Pagi-pagi sekali mobil putih milik Sena sudah terparkir di depan gerbang kos Neon. Mark yang kebetulan tidak nginap di apartement segera bangkit menghampiri si pemilik mobil setelah mendapat teriakan Tio selaku pembuka gerbang.
"Tuh, minta berangkat sama lo." Sena menunjuk dalam mobil dimana terdapat Yeri dan Jeno. Mark melongo melihat keduanya kompak melambaikan tangan. Mark balas melambai dengan canggung.
"Gue nggak minta jemput, Bang."
"Udah, nurut! Btw, lo bisa bawa mobil?"
Mark mengagguk.
"Nih, bawa ya. Gue mau jenguk adik kesayangan." Sena lantas berlalu masuk dalam kos setelah menyerahkan kunci mobil. Tujuan lelaki semester akhir itu tentu untuk menemui Donni Young.
Mark terdiam seraya melirik kunci ditangan dan menatap kedua kakak adik itu. Mereka lagi-lagi melambai dan menyengir membuat Mark ikutan menyengir. Sebenarnya kakak beradik itu sedang kenapa?
"Asiiik! Besok-besok berangkatnya gini aja ya, Bang." Sepertinya hal sederhana begini mampu membuat Jeno tak menurunkan senyumnya. Mark yang melirik dari arah spion hanya mendengkus. Matanya beralih pada perempuan di sampingnya yang sedang bersenandung mengikuti irama musik.
Mark tanpa sadar tersenyum tipis, dalam hatinya dia mengiyakan ajakan Jeno itu. Akan menyenangkan memang bila dia berangkat kuliah dengan Yeri setiap hari.
"Ri, udah makan?"
Yeri menoleh. Tatapannya berubah jadi lebih dingin. "Udah."
"Hari ini berapa kelas?"
"Dua."
"Oooh~"
Cut.
Percakapan mereka hanya sampai itu sampai mobil tiba di SMA 89, Jeno lalu turun. Mark melambai ketika ada Karina yang menunggu di pos satpam, sesuai saran Mark semalam yaitu menyuruh Karina mendekati Jeno dahulu.
"Kak Maaark! Daaah!" Karina lantas berlalu ketika Jeno melewatinya. Gadis itu mencoba mengajak Jeno bicara sembari melangkah masuk kelas.
Yeri diam-diam mengulum senyum. Tadi pagi, Jeno dan Sena kembali bincang soal semalam, dan Yeri sudah tau kalau Karina suka pada Jeno. Jadi dia tidak jadi menggalau akan cerita Jeno yang belum tuntas malam tadi.
"Kenapa senyum-senyum?"
"Siapa yang senyum, yee~" Perempuan itu memalingkan wajahnya memilih melihat sekitar. Tak tau saja, dia sedang mati-matian menahan senang karena bisa jalan dengan Mark berdua, meski hanya sebatas menuju kampus.
Simple namun membekas.
"Mark."
"Hm?" Kepalanya menoleh.
"Nggak jadi."
"Yeri! Jangan nyebelin."
"Yeah, I don't." Yeri terkekeh.
"Ri...." Kini giliran Mark yang memanggil. Suaranya lirih namun tersirat penuh serius.
"Hm?"
"Kalau ada masalah cerita ke gue ya. Gue 'kan udah janji, mau jadi tempat lo berkeluh kesah."
Yeri mengangguk meski dalam benaknya timbul tanda tanya besar. Kenapa Mark tiba-tiba penuh perhatian seperti ini seolah ada suatu masalah? Senyumnya lantas mengembang dan kembali bersenandung ria.
"Oh ya, Ri. Karena sekarang lo udah nggak ada hubungan sama kak Jun, gue boleh nggak ... jalin hubungan sama lo?"
"Hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of Us
Fiksi Penggemar[novel] [end] ✔✔✔ Hanya dari kesalahan nomor saja membuat pemuda bernama Mark Leonardo Affandi, dekat dengan perempuan bernama Yeri Bullan Navia. Kedetakan mereka bukan sekadar manis-manis saja. Bahkan Mark rela merasakan sesak kala topik kehidup...