21 - Mark, Yeri, and Heart

100 20 6
                                        

"Bang, nanti lo jadi jalan sama kak Salma?"

Donni yang terpanggil menoleh dengan senyumannya. "Jadi banget lah. Gue ogah ribut-ribut mulu dari kemarin."

Mark menghela napas berat, hal itu membuat Donni berpindah tempat ke samping Mark. "Kenapa sih galau mulu? Karena Jun Jun itu? Yeri emang keterlaluan dah, sumpah ya."

"Udah lah, Bang. Gue mending ikut jauhin aja. Daripada gue sakit hati sebelum memulai hubungan."

Donni berdeham panjang sebelum berdecak. Jemarinya yang menopang dagu lantas berhenti mengetuk pada pipi. "Iya sih. Tapi kan lo belum bertindak, Le?! Gak etis lah kalau udah nyerah. Mending lo deketin aja, terus cari tahu deh hubungan Yeri sama Jun tuh sebenarnya apa." Lelaki itu menegakan badannya. Tangannya melambai ketika abang gojek sudah terlihat.

"Saran gue, lo nggak boleh nyerah. Dah, Adik manis, gue kuliah dulu ya."

Mark tak menggubris sang abang yang usil itu. Dia kini berfokus pada hubungan dia dengan Yeri bagaimana. Kedua tangannya terlipat diatas lulut, dan menaruh dagunya disana. Pandangannya lurus pada kedua sepatu konversnya. Di depan perpustakaan dengan semilir angin pagi, Mark Leonardo Affandi sedang menggalau, dimana itu pertama kalinya yang disebabkan oleh perempuan.

Arjun tiba-tiba datang, menepuk pundak Mark membuat lelaki itu terlonjak.

"Sori, sori. Kenapa nih? Galau?"

"Apaan sih, Ar."

Deretan gigi Arjun terlihat. Tangannya merogoh tas lantas mengambil sesuatu dari sana, "Gue mau ajak lo gabung tim gue. Nih," Arjun memberikan sebuah brosur. Mark membaca dengan cermat dengan mata menyipit. Lalu kedua mulutnya terbuka begitu dia paham isinya.

"Lo ngajak gue nge-band? Ini- ini Sza band loh?! Yang terkenal di penjuru kampus ini, kan, Ar? Lo serius ajak gue?"

Arjun menyunggingkan bibirnya seraya mengangguk. Di wajahnya tersirat rasa bangga karena membuat seorang Mark yang biasanya dingin nan tajam, tersenyum bahagia. "Gue juga diajak sama Juno kemarin. Dan liat lo suka nyanyi sama gitaran, ya udah deh, gue ajak juga."

"Thanks, Ar. Gue sayang banget sama lo. Thank you!" Mark memeluk Arjun dengan eratnya. Menepuk punggung lelaki itu keras tanpa memedulikan sang empu yang hampir tercekik.

Tanpa Mark tau, diseberang perpustakaan ada dua orang yang melihat. Perempuan itu tersenyum kala melihat Mark yang begitu bahagia. Dia menoleh pada lelaki disampingnya. "Makasih, kak Jun. Gue janji bakal bilang ke ayah kalau pak Jae butuh bantuan. Lo tetap bilang aja ke ayah lo kalau kita ada hubungan ya. Karena maaf, untuk perasaan gue udah nggak bisa."

"It's okay, Yer. Gue yang seharusnya minta maaf. Maafin gue ya, udah kasar sama lo kemarin. Boleh gue peluk, kan? Terakhir kalinya."

"Boleh."

.....

Tiba di kafe, Mark sudah disambut oleh geng empat, alias Hare, Jeno, Emin dan Renzo. Mereka sibuk mengerjakan tugas ditemani teman-teman lainnya yang Mark lihat ada banyak. Malahan, hampir pengunjung kafe Dream ini isinya teman-teman Hare, termasuk Karina.

Gadis itu berjalan menuju Mark yang sudah siap dengan peralatannya. Dia menyapa, "Hai, Kak."

"Hai, Rin." Mark menoleh sekilas. Lalu kembali sibuk dengan alat masaknya. Hari ini dia ditugaskan membuat kue, untuk pesanan onlinenya. Hendry disampingnya sibuk melayani pelanggan sambil bersenandung riang.

"Hen, ada liat mas Candra nggak kesini? Dia tadi chat gue soalnya."

"Nggak. Chat apaan?"

"Suruh buatin cheesecake dua bungkus. Terus di kirim ke rumah dia."

Tale Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang