Hari berlalu dengan cepat. Kesehatan telinga dan pelipis Mark pun sudah membaik dan tidak perlu adanya perban lagi. Semingguan ini dia terus di datangi Karina karena katanya gadis itu merasa bersalah. Sekalian juga Mark membantu Karina mengerjakan tugas narasumber yang waktu itu hendak diminta gadis itu.
Hari ini adalah pindahan pertama Mark pada apartement ayahnya. Dia sudah bernegoisasi pada tante Yona kemarin, agar dia bisa menginap empat kali seminggu. Karena jujur, akan susah mengerjakan tugas disamping duo saudara penuh berisik itu.
"Kak," panggil Karina sembari menoleh pada Mark yang sedang mengemudi.
"Semingguan ini kok gue nggak lihat kak Yeri. Biasanya bareng Kakak, kan?"
Pertanyaan Karina membuat Mark berpikir lagi perihal perempuan pemilik senyum manis itu. Semenjak dia pulang rumah sakit, Yeri tidak pernah nongol dihadapanya. Mark selalu mengirim pesan namun Yeri tidak membacanya. Bertanya pada Jeno pun jawabannya selalu,
"Dateng ke rumah, Bang. Tanyain sendiri. Jangan loyo, kalau kata Hare."
Mau-mau saja Mark datang ke rumah, namun dia teringat lagi dengan Jun. Apalagi waktu mereka mengerjakan tugas iklan lagi, Jun terlihat memandang Mark tajam. Maka dari itu, Mark menyimpulkan Yeri memang ingin menjauh darinya akibat sudah berbaikan dengan Jun. Kenapa hatinya tidak rela akan kenyataan itu? Mark benar-benar merasakan yang namanya putus cinta-nya orang-orang. She was gone, batin Mark.
Tak sadar dia melamun lama, membuat Karina memilih diam dan tidak bersuara lagi.
Mobil milik tante Yona yang dititipkan ke Mark, sampai pada area parkir apartment Star di kawasan jalan Harumanggi. Kedua insan tersebut langsung masuk menaiki lift dan sampai pada ruangan nomor tiga di lantai enam.
Mark membuka pintu utama. Dalam apartement dua bedroom seluas 30 meter persegi ini, baru kali ini dia huni kembali semenjak mengekos beberapa tahun lalu. Bau usang menyeruak indra penciuman. Debu-debu banyak yang menghiasi furniture dan dinding-dinding. Entah kenapa rindunya pada sang mama semakin besar kala melihat rumah pembelian mama ini, yang diberikan padanya sebagai hadiah ulang tahun dulu.
"Hari ini Leo umurnya sepuluh tahun. Dan Mama kasih hadiah kamu rumah ini. Tapi, tidak boleh diklaim dulu, sebelum kamu berumur dua puluh tahun. Okay?"
"Okay, Mom. Thank you. I love you more."
Dan umurnya kini sudah dua puluh tahun, dimana artinya rumah penuh kenangan ini sah menjadi miliknya. Satu pesan masuk pada hp Mark, dari sang ayah.
Ayah Fandi
Leo, sudah sampai?
Ambil surat di laci kamar 1 ya. Kamu harus simpan hadiah dari mama itu. Dan kamu jangan lupa, jagain apartmentnya.Onyourm_ark
Thanks, dad.
Udah nepatin janji mama.Mark menutup ponselnya dan mengantunginya lagi. Lalu berjalan sesuai perintah sang ayah. Disana ada surat kepemilikan apartmen atas nama Mark Leonardo Affandi. Rasanya Mark ingin menangis detik itu juga. Selain rindu pada sang mama, dia juga terharu karena sang ayah yang masih sangat memedulikannya.
Karina datang, melihat Mark yang dilanda sendu, dia hanya mengusap lengan Mark pelan. "Kak, adik-adik Kakak udah dateng tuh."
"Ah, iya? Yuk."
"Bang Leeeeeooooo!" Ningning dan Zeynle berucap bersamaan. Saat Mark keluar dari kamarnya, kedua remaja itu langsung memeluknya.
"Ning! Zeyn! Abang bisa mati kecekik!"
"Eh, ada pacar abang nih. Kenalan dong, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of Us
Fanfiction[novel] [end] ✔✔✔ Hanya dari kesalahan nomor saja membuat pemuda bernama Mark Leonardo Affandi, dekat dengan perempuan bernama Yeri Bullan Navia. Kedetakan mereka bukan sekadar manis-manis saja. Bahkan Mark rela merasakan sesak kala topik kehidup...