prolog + visualisasi

332 36 21
                                    

Hai guys! Thank you udah mampir. Ini adl fanfiction pertama aku. Semoga suka yaa.

~Happy Reading~
~Welcome to Tale Of Us~

.....

Helaan napasnya kasar. Kedua tangannya bersedekap dada dengan lengan hoodie yang sudah tersingkap sampai siku. Kepalanya menunduk memperhatikan sepatu konvers hitamnya yang bergerak-gerak menandakan dia sedang gelisah. Suasana kampus pagi ini cukup ramai, terutama di depan gedung Ilmu Komunikasi, Universitas Neo. Lelaki itu menoleh dan berhenti bergerak-gerak ketika seseorang memanggilnya.

"Mark Leo!"

"Oi, Bang."

Lelaki yang namanya Mark itu membalas pelukan singkat kakak tingkatnya, Tio. Mereka berjalan menuju bangku tunggu, sembari berbincang kabar.

"Lo masih nunggu IP semester disini?"

"Iya, Bang. Gue disuruh ambil les nih, kalau gue dapet nilai D lagi." Suara napasnya semakin berat, dan bahu yang sudah menurun, lelah.

Sang abang, yang kebetulan teman kosnya juga, menepuk-nepuk bahu kanan Mark. Seolah memberi semangat agar adiknya itu tidak lesu. "Makan dulu yuk. Biar nggak pusing. Abang traktir deh."

Mark menoleh mendapati Tio yang tersenyum simpul. "McD plus Starbucks boleh, Bang Tio?"

Tio langsung meluruskan bibir dan beranjak pergi. Tangannya meraih saku treningnya lalu menampakkan uang kertas berwarna biru. Mark segera bangkit menjejeri sang abang tak lupa menarik uang lima puluh ribuan tersebut dalam genggamannya.

"Kantin aja nggak papa, Bang, asal bisa dapet banyak makanan."

Kantin tak kalah ramai dengan suasana gedung FIKOM tadi. Kebanyakan dihuni oleh anak kos yang memang tak sempat memasak. Mark memilih duduk di bagian pojok saat selesai memesan dua piring siomai. Disusul Tio yang membawa satu piring gorengan dan dua es teh lemon dalam nampannya.

Mereka menghabiskan makan dengan obrolan ringan seperti biasa. Salah seorang di meja sebelah menyeletuk, "Cewek cantik begitu enaknya diapain ya? Sayang kalo dianggurin."

"Gue juga suka, tapi bukan Yeri. Tuh sebelahnya, si Joyana. Dia ramping banget mirip Ariana Grande. Enak kali ya kalau gue peluk dia."

Kedua mahasiswa itu masih asik berbincang sambil matanya melirik arah meja sebelah barat, dimana ada segerombolan anak perempuan yang Mark kenal sebagai anak satu jurusan.

Tio memperhatikan Mark sesekali menyuruhnya cepat makan, agar lelaki itu tidak berbuat onar lagi. Tapi Mark tetaplah Mark yang keras kepala akan prinsipnya mempertahankan keadilan bagi manusia. Dia lalu bangkit menggebrak meja sebelah dengan kerasnya. Matanya menyala menatap cowok yang sedang bergosip tadi hingga cowok itu nyalinya menurun untuk memukul Mark. Tangannya kembali tergeletak di meja tak berdaya.

"Bisa diem nggak sih mulutnya? Ini kantin tempat untuk ngisi perut, bukan ngomentari orang," kata Mark dengan tegasnya.

Tatapan penghuni kantin sebagian ada yang sudah terbiasa, karena beberapa kali pula Mark sering berbuat seperti ini kepada sivitas akademika. Tidak ada yang tau apa penyebab lelaki berumur sembilan belas tahun itu mudah emosi.

Tio segera menarik lengan Mark dan menyuruhnya duduk. Mark tanpa berucap lagi langsung menurut dan melanjutkan makan seolah tidak ada yang terjadi.

"Maaf ya. Silakan lanjutkan makannya, Guys!" Seru Tio pada semua mahasiswa yang sempat berkerumun karena kepo. Kemudian menatap sang adik dengan kecewa. "Lo kenapa lagi sih? Biarin aja kalau ada orang yang lagi gosip. Itu bukan urusan kita, Leo!"

Tale Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang