Bertepatan dengan band Sza yang tampil perdana, pernikahan pak Fandi dan ibu Yona dilakukan tiga hari setelahnya, di minggu pertama Desember besok. Mark sudah menulis catatan dimana jadwal-jadwalnya akhir bulan November ini. Cukup padat, dan cukup luang juga untuk bisa jalan berdua dengan Yeri.
"Hubungan Jeno gimana sama Rina?" Yeri bertanya sembari dia sibuk menyiapkan nasi pada piring. Mark yang sedang mengiris bawang menoleh dengan sebelah alis yang terangkat.
"Kok nanya aku? Kan adik kamu?"
"Kan Rina curhat sama kamu?"
"Emang Jeno nggak curhat?"
"Nggak banyak kalau soal Karina. Katanya tuh, 'Gue udah gede, Kak dan punya gebetan. Jadi maaf, lo nggak gue kasih kabar gimana hubungan asmara gue ya. Hehe.' nyebelin, kan."
Mark meletakan pisaunya, lalu mendekat ke arah Yeri dengan tawa recehnya. "Lucu kelakuannya, kayak sisternya." Sebelum menuju lemari es lelaki itu sempatkan mengacak surai Yeri yang terikat asal-asalan.
"Mark! Tangan lo bau bawang anjir! Nyebelin banget!"
Mark langsung mencium tangannya, ah iya, dia lupa tadi. Lelaki itu hanya menyengir seraya berjalan kembali pada cabinet.
"Mark," Yeri melangkah mendekati sang pacar. Melihat tangan lihai itu mencincang sayuran. "Sekarang 'kan tanggal 22. Kata lo Zeyn ultahnya kapan?"
"Sekarang 22 November? Berarti sekarang dong!" Mark membalikan badan menghadap Yeri panik. Masalahnya seminggu lalu sudah janji mau merayakan bareng. "Gimana, Ri? Nanti ngamuk lagi aduin ke bunda. Meski bunda nggak bakal marah sih."
"Is, gemes banget sih. Ya tinggal beli kue lah, Mark."
"Jangan cubit-cubit pipi, Ri." Sang empu mengusap pipinya seraya kembali melanjutkan memasaknya. "Kamu pesenin ya, Ri. Yang besar, kalau bisa warnanya warna air."
Yeri mengangguk sebelum sibuk dengan hp milik Mark. Mengetikan password dengan angka 21122 dimana kata Mark, "Biar aku inget tanggal jadian kita. Aku pelupa orangnya."
Yeri malah dibuat salting dengan hal itu. Ah, 2 November 2022 atau tepatnya dua puluh hari yang lalu, memang harus Yeri ingat sampai kapanpun.
Yeri memilih-milih varian yang ada banyak itu di salah satu kedai bakery online. Pilihannya sampai pada dua tumpuk roti berwarna biru laut dengan hiasan lumba-lumba dan karang di atasnya. Siap dipesan dan tinggal menunggu diantar.
"Udah nih. Sekarang Zeynle sama Ningning mana? Belum balik sekolah?"
"Lagi les sore paling. Nanti jam lima baru pulang."
Acara masak untuk sore ini berakhir tepat saat Zeynle dan Ningning pulang. Tak banyak yang Mark masak, hanya sup sayur bening, telur mata sapi, sambal, dan sajian buah segar seperti pisang dan alpukat. Sisanya adalah minuman cokelat yang Yeri buat. Tepuk tangan Yeri selalu menyambut ketika Mark selesai memasak, katanya jago mirip chef Juna juri Master Chef itu.
"Adik-adik sini makan! Chef Leo udah buat banyak makanan nih." Yeri berseru yang tak lama adik-adik itu menghampiri. Meja makan ini terisi penuh bak ayah ibu dan dua anak. Mark melebarkan bibir melihat sang pacar dan adik-adiknya itu makan dengan lahap. Bahagia yang sederhana.
Selesainya makan seraya ngobrol santai, Mark berjalan membuka pintu saat bel berbunyi. Kini ditangannya ada satu kue besar yang terbungkus rapat. Dibukanya bungkusan itu pelan di depan pintu sambil menyuruh Yeri mendekat.
"Wah cantik banget. Pilihan aku bagus, kan?"
"Iya, Sayang. Cantik kayak kamu."
"Ayo buru. Gombalnya nanti aja, Mark."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of Us
Fanfiction[novel] [end] ✔✔✔ Hanya dari kesalahan nomor saja membuat pemuda bernama Mark Leonardo Affandi, dekat dengan perempuan bernama Yeri Bullan Navia. Kedetakan mereka bukan sekadar manis-manis saja. Bahkan Mark rela merasakan sesak kala topik kehidup...