24 - M & K

82 16 11
                                    

Hubungan lo sama Karina apa, Mark?

Pertanyaan itu seolah sudah terjawab begitu Yeri melihat interaksi Mark dan Karina pagi ini. Mark balas tersenyum hangat pada Karina yang menyambut. Menanyakan darimana gadis itu, dan apakah sudah bersantap pagi. Yeah, Yeri bisa menyimpulkan mereka dekat, lebih dari teman mungkin.

Deringan telepon dari hp Yeri menyadarkan perempuan itu untuk segera pulang. Dia melirik arah Mark lalu bangkit seraya memakai hoodie milik Mark semalam. "Gue pulang dulu ya, Mark. Jangan lupa dimakan masakan gue. Sarapan sana sama Karina."

"Ri, tunggu. Gue anter ya."

Yeri menghela napas dan menurunkan tangan Mark yang menahannya. Dia menggelengkan kepala sembari melirik Karina di sofa. "Disana ada Karina. Masa lo pergi sih si tuan rumah? Dah ah sana. Gue bukan anak kecil ya, Mark."

Dengan kekecewaan Mark mengiyakan. "Hati-hati." Tak lupa mengusap pelan kepala Yeri.

Yeri segera berlalu begitu pintu tertutup. Dia menarik napas sebelum mengangkat panggilan yang masih tersambung itu. "Halo, Kak Jun?"

"Makasih, Kak. Gue tunggu di halte depan ya."

Yeri sempat berkabar dengan Jun tadi, dan meminta lelaki yang kini menjadi teman itu, menjemputnya. Karena tidak mungkin dia bilang pada sang ayah dia tidur di apartment Mark. Meski pak Suro tidak pernah melarang apapun, tapi ayahnya itu lebih percaya pada Jun.

"Udah makan belum?"

"Belum, Kak. Kedengaran ya, bunyi perut gue?"

"Iya," jawab Jun dengan tawanya. Yeri ikutan tertawa. Dia menoleh pada Jun yang juga sedang tersenyum memandangnya.

"Kenapa, Yer?"

"Sama kak Rose udah jadian, Kak?"

Jun menyengir. Kedua matanya menyipit tak lupa kedua lesung pipi yang terlihat. "Rencana besok malam sih. Makasih sarannya ya kemarin. Doain gue, Yer."

"Siap. Biar kita nggak melulu disuruh bareng terus, Kak. Semoga kak Jun bahagia ya sama kak Rose."

Jun menjulurkan tangan untuk mengusap kepala Yeri. Bibirnya terangkat lebar seolah inilah akhir bahagia dia dan Yeri, yang sudah Jun nantikan lama. "Makasih, Yer. Besok sekalian aku bicarain semuanya ke bokap nyokap. Biar mereka paham, kalau gue sayangnya ke Rose."

"Iya, Kak." Senyum itu Yeri paksaan.

Hatinya pilu menerima kenyataan bahwa Jun sama sekali tidak ada rasa padanya. Kok bisa, dia nggak ada rasa, sedangkan dirinya mati-matian menahan gejolak cinta selama hampir delapan tahun?

Meski hatinya sakit, Yeri harus tetap tersenyum di depan Jun, karena lelaki itu tak tau cintanya sudah sebesar apa. Yang ditaunya hanya rasa suka biasa, yang bisa hilang dalam sekejap.

It's another level of SHIT AND DAMN AND FUCKING AND BANGSAT! Yeah, Jun Jaelani.

.....

Mark dan Karina masih saja berbincang perihal tugas sekolah gadis itu. Hari ini, Karina tidak masuk sekolah dikarenakan akan mengikuti lomba Cerdas Cermat minggu depan. Karina meminta bantuan Mark untuk menjadi guru dadakan berhubung juga kuliah Mark masuk pukul sebelas siang nanti.

"Kak," panggil Karina lirih.

"Hm."

"Maafin gue ya. Gara-gara dateng kesini, lo nggak jadi sarapan bareng kak Yeri. Padahal kak Yeri udah bikin banyak. Malah jadinya Karina yang makan."

Mark menoleh pada Karina yang kini merasa bersalah. Tangan gadis itu sibuk mencoret-coret kertas dengan asal. Karina tau kak Mark-nya itu sedari tadi menahan kesal. Karina sangat benci merasa bersalah.

Tale Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang