunan Amerika, lebih tepatnya ia agak seperti gadis Asia.
" Permisi "
Ia mengatakan itu namun masih berdiri di tempatnya, seperti takut melihatku, dasar gadis aneh.
Satu dua tiga...
Empat detik
Dan ia masih mematung
" Apa kau akan tetap berdiri disitu sampai nilai dolar turun? Atau kau akan tetap berdiri disitu sampai Michael Jackson bangkit dari kubur? "
Gadis itu terlonjak mendengar ucapanku, cepat-cepat ia melangkah menuju meja kerjaku.
" Maafkan saya Mr. Taggart" Ucapnya sambil tertunduk.
" Aku tidak tahu apa yang membuat ayahku bersikeras memindah meja kerjamu ke ruanganku, jadi jangan kau berpikir bahwa aku yang menginginkn hal itu, apa kau mengerti? "
" Baik Mr. Taggart, saya mengerti " Ucapnya.
" Kau bisa mulai bekerja sekarang"Ucapku.
Gadis itu mengangguk dan berjalan menuju mejanya, yang terletak persis ada di depan mejaku, namun jaraknya terpaut sekitar 4 meter.
Ini hari pertamaku bekerja, namun tak ada hal penting yang kukerjakan hari ini. Hanya perkenalan dengan orang-orang di kantor. Tak ada penghalang di depan mataku, sehingga aku --sengaja maupun tidak-- melihat gerak-gerik sekertaris itu.
Anna Claire
Aku baru tahu namanya sepersekian detik lalu melalui papan nama di meja kerjanya.
Cantik.
Dan manis.
Astaga! Apa yang kupikirkan??
Lupakan soal tadi. Tapi satu hal yang dapat kulihat dari penampilannya, dan yang kuyakini. Dia gadis lugu.
Matanya terpaku pada layar di depannya, sedangkan jari-jarinya menari ria di atas tombol keyboard. Ia begitu fokus dengan pekerjaannya, yang entah apa aku tidak tahu. Sesekali ia memandang ke arah lain, dan kembali tertuju pada layar.
"Mr. Taggart, ada dokumen yang harus anda bubuhi tanda tangan"
Seketika aku kembali ke dunia nyata. Aku baru sadar ternyata wanita itu sekarang berdiri di harapanku.
" Kupikir kau ahlinya dalam merusak sistem kerja jantung orang lain" Kataku, gadis itu sedikit melebarkan kelopak matanya, kulihat tenggorokannya refleks menelan ludah karena perkataanku.
" Maaf Mr. Taggart" Tangannya menurunkan sebuah dokumen dengan cover hijau tua.
" Apa ini? " Tanyaku
" Dokumen berisi agenda bulanan yang ada tanda tangan dari pemimpin perusahaan ini, maksud saya seluruh daftar agenda direktur selama satu bulan berjalan harus ditandatangani sebagai bukti bahwa anda telah melakukannya "
" Usiaku sudah 30 tahun, dan selama 30 tahun aku sudah banyak bertemu dengan wanita dari berbagai penjuru dunia, mulai dari pelacur hingga model-model papan atas, tapi baru kali ini aku menemukan wanita yang bekerja sebagai sekretaris yang sepertinya memiliki otak tidak lebih baik dari otak udang"
Manik mata coklat mudanya seolah berusaha menusukku dengan ketajamannya.
" Apa maksud anda? "
Aku menarik kursiku lalu mencondongkan tubuh lebih dekat dengannya " Baru hari ini aku resmi menyandang sebagai pemimpin perusahaan sialan ini, dan aku harus menandatangani atas apa yang tidak kulakukan? Apa kau gila miss. Claire? "
" Maaf Mr. Taggart yang terhormat, saya sebagai sekretaris mematuhi atas apa yang pimpinan perintah, Mr.Willburg. Saya hanya menjalankan perintah, terlepas dari status anda yang masih baru dan menolak untuk tandatangan, itu sama sekali bukan urusan saya"
Oke,
Tarik pemikiranku tentang wanita itu.Sekretaris macam apa wanita ini? Berani membantah omongan Seorang Direktur? Wanita ini sungguh harus dipertanyakan tingkat kewarasannya.
Berbeda dari sepuluh menit yang lalu saat sekretaris itu masuk, kini ia bersikap seolah ia berani melawanku.
" Sekali lagi kau mengatakan itu, ku jamin semua sampah yang ada di mejamu akan segera musnah dan negara ini akan ketambahan satu lagi wanita pengangguran" Ia tampak menahan nafas sesaat sebelum akhirnya ia berkata "saya bekerja di perusahaan ini atas dasar kontrak" Katanya "Dan saya tidak akan bisa keluar dari perusahaan ini sebelum masa kontrak saya habis, meskipun saya sebenarnya sudah sangat muak menjadi 'pembantu' perusahaan ini"
Kontrak.
Aku lupa akan hal itu.
Mungkin Willburg Company satu-satunya perusahaan gila yang memperkerjakan pegawainya atas dasar kontrak, jangan kau kira itu kontrak layaknya kontrak pada sebuah perusahaan yang wajar. Ini berbeda, jadi meskipun pegawainya berlaku tidak baik, terlambat lima kali berturut-turut, bahkan mungkin --melakukan pelecehan seksual-- selama kontraknya belum habis, maka kata keluar dari perusahaan hanya sebuah ilusi. Kontrak yang gila." Kalau begitu kau sangat bodoh, miss. Claire" Kataku " Kau ibarat robot yang tak berdaya tanpa alat control, kau tak bisa melakukan apapun tanpa dikomando oleh orang lain"
Ia menatapku intens, seolah sangat menanti setiap kata yang kuucapkan.
" Kalau kau tidak menyukai perusahaan ini, untuk apa kau membuang tinta bolpointmu untuk menulis formulir pendaftaran menjadi seorang sekertaris disini? "
" Aku tak punya pilihan "
"Benar, kau tak punya pilihan. Kau hanya bertahan pada satu titik yang sudah pasti akan membunuhmu perlahan"
" Anda bukan Tuhan Mr. Taggart, anda tidak memiliki hak untuk mengintip pemikiran saya sehingga anda mengatakan saya bodoh atau mengintip kehidupan saya sehingga anda bebas berkomentar seenaknya "
Aku terkekeh mendengarnya.
" Aku memang bukan Tuhan" Sahutku " Tapi Tuhan memberiku benda kenyal merah muda yang disebut otak, tempat dimana segala pemikiran bersemayam. Tapi kau pasti tahu bahwa Segala sesuatu yang tersimpan terlalu lama itu tidak baik, jadi ku keluarkan saja apa yang kupikirkan tentangmu"
Sudah. Kuharap ia diam.
" Tersimpan terlalu lama? Kita bahkan baru mengenal satu jam yang lalu"
Sial. Ia hanya sekretaris biasa, tapi mengapa ia seperti petinju kelas dunia yang berambisi kuat untuk melawan musuhnya.
" Haruskah karena sebuah dokumen hijau tua ini kau dan aku berdebat terlalu lama? "
Ia bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Marriage (ON GOING + REVISION)
FanficAnna Isabella Claire tahu, hidup dalam pernikahan tidak semudah yang dibayangkan. Tetapi mimpi pernikahan indah yang ia bangun terus menjulang. Anna ingin menikah, menghabiskan sisa hidupnya bersama belahan jiwa dan mungkin keturunan yang lucu dan c...