"See you, Mark! Nanti gue kabari lagi kapan latihannya."
"Yoo! Hati-hati, No."
Juno tersenyum seraya melambai pada Mark. Lelaki manis itu langsung melajukan motornya begitu sampai di parkiran. Mark memandang kepergian teman barunya lantas ikut bangkit berbarengan dengan Arjun yang keluar dari ruang ganti.
"Ar, gue bener-bener seneng kali ini. Makin gak sabar buat cepet tampil," tawa Mark berderai ringan.
Arjun menepuk pundak Mark dua kali, "Yang seneng justru gue, bisa buat seorang Mark Leo tersenyum."
"Gila lo ah!"
Pagi sampai siang ini Mark melakukan latihan pertama kalinya untuk band Sza yang akan tampil bulan depan. Total anggota ada empat dimana terdiri dari drumer, dua gitaris, dan vocalist. Mark jelas kebagian gitar, drumer oleh Juno, gitaris yang satu oleh Yangga anak SMA, dan vokal oleh Arjun. Band tersebut katanya adalah generasi ke lima dimana anggota semua baru, tentu kecuali Juno yang sudah ikut generasi sebelumnya sejak masih SMA.
Mark tak habis pikir bagaimana dia bisa diajak gabung, padahal dalam otaknya, semua orang benci padanya. Namun, ada saja orang baik seperti Arjun dan teman lainnya yang menawarkan. Senyum Mark terpampang sejak pulang latihan sampai malam dimana sedang santai di halaman kos Neon.
Para abangnya hanya diam dan sibuk ngobrol, mengabaikan anak keturunan Canada ini yang sedang terbuai dengan imajinasinya.
"Donn, kemarin masa gue di chat Salma," kata Tio sambil menunjukkan chatan dia pada Donni.
"Kalian masih marahan?" Jack bertanya.
Suara helaan napas Donni terdengar. Lelaki berambut coklat gelap itu sepertinya sedang dilanda kegalauan yang luar biasa. "Gue putus."
"WHAT'S?" Mark kali ini ikut bersuara, bahkan berteriak.
"Kok bisa?" Jack tak kalah panik meski bisa mengendalikan karisma kerennya. Pasalnya hubungan Donni dan Salma bisa dibilang lama karena mereka berdua adalah teman dulunya, dimana memutuskan pacaran bulan-bulan lalu. Terus tiba-tiba putus, rasanya teman-teman Donni itu mau marah tapi tidak bisa.
"Salma ... mau ke Jepang. Sekolah disana bareng kakaknya. Gue udah bilang, LDR nggak papa karena masih bisa kontekan lewat hp. Tapi dia nggak mau. Dia bahkan udah blok nomor gue."
Tangan Mark bergerak mengelus punggung Donni. Wajah penuh usil itu kini menjadi muram yang Mark tidak suka.
"Gue pengecut. Gak bisa pertahanin hubungan ini. Bodoh!"
"Donn, udah, udah. Kecewa boleh, tapi jangan nyalahin diri sendiri." Tio menepuk pundak Donni, berusaha menenangkan. "Nangis aja nggak papa. Itu lebih baik buat ngatur emosi."
Detik itu juga tangis Donni langsung pecah. Mark segera meluk abangnya itu dan berkata semua bukan salah dia. Orang seperti Donni yang terlihat usil, bahkan bisa sedalam ini dalam mencintai orang.
Lama mereka berempat bercurah, dengan Donni yang mulai cerah akibat dijanjikan tiket gratis band Sza, tak taunya ada seseorang yang mengetuk gerbang sedari tadi. Mark berjalan cepat membukakan gerbang begitu membaca chat dari Jeno, bahwa cowok SMA tersebut sudah di depan gerbang.
"Ah, Bang, kemana aja sih! Gue panggil-panggil juga."
"Sorry, sorry. Bang Donni lagi curhat tadi. Lo jangan singgung-singgung dia ya. Diem aja."
Jeno menurut. Dia sendirian datang ke kos, karena mau minta ajarkan cara mempotret yang benar, untuk tugas extra-nya pada Mark.
"Jen, nggak sama your sister?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of Us
Fiksi Penggemar[novel] [end] ✔✔✔ Hanya dari kesalahan nomor saja membuat pemuda bernama Mark Leonardo Affandi, dekat dengan perempuan bernama Yeri Bullan Navia. Kedetakan mereka bukan sekadar manis-manis saja. Bahkan Mark rela merasakan sesak kala topik kehidup...