Tio tidak tau bagaimana pak Fandi mendapatkan nomornya. Namun yang lebih penting adalah, kata beliau, Mark berada di rumah sakit sejak siang lalu. Tio masih bingung kenapa ayahnya Mark yang jauh itu tau, siapa yang menghubunginya?
"Tio, buruan!" teriak Jack yang sudah siap jadi supir dengan mobil hasil pinjam ibu Galuh. Pemilik kos itu tak kalah khawatir begitu dikabarkan Mark masuk rumah sakit lagi. Donni yang duduk anteng di sebelah Jack pun hatinya tidak seanteng itu.
"Bang, Leo gak kenapa-napa, kan?"
"Kata om Fandi tadi baik, kan? Kita cuma disuruh jagain, jagain, dan jagain."
"Iya sih. Tapi-"
"Guys! Gue dapet telepon dari salah satu warga tadi. Bapak itu yang nelpon om Fandi katanya, karena nomor ayahnya yang Leo shortcut di hp." Tio datang langsung bercurah. Jack langsung melajukan mobil dan bertanya lebih lanjut info tersebut.
"Jadi bapak itu yang nolongin Leo?" tanya Donni.
"Iya. Leo pingsan di pabrik bekas deket sekolahan gitu. Gak tau juga gue kenapa bisa disana."
"Ya udah, cepetan lagi, Bang Jack. Gue takut ini nyangkut soal ibunya."
Tio mengagguki ucapan Donni. Dia juga khawatir bahkan sejak Yeri menelfon tadi pagi.
.....
Pak Suro dan Sena masih membujuk Yeri untuk keluar kamar dan makan malam. Anak itu memang akan begini apabila sedang sakit hati, menutup diri dan akan berbaur semau dia.
Ketika kejadian sang ibu dulu pun, pak Suro hampir stress akibat Yeri yang mengurung diri seminggu penuh. Belum lagi si anak bungsu, yang bisa lebih parah dari anak kedua.
"Sen, maafin Ayah yah."
"Gak papa, Yah. Yeri 'kan emang begini. Ayah duduk dulu sana."
Pak Suro menurut. Dia memeluk singkat anak sulungnya itu, lalu memijit pangkal hidung seraya duduk. Baru bisa santai sekitar lima menitan, suara menggelegar Jeno dari lantai atas mengganggunya.
"Bang Sena! Bang! Bang Senaaaaa!"
"Tutup mulut, Jen. Kuping gue bisa budeg ini."
"Baca!" Jeno menunjukan kolom chatnya dengan Donni, dimana kata dia, Mark sedang masuk rumah sakit. Jeno menggerakan kepala menunjuk pintu kamar Yeri yang tertutup. Dengan sekali anggukan, Sena langsung bersiap untuk,
"YERIII, MARK MASUK RUMAH SAKIT! YERI! MARK MASUK-"
Brak!
Pintu terbuka dengan begitu keras. Pak Suro bahkan hampir terjungkal dan jantung yang mau copot.
Yeri menarik lengan abang dan adiknya itu segera. Menyambar kunci mobil pada meja, lantas menyerahkan pada Sena. "BANG SENA! BURUAN!"
Sena langsung melajukan mobil. Jeno yang pasrah ditarik dan berakhir di jok belakang, terkekeh geli melihat Yeri. Duh, dia baru kali ini melihat raut khwatir kakak keduanya ini untuk orang lain selain keluarga. Tak lupa dia mengabari Karina, serta teman-temuannya.
.....
Mark! Maafin aku, maafin!
Kamu gak salah kok. Kak Jun yang salah udah bikin cemas tadi pagi.
Maafin aku gak ada disisi kamu saat kamu sakit begini.
Aku sayang kamu, Mark.
Tangis Yeri berderai sedari dalam perjalanan sampai Tio menceritakan dibalik tragedi Mark disini. Yeri paham kenapa Mark bisa pingsan di pabrik kosong itu. Karena memori tentang ibunya muncul kembali. Persis seperti kata Zeynle via pesan semalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of Us
Fanfiction[novel] [end] ✔✔✔ Hanya dari kesalahan nomor saja membuat pemuda bernama Mark Leonardo Affandi, dekat dengan perempuan bernama Yeri Bullan Navia. Kedetakan mereka bukan sekadar manis-manis saja. Bahkan Mark rela merasakan sesak kala topik kehidup...