31 - First love?

86 15 11
                                    

Dua hari lagi adalah perayaan bazar di fakultas Ilmu Komunikasi sebagai peringatan akhir tahun. Acara tersebut akan diselenggarakan seharian dengan banyak kegiatan masing-masing jamnya. Band Sza akan membawakan lagu utama dari One Direction berjudul Prefect, diiringi tiga lagu lainnya masih dengan genre R&B dan Hip-hop.

Mark merasa menyesal atas perbuatannya semingguan lalu yang mampir ke pabrik. Karena itu latihannya harus ditunda, meski dijanjikan masih bisa ikut. Pak Fandi di Canada tentu sangat khawatir sehingga terus menelfon bahkan sehari sampai tiga kali. Mark tau dirinya salah nekat menyelami kisah masa lalh yang dia tau begitu menyakitkan.

"Mark. Mampir kafe Dream yuk. Katanya Jeno sama temennya mau kesana."

Mark menoleh kesamping seraya mengangguk. Angin sore ini di kawasan Bundaran HI begitu sejuk dengan sajian senja di langit dan senyuman manis Yeri diboncengan. Meski polusi akibat macet masih tercium begitu jelas.

Terapi yang Mark tidak suka menjadi lebih indah karena ada Yeri yang menemani. Perempuan itu tidak menuntut banyak hal dari Mark yang kadang terdiam, cepat lelah, bahkan bentar-bentar minta makan. Yeri hanya menganggap Mark orang yang sedang sakit, dan berharap kehadiran Yeri bisa membuat Mark cepat sembuh.

Motor sudah diperkirakan di halaman kafe Dream. Sebelum masuk Mark sempatkan foto senja yang terlihat jelas karena di depan kafe adalah lahan kosong yang mengarah ke danau. Kali ini bukan hanya langitnya, tapi objek lain turut masuk dalam tangkapan layarnya.

Cantik pacar aku.

"Jadi pingin hunting foto sama kamu, Mark."

Mark terkekeh tak lupa mengacak rambut Yeri. "Boleh lah. Setelah kelulusan semester gimana?"

Yeri menatap Mark dengan berbinar. "Mauuuu! Kemana kita?"

"Pantai Seribu?"

"Mauuuuuuu!"

Yeri kali ini terlalu mengemaskan bagi Mark sampai membuatnya memalingkan wajah. Maaf, Mark tidak sanggup melihatnya.

"Bang Leee!"

Suara Hare menyambut dari arah meja bar, membuat sebagian pengunjung menoleh. "Hai, kakaknya Jenong." Sapanya pada Yeri yang tertawa. Keduanya duduk pada kursi bar dihadapan Hare.

"Mana nih temen-temen lo? Jenong belum dateng, katanya sama Karina ya, Har?"

"Iye. Berduaan mulu tuh mereka like a sticker."

"Lo dong, nggak mau punya pacar juga?"

"Ah, Bang Le, mah. Gue nggak suka pacaran. Ogah. Ribet," jawab Hare seraya memanggil Donni yang sedang mengecek bahan di ruangan sebelah. Anak itu lantas mengantar pesanan.

"Lo ngapain, Le? Mau gantiin gue?" Katanya begitu tiba di meja bar.

Mark mendengkus sebal, "Gue mulai kerja 'kan besok, Bang. Semangat napa lo. Lusa mau nonton konser gue, kan?"

Donni menyengir tanpa dosa. Sembari mengolah adonan, lelaki itu mengobrol-obrol singkat dengan Mark dan Yeri.

"Annyeong, Kakak-kakak!"

Jeno datang yang langsung mendapat sorakan 'cieee' dari Yeri beserta Donni dan Hare. Pasalnya baju Jeno dan Karina sore ini samaan. Kaos hitam dengan sablonan bertuliskan 'Humanity' dan motif abstrak.

"Karina makin cantik pakai baju beginian."

"Lah, Kak Yeri, jangan ngeledek."

"Lah, gue serius kali, Rin. Iya nggak, Nong?"

"Cantiknya mah tiap hari kalo kata Jenong," jawab Hare. Lantas balas mendelik ketika Jeno menatapnya tajam.

Si pemilik suara halus itu tertawa. Yeri bahkan terpaku sejenak apalagi Jeno yang kini selalu menarik bibir dengan matanya yang menyipit itu. Jiah, anak bapak Suro Reigel terdeteksi bucin hari ini.

Tale Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang