3 - Your smile

149 30 13
                                    

Jalanan sekitar kafe Dream tempat Mark bekerja part time, begitu ramai sore ini. Malam weekend begini memang sangat cocok untuk menghabiskan waktu entah berjalan-jalan atau sekadar joging. Mark berhenti sebentar di depan pintu kafe. Matanya fokus melihat arah langit yang berwarna jingga, orange, bahkan violet, yang begitu indah.

Tak sadar senyum Mark merekah lebar. Dia merogoh saku jaketnya mengambil hp untuk kemudian mempotret senja tersebut.

"Cantik banget ya. Kirimin dong fotonya."

Suara itu membuat lelaki berambut hitam pekat tersadar, bahwa dia tak sendiri. Ada Yeri beserta kawan lainnya yang berniat membuat tugas kelompok dari pak Soman sore ini. Mark segera berbalik dan memasuki kafe tanpa berucap apapun.

Suara decakan dapat Mark tangkap yang asalnya dari mulut Yeri. Jelas, dia.

"Kalian mulai aja dulu. Gue buatin minum ya. Nanti gue tarik bayarannya," kata Mark menatap teman-temannya.

"Kirain gratis. Yaelah," celutuk lelaki dengan rambut blonde.

"Gue boke dong, Ar, kalo gitu."

Arjun tertawa. Dia teringat kalau Mark bukan anak yang mengedepankan ego dan gengsi. Terutama dalam hal-hal sepeti mentraktir, jalan-jalan dan pamer, serta barang-barang branded.

Beberapa menit terlewati dengan bahas-membahas. Mark kebagian menjadi tukang searching dengan Arjun. Tipikal seperti Arjun adalah orang yang mau-mau aja dan ngikut-ngikut aja. Mark bahkan heran melihat dia yang selalu sigap kala- perempuan menyebalkan itu, menyuruhnya.

"Gantian, Ar, sama Mark. Lo mending makan dulu nih cemilan. Nanti dia nggak kerja apa-apa lagi." Yeri bersuara tegas. Perempuan itu juga memegang kendali sebagai ketua dalam tugas ini. Selain ketegasannya, dia juga lumayan disiplin soal waktu.

Jadinya, hanya butuh dua jam saja, bertepatan dengan kafe yang hendak tutup, tugas mereka 80 persen rampung. Sisanya hanya membuat power point yang perempuan itu sendiri akan kerjakan. Mark sempat terkagum padanya, karena baru ini mereka satu kelompok.

"Hati-hati, Guys!"

Mark melambai singkat pada teman-temannya yang pergi. Lelaki itu masih ada tugas membereskan kafe ini, karena sebentar lagi gilirannya dia kerja, setelah tadi bertukar sif dengan Donni.

"Asik nih, kerja ditungguin doi. Jadi dia, adik bang Sena yang lo bilang kemarin?" Donni berbisik sambil mengarahkan dagunya pada Yeri. Dimana perempuan itu masih duduk anteng berkutat dengan notebooknya.

"Jangan nuduh, Bang. Gue nggak bilang dia doi gue ya. Cuma bilang dia cewek yang ngeselin."

Mark berjalan ke arah meja bar. Mengecek daftar keuangan untuk nanti dikasihkan pada Wendy. Donni masih mengekor dibelakangnya. Senyum lebarnya terus terpancar tanpa rasa lelah.

"Lo utang cerita ya sama gue. Karena nggak mungkin kalau dia bukan siapa-siapa lo." Donni menyambar kunci motor pada gantungan. "Gue liat, tadi lo selalu senyum tiap cewek itu jelasin sesuatu." Donni kemudian berlalu pergi, tak lupa menepuk pundak Mark dua kali. "Bye-bye, Adik manis, gue mau dating dulu. Cepetan gih nyusul gue. Hahaaa."

"Anjir lo, Bang Donni!"

Tidak bisa dipungkiri, Mark malah mencerna ucapan Donni matang-matang. Apa iya, tadi dia senyum-senyum liat Yeri? Mark menggeleng. Dia tidak mau hal memalukan itu terjadi. "Bohong pasti dia."

Tale Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang