Mark sudah bersiap dengan hoodie dan celana tidur panjang. Sore ini lelaki itu sudah bisa berpulang meski dengan syarat harus istirahat yang banyak. Apalagi kepalanya masih dibalut perban yang sewaktu-waktu bisa menyebabkan pusing tiba-tiba. Mark menatap ibu Rona yang tersenyum padanya. Pakaiannya khas menandakan dia salah satu suster di rumah sakit ini.
"Makasih banyak, Bu, atas semuanya," ucap Mark sambil menyalami beliau.
"Ibu makasih sama kamu, udah nolongin Karina. Maaf ya, Ibu nggak bisa antar. Nanti malam kalau senggang Ibu sempatkan mampir sama Karina."
Mark lalu tersenyum dan bilang tidak apa-apa. Tio dari arah pintu memanggil. Lelaki itu yang akan menjadi pengantar pulang kali ini dengan mobil hasil pinjaman pada ibu Galuh. Ada Jack juga yang kini merangkul bahu Mark menuju mobil.
"Hati-hati, Mark. Cepat sembuh ya, Nak." Ibu Rona melambai pada mobil Mark melaju. Dia tersenyum simpul lalu kembali melanjutkan pekerjaan.
"Bang, beneran tadi ada Yeri?" tanya Mark ketika mereka bertiga sudah jalan menuju kos.
Jack mengangguk. "Dia bareng sama Jeno."
"Jeno? Yah, gue kenapa tiba-tiba tidur sih tadi. Kangen anak itu padahal."
Tio melirik Mark yang duduk di belakang sendiri. Bibirnya terkekeh melihat raut sendu yang Mark tujukan. "Mau mampir nggak? Mumpung gue sama Jack free nih, nggak ada tugas."
"Yeah. Siapa tau lo miss gitu, Le."
"Tapi .... eh, Bang, lo kenal nggak sama Jun Jaelani? Anak tingkat dua kayak bang Donni."
Tio berdeham panjang tak lama mengedikan kedua bahunya. Dia melirik Jack yang sepertinya tahu.
"Yang anak himpunan bukan sih? Yang biasa sama Naka itu, Yo."
"Naka temen kita? Oooh kayaknya sih gue tau. Anak-anak organisasi tuh. Njir lah."
"Naka siapa dah?" tanya Mark kebingungan. Kayak pernah dengar tapi dimana gitu.
"Ketua HIMA, Le. Buset, kudet bener dah, my son."
Tawa Mark berderai. "Bang Jack, gue udah cukup pusing sama IP gue. Sumpah bikin lupa sama sekitar."
"Nggak, Bocah. Lo kalau ada orang lain ngoceh atau gosip, lo yang pertama negur tuh."
Jack mengangguk setuju. Dia sangat tau kebiasaan itu bahkan sejak pertama singgah di kos Neon.
"Beda masalah itu, Bang abang." Mark berdecak. Matanya lalu berlalih pada jendela. Senja disana sedang cantik ditambah lagu dari Justin Bieber yang di putar Jack.
"Oh ya, Bang, motor gue dimana!"
"Bengkel. Besok sore gue ambilin dah. Sini bayar ongkos."
Mark menghela lega. "Iye, besok." Kepalanya lantas menatap langit kembali. Tak taunya ada pesan masuk dari nomor yang hampir Mark lupakan itu. Dia mengernyitkan dahinya selama membaca deret pesan dari nomor tersebut. Sedetik kemudian, helaan napasnya kasar. Kepalanya menengadah bersandar pada bantalan bergambar panda.
"Leo? What's the problem?" Jack menoleh menyadari Mark murung.
"Ayah Fandi chat gue. He wanted me to living in apartment, Dude. What are you think?"
.....
Mobil ibu Galuh sudah terparkir rapi di halaman kos Neon. Dan akan dikembalikan besok pada rumah ibu Galuh di kompleks sebelah. Jack mengelus punggung Mark yang kini menjadi lesu akibat pesan dari ayahnya.
Dia ingin sekali bilang pada ayahnya Mark, bahwa anaknya itu sudah nyaman berada di kos ini. Mark pernah menceritakan kisah orangtuanya singkat pada mereka bertiga. Mark juga bilang, dia mendapat rasa kekeluargaan yang sesungguhnya saat berada di kos ini. Jadi, saat Mark disuruh pindah tiba-tiba, rasanya Jack ingin menolak hal tersebut. Begitu juga dengan Tio, dan Donni.
"Makan dulu, Le. Jangan dipikirin keras-keras. Kesehatan lo harus fit." Tio menaruh semangkuk nasi merah dengan sup pada meja dihadapan Mark. Dia duduk disampingnya. "Atau mau gue suapin?"
"Eits! Nggak, nggak!" Mark memgambil semangkuk itu dan melahapnya. Yang katanya buatan ibu Galuh tadi sore.
Kedua abangnya itu tertawa akan tingkah si kecilnya ini. Lama mereka mengobrol sembari makan dan kembali pada kamar masing-masing menjelang pukul enam. Mark merebahkan dirinya hati-hati pada ranjang besarnya, karena jujur, rasa pusing itu sesekali hadir selama dia membersihkan diri tadi.
Dibukanya lagi pesan dari sang ayah yang masih belum dibalasnya.
Ayah Fandi
Leo, anak Ayah.
Bantu Ayah yah, Nak. Tante Yona mau nyusul Ayah ke Kanada minggu depan. Berhubung kamu jarang ketemu anak-anknya, jadi besok ketemu ya. Dia di Jkt kok. Sekalian, kamu tidur di apart Ayah yah. Dua calon adikmu itu ikut kamu.
Ya? Leo anak baik, kan.
Bantu Ayah ya, Nak, jaga calon adikmu.Mark tidak pernah melarang ayahnya akan menikah lagi atau tidak. Syaratnya hanya satu, tidak boleh menyuruh Mark ikut ke Canada. Dan untuk hal sepertu ini, tinggal di apart bersama dua calon adiknya, sebenarnya bukan masalah.
Tapi, dia tidak mau terganggu oleh dua saudara yang begitu usil itu. Ningning, dan Zeynle, namanya. Mark tau, karena dua anak itu mengikuti akun instagramnya dan terkadang mereplay atau memberi komen.
Mark mengetikan balasan pada sang ayah.
Onyourm__ark
Ayah.
Mau ngelamar tante Yona disana? Leo tau kok.
Tapi Leo nggak janji bisa tinggal di apart atau nggak. Tapi masalah urus adik-adik, doain aja Yah, Leo tetap sehat wal afiat.Tak nunggu waktu lama, sang ayah membalas. Mark pikir, mungkin sedang tidak sibuk. Tak sadar bibir Mark terangkat lebar. Dia rindu sekali dengan sang ayah. Ingin berbalas pesan seperti ini, bahkan ingin teleponan. Namun, rasanya tetap terasa asing akibat pertengkaran dulu mengenai pindahan ke kampung halaman.
Ayah Fandi
Iya, Leo. Doain ayah semoga berhasil.Leo.
Maafin ayah, belum bisa jenguk kamu disana. Ayah selalu berdoa kok buat mama. Kamu jangan lupa berziarah ya. Tidur, Leo!
My Leo🐯Onyourm__ark
It's okay, my daddy🐯Mark tak bisa membendung air matanya. Dia menangis sesenggukan akibat rindunya pada sang ayah, juga sang mama. Dia menarik selimutnya, meringkukan badan dengan hati-hati dan merapal untaian doa pada orangtua tercintanya. Maafin Leo juga, Yah. Leo sayang ayah. Leo sayang mama.
.....
Hai guys! Part ini milik Mark yang penuh rindu. Jangan lupa ucapkan sayang pada mama papa kalian, meski hanya lewat doa❤
Mark Yeri on next chapter😊 + Karina.
*Mark Leonardo Affandi
*Jeno Putra ReigelMark: "Kangen anak ini! Sama sister-nya, heheee:v"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of Us
Fanfiction[novel] [end] ✔✔✔ Hanya dari kesalahan nomor saja membuat pemuda bernama Mark Leonardo Affandi, dekat dengan perempuan bernama Yeri Bullan Navia. Kedetakan mereka bukan sekadar manis-manis saja. Bahkan Mark rela merasakan sesak kala topik kehidup...